Saiful Ma'ruf

Bab 150 Mengajar Orang Yang Sudah Hampir Didatangi Oleh Ajal Kematiannya Dengan La llaha Wallah
Bab 151 Apa Yang Diucapkan Ketika Memejamkan Mata orang Mati
Bab 152 Apa Yang Diucapkan Di Sisi Mayit Dan Apa Yang Diucapkan Oleh Orang Yang Ditinggalkan Oleh Mayit
Bab 153 Bolehnya Menangisi Orang Mati Tanpa Nadab - Menghitung-hitung Kebaikan Mayit - Juga Tanpa Suara Keras Dalam Tangisnya Itu
Bab 154 Menahan - Tidak Menyiar-nyiarkah — Sesuatu Yang Tidak Baik Yang Diketahui Dari Seseorang Mayit
Bab 155 Menyembahyangi Mayit, Mengantarkannya — Ke Kubur, Menghadhiri Pemakamannya Dan Makruhnya Kaum Wanita Ikut Mengantarkan Janazah-janazah
Bab 156 Sunnahnya Memperbanyakkan Orang Yang Menyembahyangi Janazah Dan Membuat Barisan-barisan Orang-orang Yang Menyembahyangi Itu Menjadi Tiga Deretan Atau Lebih
Bab 157 Apa-apa Yang Dibaca Dalam Shalat Janazah
Bab 158 Menyegerakan Mengubur Janazah
Bab 159 Menyegerakan Mengembalikan Hutangnya Mayit Dan Menyegerakan Dalam Merawatnya, Kecuali Kalau Mati Secara Mendadak, Maka Perlu Dibiarkan Dulu Sehingga Dapat Diyakinkan Kematiannya


Bab 150
Mengajar Orang Yang Sudah Hampir Didatangi Oleh Ajal Kematiannya Dengan La ilaha illallah


914. Dari Mu'az r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang akhir percakapannya itu La ilaha illallah, maka ia akan masuk syurga." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud serta Hakim dan Hakim mengatakan bahwa ini adalah shahih isnadnya.

915. Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Ajarkanlah kepada orang-orang yang hendak mati di antara engkau semua itu dengan bacaan La ilaha illallah." (Riwayat Muslim)


Bab 151
Apa Yang Diucapkan Ketika Memejamkan Mata Orang Mati


916. Dari Ummu Salamah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. masuk ke tempat Abu Salamah dan sudah kepayahan penglihatannya - sewaktu hendak matinya - lalu beliau s.a.w. memejamkannya, kemudian bersabda: "Sesungguhnya ruh itu apabila dicabut, maka diikuti oleh penglihatan." Orang-orang dari keluarganya lalu gemuruh suaranya, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua mendoakan atas dirimu sendiri melainkan dengan yang baik-baik saja, karena sesungguhnya malaikat itupun mengucapkan: Amin pada apa yang engkau semua doakan itu." Seterusnya beliau s.a.w. berdoa: "Ya Allah, berikanlah pengampunan kepada Abu Salamah, tingkatkanlah derajatnya dalam golongan orang-orang yang memperoleh petunjuk. jadilah Engkau sebagai pengganti sesudah meninggalnya itu untuk melindungi orang-orang yang ditinggalkan - seperti isteri dan anak- anaknya. Berikanlah pengampunan kepada kita dan kepada orang yang mati ini, ya Rabbal 'alamin, juga berilah ke-lapangan untuknya dalam kuburnya serta berikanlah cahaya untuknya dalam kubur itu." (Riwayat Muslim)


Bab 152
Apa Yang Diucapkan Di Sisi Mayit Dan Apa Yang Diucapkan Oleh Orang Yang Ditinggalkan Oleh Mayit


917. Dari Ummu Salamah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau engkau semua mendatangi orang sakit atau orang mati, maka ucapkanlah yang baik-baik saja, sebab sesungguhnya malaikat itu mengucapkan: Amin kepada apa-apa yang engkau semua ucapkan." Ummu Salamah berkata: "Ketika Abu Salamah meninggal dunia, saya lalu mendatangi Nabi s.a.w. kemudian saya mengatakan: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Abu Salamah telah meninggal dunia." Beliau s.a.w. bersabda: "Katakanlah - yang artinya: "Ampunkanlah untukku dan untuknya dan berikanlah untukku ganti yang baik daripadanya." Lalu saya berkata: "Maka Allah memberikan ganti untukku seseorang yang lebih baik bagiku daripada Abu Salamah itu, yakni Muhammad s.a.w. - karena setelah suaminya yakni Abu Salamah meninggal dunia, lalu Ummu Salamah itu dikawin oleh Nabi s.a.w." Imam Muslim meriwayatkan demikian, yakni: "Jikalau engkau semua mendatangi orang sakit atau orang mati," dengan ada keragu-raguan dalam kata-kata orang sakit atau mati. Adapun yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Iain-Iain, jelas diucapkan: "orang mati," tanpa diragu-ragukan.

918. Dari Ummu Salamah radhiallahu 'anha pula, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorang hambapun yang terkena oleh sesuatu mushibah - yakni bencana, lalu ia mengucapkan - yang artinya: "Sesungguhnya kita ini adalah untuk Allah dan sesungguhnya kita akan kembali padaNya. Ya Allah, berikanlah kepada saya akan pahala dengan sebab adanya mushibah saya ini, juga berikanlah ganti untuk saya sesuatu yang lebih baik daripada yang sudah hilang, melainkan Allah Ta'ala akan memberinya pahala karena adanya mushibah dalam dirinya itu dan akan memberikan ganti padanya yang lebih baik daripada yang sudah meninggal tadi." Ummu Salamah berkata: "Ketika Abu Salamah meninggal dunia saya lalu mengucapkan sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah s.a.w. padaku, kemudian Allah memberikan ganti untuknya seseorang yang lebih baik dari Abu Salamah - yakni yang menjadi suaminya - yaitu Rasulullah s.a.w." (Riwayat Muslim)

919. Dari Abu Musa r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau anak seseorang hamba meninggal dunia, maka Allah Ta'ala berfirman kepada para malaikatnya: "Adakah engkau semua telah mencabut nyawa anak hambaKu?" Mereka menjawab: "Ya." Allah berfirman lagi: "Adakah engkau semua telah mencabut nyawa buah hati hambaKu itu?" Mereka menjawab: "Ya." Allah berfirman pula: "Kemudian apakah yang diucapkan oleh hambaKu itu?" Mereka menjawab: "la memuji Engkau dan mengucapkan istirja' -yaknr Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Kemudian Allah Ta'ala berfirman: "Dirikanlah untuk hambaKu itu sebuah rumah dalam syurga dan namakanlah rumah itu dengan sebutan Baitulhamdi -yakni Rumah Pujian."Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan.

920. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: "Tiada suatu balasanpun di sisiku yang diperuntukkan pada hambaKu yang mu'min, jikalau Aku mencabut nyawa kekasihnya dari golongan ahli di dunia, kemudian ia meng-harapkan keridhaanKu - dengan meninggalnya kekasihnya tadi, melainkan balasannya itu adalah syurga." Kekasih ialah seperti anak, isteri dan lain-lain. (Riwayat Bukhari)

921. Dari Usamah bin Zaid radhiallahu 'anhuma, katanya: "Salah seorang dari puteri-puteri Nabi s.a.w. mengutus seseorang kepada beliau s.a.w. untuk memanggilnya dan memberitahukan padanya bahwa seseorang anaknya - yakni anak puteri Nabi s.a.w. -itu, lelaki atau perempuan - yang meriwayatkan Hadits ini ragu-ragu, apakah anak itu lelaki atau perempuan - sedang berada dalam keadaan akan meninggal dunia. Puteri Nabi s.a.w. yang memanggil itu ialah Zainab, sedang yang sakit namanya Umamah. Nabi s.a.w. lalu bersabda kepada utusan puterinya itu: "Kembalilah dulu ke tempat puteriku itu dan beritahukanlah padanya bahwasanya bagi Allah adalah apa-apa yang diambil, bagiNya apa-apa yang diberikan dan segala sesuatu menurut ajal yang ditentukan di sisiNya. Maka dari itu perintahkanlah ia supaya bersabar saja dan supaya meng-harapkan keridhaan Allah." Selanjutnya disebutkan Hadits ini sampai selengkapnya. (Muttafaq 'alaih)


Bab 153
Bolehnya Menangisi Orang Mati Tanpa Nadab -Menghitung-hitung Kebaikan Mayit- Juga Tanpa Suara Keras Dalam Tangisnya Itu

Ada pun bersuara keras ketika menangisi mayit itu, maka hukumnya adalah haram dan ini akan diuraikan dalam suatu bab tersendiri yaitu Kitab Larangan, Insya Allah.
Adapun menangis biasa, maka ada beberapa Hadits yang menguraikan tentang dilarangnya itu dan bahwasanya mayit itu akan disiksa dengan sebab tangis keluarganya. Hal sedemikian ini ditakwilkan dan ditangguhkan atas orang yang mewasiatkan itu. Adapun yang dilarang itu hanyalah tangis yang di dalamnya disertai nadab atau dengan suara keras luarbiasa. Adapun dalilnya tentang bolehnya menangis tanpa nadab dan tidak dengan suara keras ialah beberapa Hadits yang banyak sekali jumlahnya, di antaranya ialah:

922. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. meninjau Sa'ad bin Ubadah dan besertanya ialah Abdur Rahman bin Auf, Sa'ad bin Abu Waqqash dan Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhum. Kemudian Rasulullah s.a.w. menangis. Ketika orang-orang sama mengetahui tangisnya Rasulullah s.a.w., maka merekapun menangislah. Selanjutnya beliau s.a.w. bersabda: "Ada-kah engkau semua tidak mendengar? Sesungguhnya Allah itu tidak akan menyiksa sebab adanya airmata yang mengalir di mata, tidak pula karena kesusahan hati, tetapi Allah menyiksa itu ialah dengan sebab perbuatan ini ataupun Allah memberikan kerahmatannya." Beliau s.a.w. menunjuk kepada lisannya. (Muttafaq 'alaih)

923. Dari Usamah bin Zaid radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. pada suatu ketika diaturkanlah berita tentang anak dari puterinya yang dalam keadaan akan meninggal dunia, lalu kedua mata Rasulullah s.a.w. mengalirkan airmata. Kemudian Sa'ad berkata pada beliau s.a.w.: "Apakah artinya ini, ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ini adalah sebagai tanda belas kasihan yang dijadikan oleh Allah Ta'ala dan hati hamba-hambaNya. Hanya- sanya Allah itu mengasihi orang-orang yang mempunyai hati belas kasihan dari golongan hamba-hambaNya itu."(Muttafaq 'alaih)

924. Dari Anas r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. masuk ke tempat anaknya yaitu Ibrahim r.a. dan ia sedang berderma dengan jiwanya - yakni menghadapi kematian, maka kedua mata Rasulullah s.a.w. itu melelehkan airmata. Abdur Rahman bin Auf berkata kepadanya: "Tuanpun menangis ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Hai Ibnu Auf, sesungguhnya airmata ini adalah sebagai tanda kasih sayang." Selanjutnya airmata pertama itu diikuti airmata kedua dan seterusnya. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya matapun dapat mengalirkan airmata dan hatipun dapat berdukacita. Kita tidak mengucapkan melainkan apa yang dapat memberikan keridhaan kepada Tuhan kita dan sesungguhnya kita ini dengan berpisah denganmu itu, hai Ibrahim niscayalah bersedih hati." Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim juga meriwayat-kan sebagiannya. Hadits-Hadits dalam bab ini banyak sekali disebutkan dalam kitab shahih dan tersohor sekali.
Wallahu a'lam.


Bab 154
Menahan — Tidak Menyiar-nyiarkan — Sesuatu Yang Tidak Balk Yang Diketahui Dari Seseorang Mayit


925. Dari Abu Rafi' yaitu Aslam, hambasahaya Rasulullah s.a.w. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa yang memandikan seseorang mayit, lalu ia menyimpan - yakni merahasiakan - atas keburukan mayit itu - yang diketahui olehnya, maka Allah memberikan pengampunan kepada orang tadi sebanyak empatpuluh kali.", Diriwayatkan oleh Imam Hakim dan ia berkata bahwa ini adalah Hadits shahih menurut syarat Imam Muslim.


Bab 155
Menyembahyangi Mayit, Mengantarkannya -Ke Kubur-, Menghadhiri Pemakamannya DanMakruhnya Kaum Wanita Ikut Mengantarkan Janazah-janazah
Tentang keutamaan mengantarkan mayit sudah lebih dulu uraiannya- lihat Kitab Meninjau orang sakit dari Hadits no. 891 dan seterusnya.

926. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang menyaksikan mayit sehingga ia disembahyangi - yakni ikut menyembahyangi pula, maka ia memperoleh pahala seqirath dan barangsiapa yang menyaksikan sehingga di kubur, maka ia memperoleh pahala dua qirath." Beliau s.a.w. ditanya: "Seberapakah dua qirath itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu seperti dua gunung yang besar-besar." (Muttafaq 'alaih)

927. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: ''Barangsiapa mengikuti janazahnya seseorang Muslim dengan sebab adanya keimanan serta mengharapkan keridhaan Allah dan ia terus menyertainya sehingga mayit itu disembahyangi dan seiesai dimakamkan, maka sesungguhnya orang yang sedemikian itu akan kembali dengan membawa pahala sebanyak dua qirath, setiap seqirath itu adalah sebesar gunung Uhud. Dan barangsiapa yang ikut menyembahyanginya kemudian kembali sebelum dimakamkan, maka sesungguhnya ia akan kembali dengan membawa pahala seqirath." (Riwayat Bukhari)

928. Dari Ummu 'Athiyah radhiallahu 'anha, katanya: "Kita semua dilarang untuk mengikuti mengantarkan janazah - ke kubur, tetapi larangan itu tidak diperkeraskan untuk kita - maksudnya ialah untuk kaum wanita." (Muttafaq 'alarh) Maknanya ialah bahwa larangan mengikuti janazah ke kubur bagi kaum wanita itu tidak diperkeraskan sebagaimana halnya larangan yang diperkeraskan dalam perkara-perkara yang diharam-kan - jadi hukumnya ialah makruh saja.


Bab 156
Sunnahnya Memperbanyakkan Orang Yang Menyembahyangi Janazah Dan Membuat Barisan- barisan Orang-orang Yang Menyembahyangi Itu Menjadi Tiga Deretan Atau Lebih


929. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorang mayitpun yang disembahyangi oleh sesuatu ummat dari kaum Muslimin yang sampai berjumlah seratus orang yang semuanya memohonkan syafaat - yakni pertolongan supaya diampuni dosa-dosanya - kepada mayit tadi, melainkan Allah akan mengabulkan permohonan syafaat mereka itu pada mayit tersebut."(Riwayat Muslim)

930. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorang Muslimpun yang mati, lalu janazahnya disembahyangi oleh empatpuluh orang yang semuanya tidak menyekutukan sesuatu kepada Allah, melainkan Allah akan mengabulkan permohonan syafaat orang-orang yang menyembahyangi itu-yakni mohon pertolongan kepada Allah agar diampuni dosa-dosanya -bagi mayit tersebut." (Riwayat Muslim)

931. Dari Martsad bin Abdullah al-Yazani, katanya: "Malik bin Hubairah itu apabila menyembahyangi janazah dan dianggapnya sedikit orang-orang yang ikut menyembahyangi itu, maka mereka itu dibaginya rnenjadi tiga bagian - yakni tiga baris. Kemudian ia berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda:'.. "Barangsiapa yang disembahyangi oleh tiga baris, maka hal itu telah mewajibkan janazah itu - mendapatkan syurga." Diriwayatkan oleh imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan ia mengatakan bahwa ia adalah Hadits hasan.


Bab 157
Apa-apa Yang Dibaca Dalam Shalat janazah Cara bersembahyang janazah

Ialah: Bertakbir empat kali. Sesudah takbir pertama membaca ta'awwudz - A'udzu billahi minasy syaithanir rajim - lalu membaca Fatihatulkitab - yakni surat al-Fatihah, kemudian bertakbir yang kedua kalinya, lalu mengucapkan shalawat kepada Nabi s.a.w. mengucapkan: Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad. Adapun yang lebih utama ialah supaya disempurnakan dengan ucapan: Kama shallaita 'ala Ibrahim sampai ucapan Hamidum majid. Jadi jangan membaca sebagaimana yang dikerjakan oleh sebagian besar orang awam, yaitu mereka sama mengucapkan: Innallaha wa malaikatahu yushailuna 'alan nabiyyi dan seterusnya sampai habisnya ayat, sebab sesungguhnya saja tidak akan sahlah shalatnya, jikalau seseorang itu meringkaskan bacaannya pada yang demikian itu belaka. Selanjutnya lalu bertakbir yang ketiga dan berdoa untuk mayit dan untuk seluruh kaum Musiimin, sebagaimana yang akan kami uraikan Hadits-Haditsnya di belakang. Insya Allah Ta'ala. Seterusnya ialah bertakbir keempat kalinya dan berdoa. Setengah daripada sebaik-baiknya doa ialah: ajrahu wa la taftinna ba'dahu waghfir lana walahu-artinya: Ya Allah, janganlah menghalang-halangi kita untuk memperoleh pahala sebab memperoleh mushibah ditinggalkan mayit itu, jangan pula ada fitnah sepeninggalnya dan ampunilah untuk kita semua dan untuk mayit ini pula. Yang terpilih ialah supaya seseorang itu memperpanjangkan doanya dalam doa sehabis takbir keempat ini. jadi menyalahi apa-apa yang biasa dilakukan oleh sebagian banyak manusia - yang suka memendekkan doa itu. Ini adalah berdasarkan Hadits Ibnu Abi Aufa yang akan kami sebutkan di belakang Insya Allah Ta'ala. Adapun doa-doa yang datang dari Nabi s.a.w. sesudah takbir ketiga, di antaranya ialah:

932. Dari Abdur Rahman bin Auf bin Malik r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. menyembahyangi janazah, lalu saya menghafal-kan sesuatu dari doanya, yaitu beliau s.a.w. mengucapkan - yang artinya: "Ya Allah, ampunilah ia dan belas kasihanilah.selamatkanlah ia dan maafkanlah, muliakanlah tempat kediamannya - dalam kubur - dan luaskanlah tempat masuknya, bersihkanlah ia dengan air, salju dan embun, bersihkanlah ia dari kesalahan-kesalahannya sebagai- mana Engkau membersihkan pakaian putih dari kotoran, berilah ia ganti berupa perumahan yang lebih baik dari perumahannya - di dunia juga ganti keluarga yang lebih baik dari keluarganya-di dunia - serta kawinkanlah ia dengan suami - atau isteri - yang lebih baik dari suami - atau isterinya - di dunia. Masukkanlah ia dalam syurga dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka." 'Aufa berkata: "Sehingga saya mengharapkan hendaknya sayalah yang menjadi mayit ketika itu." (Riwayat Muslim)

933. Dari Abu Hurairah, Abu Qatadah dan Abu Ibrahim a|-Asyhali dari ayahnya dan ayahnya adalah seorang sahabat, radhi- allahu 'anhum dari Nabi s.a.w. bahwasanya beliau menyembahyangi janazah, lalu mengucapkan - yang artinya: "Ya Allah, ampunilah untuk yang masih hidup dan yang telah mati dari kita, yang kecil dan yang besar - maksudnya yang muda dan yang tua, yang lelaki dan yang perempuan, yang hadhir ini dan yang tidak hadhir. Ya Allah, barangsiapa yang Engkau hidupkan di antara kita, maka hidupkanlah dengan menetapi Agama Islam dan barang-yang Engkau matikan dari kita, maka matikanlah dengan menetapi keimanan. Ya Allah, janganlah menghalang-halangi kita untuk memperoleh pahala sebab mendapatkan mushibah ditinggalkan mayit ini dan jangan ada fitnah sepeninggalnya." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dari riwayat Abu Hurairah dan al-Asyhali. Juga diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dari riwayat Abu Hurairah dan Abu Qatadah. Imam Hakim berkata: Hadits Abu Hurairah ini shahih menurut syaratnya Imam-imam buk ari dan Muslim." Imam Termidzi berkata: "Imam Bukhari berkata: "Selengkap-lengkap riwayat-riwayat Hadits dalam bab ini ialah riwayatnya al-Asyhali." Imam Bukhari berkata: "Sebagus-bagus Hadits dalam bab ini ialah Haditsnya 'Auf bin Malik.

934. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Saya mendengar rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau engkau semua menyembahyangi mayit, maka bersikap ikhlaslah dalam mengucapkan doa untuk mayit itu." (Riwayat Abu Dawud)

935. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w. perihal doa menyembahyangi janazah, yaitu - yang artinya: "Ya Allah, Engkau adalah Tuhan janazah ini, Engkau pula yang menciptakannya, Engkau memberikannya petunjuk untuk memeluk Agama Islam. Engkau mencabut ruhnya dan Engkau lebih mengetahui perihal rahasia dan apa yang kelihatan daripada dirinya. Kita semua datang menghadapMu untuk memohonkan syafaat padanya. Maka dari itu ampunilah janazah ini." (Riwayat Abu Dawud)

936. Dari Watsilah bin al-Asqa' r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. menyembahyangi janazah seorang lelaki dari kaum Muslimin beserta kita, lalu saya mendengar beliau s.a.w. mengucapkan - yang artinya: "Ya Allah, sesungguhnya Fulan anak Fulan ini adalah dalam tanggunganMu dan ikatan keamananMu, maka dari itu lindungilah ia dari fitnah kubur dan siksanya. Engkau adalah ahli dalam menetapi janji dan memiliki pujian. Ya Allah, maka ampunilah ia, belas kasihanilah, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun lagi Penyayang." (Riwayat Abu Dawud)

937. Dari Abdullah bin Abu Aufa radhiallahu 'anhuma, bahwa-sanya ia bertakbir untuk menyembahyangi janazah anak perem-puannya, lalu ia berdiri sesudah takbir keempat seperti kadar waktu berdirinya antara dua takbir, kemudian ia berkata: "Rasulullah s.a.w. melakukan sedemikian ini." Dalam riwayat lain disebutkan: Abdullah bin Abu'Aufa bertakbir yang keempat kalinya, lalu berdiam diri sebentar, sehingga saya mengira bahwa ia akan bertakbir untuk kelima kalinya, kemudian bersalam menoleh kesebelah kanannya lalu kesebelah kirinya. Setelah ia selesai bersembahyang,kitapun bertanya padanya: "Apa-kah artinya itu tadi? - maksudnya antara takbir keempat dengan salam, mengapa lama sekali? la menjawab: "Sesungguhnya saya tidak akan menambahkan untukmu semua melebihi dari apa yang saya lihat dari Rasulullah s.a.w. sebagaimana yang beliau lakukan," atau ia berkata: "Memang demikian itulah yang dikerjakan oleh Rasulullah s.a.w." Diriwayatkan oleh Imam Hakim dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits shahih.


Bab 158
Menyegerakan Mengubur janazah


938. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Segerakanlah mengubur janazah itu. Jikalau ia baik, maka itulah suatu kebaikan yang engkau semua berikan padanya, sedang jikalau ia selain yang sedemikian - yakni janazah buruk, maka itulah suatu kejelekan yang engkau semua letakkan pada leher-lehermu semua." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: fa khairun tuqaddi-munaha 'alaih - Jadi ilaihi diganti 'alaihi.

939. Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Jikalau janazah itu tetah diletakkan - dalam usungan atau pendosa - lalu orang-orang lelaki membawanya di atas leher-leher mereka - untuk dimakamkan dalam kubur. Maka jikalau janazah itu seorang yang shalih, iapun berkatalah: "Dahulukanlah aku -maksudnya segerakanlah dalam menguburkan janazahku karena ingin segera mengetahui kerahmatan Allah dalam kubur itu. Tetapi jikalau janazah itu tidak shalih, maka ia berkata kepada keluarganya: "Aduhai celaka diriku, ke manakah engkau semua hendak pergi membawa janazahku ini?" Suaranya itu didengar oleh setiap benda, melainkan manusia dan andaikata manusia itu dengar, niscayalah ia akan tidak sadarkan diri - atau akan mati sekali." (Riwayat Bukhari)


Bab 159
Menyegerakan Mengembalikan Hutangnya Mayit Dan Menyegerakan Dalam Merawatnya, Kecuali Kalau Mati Secara Mendadak, Maka Perlu Dibiarkan Dulu Sehingga Dapat Diyakinkan Kematiannya


940. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Diri seorang mu'min itu tergantung karena hutangnya, sehingga hutangnya itu dilunaskan." Maksudnya bahwa urusannya itu masih tidak dapat diselesaikan,apakah ia selamat dari siksa atau akan binasa karena siksa. la tetap ditahan sampai hutangnya dipenuhi oleh keluarganya yang masih hidup. Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa, ini adalah Hadits hasan.

941. Dari Hushain bin Wahwah r.a. bahwasanya Thalhah bin al-Bara' r.a. sakit, lalu didatangi oleh Nabi s.a.w. perlu meninjaunya kemudian beliau s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya saya tidak melihat Thalhah ini, melainkan ia sudah meninggal dunia. Maka dari itu, semestinya beritahukanlah hal itu padaku dan segerakanlah memberikan perawatan padanya -sampai dimakamkan, sebab sesungguhnya saja tidak patut bagi mayatnya seseorang Muslim itu kalau ditahan di antara keluarga-nya," maksudnya kalau mati siang, kuburkanlah pada siang itu juga, demikian pula kalau malam, juga kuburkanlah pada malam itu juga. (Riwayat Abu Daud)

DAFTAR ISI : 1 - 10 - 20 - 30 - 40 - 50 - 60 - 70 - 80 - 90 - 100 - 110 - 120 - 130 - 140 - 150 - 160 - 170 - 180 - 190 - 200 - 210 - 220 - 230 - 240- 250- 260- 270- 280- 290- 300- 310- 320- 330- 340- 350- 360- 370-