Saiful Ma'ruf

Bab 210 Keutamaan Shalat Jum'ah, Kewajibannya, Mandi Untuk Menghadhirinya, Datang Berpagi-pagi Kepadanya, Doa Pada Hari
Jum'ah, Membaca Shalawat Nabi Pada Hari Itu, Uraian Perihal Saat Dikabulkannya Doa-doa Dan Sunnahnya Memperbanyak ZikirKepada Allah Ta'ala Sesudah Jum'ah

Bab 211 Sunnahnya Sujud Syukur Ketika Mendapatkan Kenikmatan Yang Nyata Atau Terhindar Dari Bencana Yang Nyata
Bab 212 Keutamaan Bangun Shalat Di Waktu Malam
Bab 213 Sunnahnya Bangun Malam Ramadhan Yaitu Untuk Malam Mengerjakan Shalat Sunnah Tarawih
Bab 214 Keutamaan Mengerjakan Shalat Di Malam Lailatul-Qadri Dan Uraian Perihal Malam-malam Yang Lebih Dapat Diharapkan Menemuinya
Bab 215 Keutamaan Bersiwak — Bersugi — Dan Perkara-perkara Kefitrahan
Bab 216 Mengokohkan Kewajiban Zakat Dan Uraian Tentang Keutamaannya Serta Apa-apa Yang Berhubungan Dengan Zakat Itu
Bab 217 Wajibnya Puasa Ramadhan, Uraian Keutamaan Berpuasa Dan Hal-hal Yang Berhubungan Dengan Puasa Itu
Bab 218 Dermawan Dan Melakukan Kebaikan Serta Memperbanyak Kebagusan Dalam Bulan Ramadhan Dan Menambahkan Amalan Itu Dari Yang Sudah-sudah Apabila Tiba Sepuluh Hari Terakhir Dari Ramadhan Itu
Bab 219 Larangan Mendahului Ramadhan Dengan Puasa Sesudah Pertengahan Sya'ban, Melainkan Bagi Orang Yang Mempersambungkan Dengan Hari-hari Yang Sebelumnya Atau Tepat Pada Kebiasaan Yang Dilakukannya, Misalnya Bahwa Kebiasaannya Itu lalah Berpuasa Hari Senin Dan Kemis Lalu Bertepatan Dengan Itu


Bab 210
Keutamaan Shalat Jum'ah, Kewajibannya, Mandi Untuk Menghadhirinya, Datang Berpagi-pagi Kepadanya, Doa Pada Hari Jum'ah, Membaca Shalawat Nabi Pada Hari Itu, Uraian Perihal Saat Dikabulkannya Doa-doa Dan Sunnahnya Memperbanyak Zikir Kepada Allah Ta'ala Sesudah Jum'ah

Allah Ta'ala berfirman: "Maka jikalau shalat sudah diselesaikan, maka menyebarlah di bumi dan carilah dari keutamaan Allah dan ingatlah kepada Allah sebanyak-banyaknya, supaya engkau semua dapat berbahagia." (al-Jumu'ah: 10)

1144. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sebaik-baik hari yang matahari terbit pada hari itu ialah hari jum'ah. Pada hari itulah Adam diciptakan dan pada hari itu pula ia dimasukkan dalam syurga dan juga pada hari itulah ia dikeluarkan dari syurga itu," (Riwayat Muslim)

1145. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa berwudhu' lalu memperbaguskan wudhu'nya, Kemudian mendatangi shalat Jum'ah terus mendengar dan berdiam diri - tidak berbicara samasekali, maka diampunkanlah untuknya antara Jum'ah itu dengan Jum'ah yang berikutnya, dengan diberi tambahan tiga hari lagi. Barangsiapa yang memegang kerikil - batu kecil untuk dipermain-mainkan sehingga tidak memperhatikan isi khutbah, maka ia telah melakukan kelalaian - yakni bersalah." (Riwayat Muslim)

1146. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., katanya: "Shalat lima waktu dan dari Jum'ah satu ke Jum'ah berikutnya, dari Ramadhan ke Ramadhan, adalah sebagai penebus – yakni penebus dosa - antara waktu-waktu kesemuanya itu - yakni antara waktu yang satu dengan waktu yang berikutnya, selama dosa-dosa besar dijauhi." (Riwayat Muslim)

1147. Dari Abu Hurairah dan juga dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhum, bahwasanya keduanya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda di atas tiang- tiang mimbarnya: "Niscayalah kaum-kaum - orang-orang banyak - itu harus suka menghentikan kebiasaan mereka meninggalkan shalat-shalat Jum'ah, atau - kalau tidak demikian, maka niscayalah Allah akan menutup di atas hati-hati mereka kemudian pastilah mereka akan termasuk dalam golongan orang- orang yang lalai." (Riwayat Muslim)

1148. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau seseorang di antara engkau semua mendatangi shalat Jum'ah, maka hendaklah mandi dulu." (Muttafaq 'alaih)

1149. Dari Abu Said r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Mandi Jum'ah itu adalah wajib bagi setiap orang yang sudah baligh." (Muttafaq 'alaih) Yang dimaksudkan dengan Almuhtalim ialah orang yang sudah baligh - dewasa dan berakal, sedang yang dimaksudkan wajib ialah secara pilihan, seperti kata seseorang pada kawannya: "Hakmu itu wajib atasku."

1150. Dari Samurah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa berwudhu' pada hari Jum'ah, maka dengan ke-ringanan itu - bolehlah dilakukan dan tanpa mandi - dan itupun sudah baik. Tetapi barangsiapa yang mandi, maka mandi itu adalah lebih utama." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan.

1151. Dari Salman r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidaklah seseorang lelaki itu mandi pada hari Jum'ah, lalu bersuci sekuasa ia melakukan bersuci tadi dan berminyak dengan minyaknya atau mengambil darisebagian harum-haruman – minyak harum - yang ada di rumahnya, selanjutnya ia keluar, lalu tidak memisahkan antara dua orang yang sedang duduk, kemudian ber- sembahyang yang telah ditentukan untuknya - yakni shalat sunnah Tahiyyatul masjid, seterusnya berdiam diri - tidak bercakap- cakap - ketika imam berbicara, melainkan diampunkanlah untuknya antara Jum'ah itu dengan Jum'ah lainnya - yakni yang berikutnya." (Riwayat Bukhari)

1152. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa mandi pada hari Jum'ah sebagaimana mandi ketika janabah, lalu pergi - ke masjid, maka seolah-olah ia berkurban seekor unta, dan barangsiapa yang pergi pada jalan kedua, maka seolah-olah ia berkurban seekor lembu, dan barangsiapa pergi pada jam ketiga, maka seolah-olah ia berkurban seekor kambing yang bertanduk, dan barangsiapa pergi pada jam keempat, maka seolah-olah ia berkurban seekor ayam betina, dan barangsiapa pergi pada jam kelima, maka seolah-olah ia berkurban sebutir telur. Apabila imam telah keluar, maka para malaikat - yang mencatat - itu semuanya mendengarkan zikir - yakni khutbah." (Muttafaq 'alaih) Sabdanya: Ghuslal janabah yakni mandi seperti mandi ketika janabah dalam sifat dan keadaannya.

1153. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. menyebut- nyebutkan hari Jum'ah, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Dalam hari Jum'ah itu suatu saat yang tidak dicocoki oleh seseorang Muslim dan ia sedang berdiri bersembahyang sambil memohonkan sesuatu permohonan kepada Allah, melainkan Allah akan memberikan apa yang dimohonkannya itu." Rasulullah mengisyaratkan dengan tangannya sebagai tanda mempersedikitkan waktu yang dimaksudkan itu." (Muttafaq 'alaih)

1154. Dari Abu Burdah bin Abu Musa al-Asy'ari r.a., katanya: "Abdullah bin Umarradhiallahu 'anhuma berkata: "Apakah engkau pernah mendengar ayahmu menceriterakan tentang Rasulullah s.a.w. dalam hal shalat Jum'ah?" la berkata: "Saya - Abu Burdah -[menjawab: "Ya, saya pernah mendengar ia berkata: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Waktu yang mustajab itu ialah antara duduknya imam - di atas mimbar sampai shalat diselesaikan." (Riwayat Muslim)

1155. Dari Aus bin Aus r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya di antara hari-harimu semua yang lebih utama ialah hari Jum'ah, maka dari itu perbanyakkanlah membaca shalawat padaku dalam hari Jum'ah itu, sebab sesungguhnya shalawatmu semua itu ditunjukkan kepadaku." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.


Bab 211
Sunnahnya Sujud Syukur Ketika Mendapatkan Kenikmatan Yang Nyata Atau Terhindar Dari Bencana Yang Nyata


1156. Dari Sa'ad bin Abu Waqqash r.a., katanya: "Kita semua keluar dengan Rasulullah s.a.w. dari Makkah menuju Madinah. Ketika kita sudah berada di dekat 'Azwara', beliau s.a.w. lalu turun -dari kendaraannya, kemudian mengangkat kedua tangannya terus berdoa kepada Allah sesaat, selanjutnya lalu turun untuk bersujud, kemudian berdiam diri agak lama, kemudian berdiri mengangkat kedua tangannya sesaat lalu turun untuk bersujud lagi dan ini dilakukan sampai tiga kali. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya saya bermohon kepada Tuhanku supaya dapat memberikan syafaat kepada ummatku, lalu Tuhan memberikan padaku sepertiga dari ummatku itu. Kemudian saya turun untuk bersujud karena menyatakan kesyukuran kepada Tuhanku. Selanjutnya saya mengangkat kepalaku lalu saya bermohon lagi pada Tuhanku untuk ummatku, kemudian Tuhan memberikan kepadaku sepertiga ummatku lagi, lalu saya turun pula untuk bersujud kepada Tuhanku karena menyatakan kesyukuran kepada Tuhanku. Seterusnya saya mengangkat kepalaku sekali lagi, lalu saya bermohon kepada Tuhanku untuk ummatku, kemudian memberikan pula sepertiga yang terakhir, maka saya turun untuk bersujud kepada Tuhanku." (Riwayat Abu Dawud)


Bab 212
Keutamaan Bangun Shalat Di Waktu Malam

Allah Ta'ala berfirman: "Dan dari sebagian waktu malam, maka lakukanlah shalat Tahajud, sebagai suatu amalan sunnah untukmu, mudah-mudahan Tuhanmu akan mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (al-lsra': 79)
Allah Ta'ala berfirman pula: "Mereka sama meninggalkan tempat-tempat pembaringannya -untuk melakukan ibadat di waktu malam." (as-Sajdah: 16)
Allah Ta'ala juga berfirman: "Mereka itu sedikit sekali dari waktu malam yang mereka pergunakan untuk tidur." (az-Zariyat: 17)

1157. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Nabi s.a.w. itu berdiri untuk bersembahyang malam, sehingga pecah-pecah kedua tapak kakinya. Saya berkata kepadanya: "Mengapa Tuan mengerjakan sedemikian ini, ya Rasulullah, padahal sudah diampunkan untuk Tuan dosa-dosa Tuan yang dahulu dan yang kemudian?" beliau s.a.w. lalu bersabda: "Tidakkah saya ini seorang hamba yang banyak bersyukur." (Muttafaq 'alaih) Diriwayatkan dari al-Mughirah sedemikian itu pula. (Muttafaq 'alaih)

1158. Dari Ali r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. mendatanginya dan Fathimah di waktu malam, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Apakah engkau berdua tidak bersembahyang?" (Muttafaq 'alaih) Tharaqahu artinya mendatangi di waktu malam.

1159. Dari Salim bin Abdullah bin Umar bin al-Khaththab radhiallhu 'anhum dari ayahnya bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Sebagus-bagus orang lelaki ialah Abdullah, andaikata ia suka bersembahyang di waktu malam." Salim berkata: "Sejak saat itu Abdullah tidak tidur di waktu malam, kecuali sebentar sekali." (Muttafaq 'alaih)

1160. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti si Fulan itu. Dulu ia suka sekali bangun bersembahyang di waktu malam, tetapi kini meninggalkan bangun sembahyang waktu malam itu." (Muttafaq 'alaih)

1161. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Ada seorang lelaki yang disebut-sebut di sisi Nabi s.a.w., yaitu bahwa orang tersebut tidur di waktu malam sampai pagi - yakni tidak bangun untuk bersembahyang malam, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Orang itu sudah dikencingi oleh syaitan dalam kedua telinganya" atau beliau s.a.w. bersabda: "di telinganya." (Muttafaq 'alaih)

1162. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Syaitan itu memberikan ikatan pada ujung kepala seseorang di antara engkau semua sebanyak tiga buah, jikalau ia tidur. la membuat ketentuan pada setiap ikatan itu dengan kata-kata yang berbunyi: "Engkau memperoleh malam panjang, maka tidurlah terus!" Jikalau orang itu bangun lalu berzikir kepada Allah Ta'ala maka terurailah sebuah ikatan dari dirinya, selanjutnya jikalau ia terus berwudhu', lalu terurai pulalah ikatan satunya lagi dan seterusnya, jikalau ia bersembahyang, maka terurailah ikatan se-luruhnya, sehingga berpagi-pagi ia telah menjadi bersemangat serta berhati gembira. Tetapi jikalau tidak sebagaimana yang tersebut di atas, maka ia berpagi-pagi menjadi orang yang berhati buruk serta pemalas." (Muttafaq 'alaih) Qafiyatur ra'si yaitu ujung penghabisan dari kepala.

1163. Dari Abdullah bin Salam r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Hai sekalian manusia, ratakanlah salam, berikanlah makanan, bersembahyanglah di waktu malam sedang para manusia sedang tidur, maka engkau semua akan dapat memasuki syurga dengan sel a m a t . " Diriwayatkan oleh-lmam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan shahih.

1164. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seutama-utama puasa bulan Ramadhan ialah bulan Allah yang dimuliakan - yakni berpuasa dalam bulan Muharram, sedang seutama-utamanya shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat di waktu malam."(Riwayat Muslim)

1165. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Shalat sunnah di waktu malam itu dua rakaat dua rakaat, maka jikalau engkau takut masuknya shalat Subuh, maka berwitirlah dengan serakaat." (Muttafaq 'alaih)

1166. Dari Ibnu Umar r.a. pula, katanya: "Nabi s.a.w. itu bersembahyang di waktu malam dua rakaat dan berwitir dengan serakaat." (Muttafaq 'alaih)

1167. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. berbuka - tidak berpuasa - dari sebulan penuh, sehingga kita menyangka bahwa beliau s.a.w. tidak pernah berpuasa dalam bulan itu, tetapi kadang-kadang beliau s.a.w. berpuasa dari sebulan penuh, sehingga kita menyangka bahwa beliau s.a.w. tidak pernah berbuka sedikitpun dalam bulan itu. Tidaklah engkau menginginkan hendak melihat beliau bersembahyang dari waktu malam, melainkan engkau akan dapat melihat beliau s.a.w. bersembahyang, tetapi tidaklah engkau menginginkan beliau s.a.w. tidur, melainkan engkau akan dapat melihat beliau s.a.w. sedang tidur." Maksudnya antara shalat malam dengan tidurnya itu demikian teratur waktunya, juga dilakukan tanpa berlebih-lebihan antara keduanya itu yakni sedang. (Riwayat Bukhari)

1168. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu bersembahyang sebelas rakaat, yakni di waktu malam. Beliau bersujud sekali sujud dari rakaat-rakaat tadi sekira seseorang dari engkau semua membaca limapuluh ayat sebelum beliau mengangkat kepalanya. Beliau s.a.w. juga mengerjakan shalat dua rakaat sebelum shalat Fajar - yakni Subuh, kemudian berbaringlah pada belahan tubuhnya yang kanan - sesudah bersembahyang sunnah dua rakaat tadi, sehingga datanglah pada beliau itu orang yang mengajaknya untuk bersembahyang Subuh - dengan jamaah. (Riwayat Bukhari)

1169. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. tidak pernah menambah lebih dari sebelas rakaat - sunnah, baik dalam bulan Ramadhan ataupun selain Ramadhan. Beliau s.a.w. bersembahyang empat rakaat, maka janganlah engkau bertanya betapa indah dan panjangnya, kemudian bersembahyang lagi empat rakaat, maka jangan pula engkau bertanya betapa indah dan panjangnya, kemudian bersembahyang tiga rakaat. Saya - yakni Aisyah - lalu bertanya: "Ya Rasulullah, apakah Tuan juga tidur sebelum berwitir?" Beliau s.a.w. menjawab: "Hai Aisyah, sesungguhnya kedua mataku itu tidur, tetapi hatiku tidaklah tidur." (Muttafaq 'alaih)

1170. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula bahwasanya Nabi s.a.w. itu tidur di permulaan malam dan bangun pada akhir malam lalu bersembahyang." (Muttafaq 'alaih)

1171. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Saya bersembahyang bersama Nabi s.a.w. pada suatu malam, maka tidak habis-habisnya beliau s.a.w. itu berdiri sehingga saya bermaksud untuk melakukan sesuatu yang buruk." la ditanya: "Apakah yang hendak engkau maksudkan?" la menjawab: "Saya bermaksud untuk duduk dari meninggalkan beliau s.a.w. - yakni tidak meneruskan ikut berjamaah dengan Nabi s.a.w. dan akan bersembahyang munfarid." (Muttafaq 'alaih)

1172. Dari Hudzaifah r.a., katanya: "Saya bersembahyang beserta Nabi s.a.w. pada suatu malam, maka beliau membuka -dalam rakaat pertama - dengan surat al-Baqarah. Saya berkata: "Beliau ruku' pada ayat keseratus, kemudian berlalulah." Saya berkata: "Beliau bersembahyang dengan bacaan tadi itu dalam satu rakaat, kemudian berlalu." Selanjutnya saya berkata: "Beliau ruku' dengan bacaan di atas itu, kemudian membuka dalam rakaat kedua - dengan surat an-Nisa' lalu membacanya, kemudian membuka lagi - sebagai lanjutannya -surat ali-lmran, kemudian membacanya. Beliau s.a.w. membacanya itu dengan rapi sekali - tidak tergesa-gesa, jikalau melalui ayat yang di dalamnya mengandung pen-tasbihan - memaha-sucikan - beliaupun mengucapkan tasbih, jikalau melalui ayat yang mengandung suatu permohonan, beliaupun memohon, jikalau melalui ayat yang menyatakan berta'awwudz -mohon perlindungan kepada Allah dari sesuatu yang tidak baik -beliaupun berta'awwudz - mohon perlindungan. Kemudian beiiau s.a.w. ruku' dan di situ beliau mengucapkan: Sub-hana rabbial 'azhim. Ruku'nya adalah seumpama saja dengan berdirinya - yakni perihal lamanya hampir persamaan belaka, selanjutnya beliau rriengucapkan: Sami'allahu liman hamidah Rabbana lakal hamd, lalu berdiri dengan berdiri yang lama men-dekati ruku'nyatadi. Seterusnya beliau bersujud lalu mengucapkan: Sub-hana rabbial ala, maka sujudnya itu mendekati pula akan berdirinya - tentang lama waktunya. (Riwayat Muslim)

1173. Dari Jabir r.a.,katanya: "Rasulullah s.a.w. ditanya: "Shalat apakah yang lebih utama?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu panjangnya berdiri" (Riwayat Muslim) Yang dimaksud dengan lafaz alqunut ialah berdiri.

1174. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda padanya: "Shalat yang paling dicintai oleh Allah ialah shalatnya Dawud dan puasa yang paling dicintai oleh Allah ialah puasanya Dawud. la tidur separuh malam, bangun shalat yang sepertiganya dan tidur yang seperenamnya. la berpuasa sehari dan berbuka - yakni tidak berpuasa - sehari." (Muttafaq 'alaih)

1175. Dari Jabir r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya di waktu malam itu niscayalah ada suatu saat yang tidak dicocoki oleh seseorang Muslim yang di waktu itu memohonkan suatu kenaikan kepada Allah, baik dari urusan ke duniaan atau akhirat, melainkan Allah akan memberikan permoho-nannya tadi. Yang sedemikian ini ada di setiap malam." (Riwayat Muslim)

1176. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:"Apabila seseorang di antara engkau semua bangun di waktu malam, maka hendaklah membuka - memulai - shalatnya dengan dua rakaat yang ringan." (Riwayat Muslim)

1177. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila bangun di waktu malam, maka beliau membuka -memulai - shalatnya dengan dua rakaat yang ringan." (Riwayat Muslim)

1178. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila terlambat melakukan shalat malam karena sakit atau Iain-Iain, maka beliau s.a.w. bersembahyang duabelas rakaat di waktu siang harinya." (Riwayat Muslim)

1179. Dari Umar bin al-Khaththab r.a., katanya: "Rasuiullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang tertidur sampai meninggalkan bacaan hizibnya atau sesuatu bagian dari hizibnya itu - yang dibiasakan mem-baca - di waktu malam, lalu ia membacanya di antara shalat Fajar -Subuh - dan shalat Zuhur, maka dicatatlah untuknya seolah-olah ia membacanya itu di waktu malam." (Riwayat Muslim)

1180. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah merahmati seseorang lelaki yang bangun di waktu malam dan membangunkan isterinya, lalu apabila isterinya enggan, lelakinya itu memercik-mercikkan air di mukanya. Allah juga merahmati seorang wanita yang bangun di waktu malam, lalu bersembahyang dan membangunkan suaminya dan apabila suaminya itu enggan, lalu memercik-mercikkan air di mukanya." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.

1181. Dari Abu Hurairah r.a. dan dari Abu Said radhiallahu 'anhuma, keduanya berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau seseorang lelaki itu membangunkan isterinya di waktu malam, lalu keduanya bersembahyang atau mengerjakan shalat dua rakaat semua, maka dicatatlah termasuk golongan orang-orang lelaki dan perempuan yang ingat - kepada Allah." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.

1182. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Jikalau seseorang di antara engkau semua mengantuk dalam shalat, maka hendaklah ia tidur dulu sehingga lenyaplah kantuk itu dari dirinya, karena sesungguhnya seseorang di antara engkau semua itu jikalau bersembahyang sedang ia mengantuk, barangkali ia bermaksud hendak memohonkan pengampunan, tetapi lalu memaki-maki dirinya sendiri." (Muttafaq 'alaih)

1183. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasuiullah s.a.w. bersabda: "Jikalau seseorang di antara engkau semua bangun di waktu malam lalu membaurlah al-Quran itu pada lisannya - yakni tidak keruan-keruan lagi bacaannya sebab mengantuk, kemudian ia tidak dapat mengetahui lagi apa yang dibaca olehnya - yakni tidak lagi memperhatikan isi dan maknanya, maka baiklah ia berbaring-yakni tidur saja dulu."(Riwayat Muslim)


Bab 213
Sunnahnya Bangun Malam Ramadhan Yaitu Untuk Mengerjakan Shalat Sunnah Tarawih


1184. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. ber-sabda: "Barangsiapa berdiri bersembahyang dalam bulan Ramadhan karena didorong keimanan dan keinginan memperoleh keridhaan Allah, maka diampunkanlah untuknya dosa-dosanya yang ter-dahulu." (Muttafaq 'alaih)

1185. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu menganjur-anjurkan supaya senang mengerjakan shalat - pada malamnya - bulan Ramadhan, tanpa menyuruh orang-orang itu dengan kekerasan - yakni bukan kewajiban. Beliau s.a.w. bersabda: "Barangsiapa berdiri bersembahyang dalam bulan Ramadhan karena didorong keimanan dan keinginan memperoleh keridhaan Allah, maka diampunkanlah untuknya dosa-dosanya yang ter-dahulu." (Riwayat Muslim)


Bab 214
Keutamaan Mengerjakan Shalat Di Malam Lailatul- Qadri Dan Uraian Perihal Malam-malam Yang Lebih Dapat Diharapkan Menemuinya

Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya Kami - Allah - menurunkan al-Quran itu pada malam Laitlatul- qadri" sampai akhirnya ayat. (Surah al-Qadr)
Allah Ta'ala berfirman pula: "Sesungguhnya Kami menurunkan al-Quran itu pada waktu malam yang diberkahi," sampai beberapa ayat selanjutnya. (ad-Dukhan: 3)

1186. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Barangsiapa berdiri bersembahyang dalam bulan Ramadhan karena didorong keimanan dan keinginan memperoleh keridhaan Allah, maka diampunkanlah untuknya dosa-dosanya yang terdahulu." (Muttafaq 'alaih)
1187. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya beberapa orang lelaki dari para sahabat Nabi s.a.w. diberitahu dalam impian mengenai tibanya lailatul-qadri yaitu dalam tujuh yang terakhir - yang dimaksudkan ialah antara malam ke 22 sampai malam ke 28. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Saya melihat impian-impianmu semua itu cocok yaitu pada tujuh yang terakhir. Maka barangsiapa hendak mencari lailatul-qadri itu, hendaklah mencari-nya pada tujuh yang terakhir itu juga." (Muttafaq 'alaih)

1188. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu beri'tikaf dalam sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan dan beliau s.a.w. bersabda: "Carilah lailatul-qadri itu dalam sepuiuh yang terakhir - yakni antara malam ke 21 sampai malam ke 30 - dari bulan Ramadhan." (Muttafaq 'alaih)

1189. Dari Aisyah radhillahu 'anha pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Carilah lailatul-qadri itu dalam malam ganjil dari sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan - yakni malam ke 21,23, 25, 27 dan 29. (Riwayat Bukhari)

1190. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila telah masuk sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan, maka beliau menghidup-hidupkan malamnya - yakni melakukan ibadat pada malam harinya itu, juga membangunkan isterinya, bersungguh-sungguh - dalam ibadat - dan mengeraskan ikat pinggangnya - maksudnya adalah sebagai kata kinayah men-jauhi berkumpul dengan isterinya." (Muttafaq 'alaih)

1191. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu bersungguh-sungguh dalam beribadat dalam bulan Ramadhan yang tidak demikian bersungguh-sungguhnya kalau dibandingkan dengan bulan lainnya, juga di dalam sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan itu beliau s.a.w. bersungguh-sungguh pula yang tidak demikian bersungguh- sungguhnya kalau dibandingkan dengan hari-hari Ramadhan yang lainnya." (Riwayat Muslim)

1192. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau saya mengetahui pada malam apa tibanya lailatul-qadri itu, apakah yang harus saya ucapkan pada malam itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ucapkanah: Artinya: Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun, gemar memberikan pengampunan, maka ampuniiah saya. Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan shahih.


Bab 215
Keutamaan Bersiwak — Bersugi — Dan Perkara- perkara Kefitrahan


1193. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Andaikata tidak akan menjadikan keberatan bagi ummatku atau atas sekalian manusia, niscayalah mereka itu akan saya perintah untuk bersiwak pada tiap-tiap akan bersembahyang." (Muttafaq 'alaih)

1194. Dari Hudzaifah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu apabila bangun dari tidur, beliau menggosok-gosok mulutnya - yakni gigi-giginya - dengan siwak." (Muttafaq 'alaih)

1195. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Kita semua menyediakan untuk Rasulullah s.a.w. akan siwaknya serta air untuk berwudhu'nya, lalu ia dibangkitkan oleh Allah sekehendak waktu yang diinginkan oleh-Nya untuk membangkitkannya di waktu malam, lalu beliau s.a.w. bersiwak lalu berwudhu' dan terus ber-sembahyang." (Riwayat Muslim)

1196 Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya perbanyakkan benar - untuk menyuruh - engkau semua dalam hal bersiwak." (Riwayat Bukhari)

1197. Dari Syuraih bin Hani', katanya: "Saya berkata kepada Aisyah radhiallahu 'anha: "Dengan amalan apakah yang dimulai oleh Nabi s.a.w., jikalau beliau s.a.w. memasuki rumahnya?" la menjawab: "Dengan bersiwak." (Riwayat Muslim)

1198. Dari Abu Musa r.a., katanya: "Saya masuk ketempat Nabi s.a.w. sedang ujung siwak itu ada di lisan beliau s.a.w." (Muttafaq 'alaih) Dan ini adalah lafaznya Imam Muslim.

1199. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Siwak itu adalah menyebabkan sucinya mulut dan menyebab adanya keridhaan Tuhan." Diriwayatkan oleh Imam-imam Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah dalam kitab shahihnya dengan isnad-isnad shahih. Imam Bukhari Rahimaullah menyebutkan Hadits ini dalam kitab shahihnya sebagai ta'liq* dengan shiqat jazam, la mengatakan: "Aisyah radhiallahu 'anha berkata: "Siwak itu dan seterusnya." * Ta'liq maksudnya dengan membuang awal sanad dalam Hadits di atas. Hadits yang dita'liqkan itu disebut Hadits Mu'allaq. Persoalan ini termasuk dalam Musthalah Hadits atau ilmu untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan macam-macam nama Hadits, tingkatannya serta yang Iain-Iain lagi.Adapun maksudnya dengan shighat jazam itu ialah bahwa Hadits di atas itu diberi hukum yang mantap perihal keshahihannya.

1200. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya; "Kefitrahan - kemurnian sejak kejadian manusia - itu ada lima hal, atau lima hal ini termasuk dalam kefitrahan, yaitu berkhitan, mencukur rambut kemaluan, memotong kuku, mencabuti rambut ketiak dan mencukur kumis." (Muttafaq 'alaih) Alistihdad ialah mencukur'anah yaitu rambut yang ada di sekitar kemaluan - lelaki ataupun wanita.

1201. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada sepuluh hal termasuk kefitrahan – kemurnian sejak kejadian manusia, yaitu: mencukur kumis, mebiarkan tumbuhnya janggut, bersiwak, menghirup air dalam hidung, memotong kuku, membasuh ruas-ruas jari-jari, mencabuti rambut ketiak, mencukur rambut kemaluan dan bercebok." Yang meriwayatkan Hadits ini berkata: "Saya lupa pada yang kesepuluh, kecuali kalau yang kesepuluh itu ialah berkumur." Waki' berkata dan orang ini adalah salah seorang dari yang meriwayatkan Hadits ini: Intiqashulma' ialah beristinja' - bercebok." (Riwayat Muslim) Albarajim dengan ha' muwahhadah dan jim yaitu ruas-ruas jari-jari dan i'faut-lihyah artinya ialah tidak mencukurnya sedikitpun daripada rambut janggut."

1202. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., katanya: "Guntinglah kumis - yang memanjang melebihi dua bibir - dan biarkanlah tumbuhnya janggut." (Muttafaq 'alaih)


Bab 216
Mengokohkan Kewajiban Zakat Dan Uraian Tentang Keutamaannya Serta Apa-apa Yang Berhubungan Dengan Zakat Itu

Allah Ta'ala berfirman: "Dan dirikanlah shalat olehmu semua dan berikanlah zakat." (al-Baqarah: 43)
Allah Ta'ala berfirman pula: "Dan mereka tidaklah diperintah, melainkan untuk beribadat kepada Allah, penuh keikhlasan mengerjakan agama untukNya, serta dengan kecondongan hati, demikian pula mendirikan shalat dan memberikan zakat. Yang sedemikian itu adalah agama yang benar." (al-Bayyinah: 5)
Allah Ta'ala berfirman lagi: "Ambillah sedekah dari sebagian hartabenda mereka, untuk memberikan serta menyucikan hati mereka." (at-Taubah: 103)

1203. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Agama Islam itu didirikan atas lima perkara, yaitu menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan pesuruh Allah, mendirikan shalat, memberikan zakat, beribadat haji di Baitullah dan berpuasa dalam bulan Ramadhan." (Muttafaq 'alaih)

1204. Dari Thalhah bin Ubaidullah bin Usman bin 'Amr bin Ka'ab at-Taimi r.a., katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah s.a.w. yaitu dari penduduk Najad, teruraikan rambut kepalanya, kita dapat mendengarkan dengungan suaranya, tetapi tidak dapat kita fahami apa yang diucapkan olehnya itu, sehingga ia mendekat kepada Rasuluilah s.a.w. Tiba- tiba orang tersebut menanyakan perihal Agama Islam. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Yaitu lima kali shalat dalam sehari semalam." la bertanya: "Apakah tidak ada lagi kewajiban atas diriku selain shalat lima kali sehari semalam itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Tidak ada, melainkan kalau engkau ingin beribadat sunnah." Rasulullah s.a.w. lalu menyambung sabdanya: "Dan berpuasa dalam bulan Ramadhan." Orang itu bertanya: "Apakah tidak ada kewajiban lain selain itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Tidak, melainkan kalau engkau hendak beribadat sunnah." Thalhah berkata: "Rasulullah s.a.w. lalu menyebutkan kepada orang itu perihal zakat, lalu orang itu bertan ya: "Apakah tidak ada kewajiban lain atas diriku selain itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Tidak ada, melainkan kalau engkau hendak beribadat sunnah." Orang itu lalu menyingkir dan ia berkata: "Demi Allah, saya tidak akan menambah dari kewajiban-kewajiban itu dan tidak pula akan saya kurangi." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Orang itu akan berbahagia jikalau ia benar kata-katanya." (Muttafaq 'alaih)

1205. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. mengutus Mu'az r.a. ke Yaman, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Ajaklah mereka itu untuk bersyahadat bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwa saya adalah pesuruh Allah. Jikalau mereka sudah mentaati untuk melakukan itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwasanya Allah mewajibkan atas mereka itu lima kali shalat dalam setiap sehari semalam. Jikalau mereka sudah mentaati yang sedemikian itu, maka beritahukanlah kepada mereka pula bahwasanya Allah mewajibkan sedekah - yakni zakat - atas mereka yang diambil dari golongan yang kaya-kaya di kalangan mereka dan dikembalikan kepada golongan yang fakir-fakir dari mereka." (Muttafaq 'alaih)

1206. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya diperintahkan - oleh Allah, supaya saya memerangi kepada para manusia,sehingga mereka suka menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah pesuruh Allah mendirikan shalat dan memberikan zakat. Jikalau mereka telah melakukan yang sedemikian itu, maka terpeliharalah darah-darah serta hartabenda mereka daripadaku, sedang tentang hisab - yakni perhitungan amalan - mereka adalah terserah atas Allah." (Muttafaq 'alaih)

1207. Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Ketika Rasulullah s.a.w. telah meninggal dunia, dan Abu Bakar r.a. telah menjadi khalifah, sedang telah menjadi kafirlah orang Arab yang kembali pada kekafiran. Umar r.a. berkata kepada Abu Bakar r.a.: "Bagaimanakah dasarnya engkau memerangi para manusia itu, sedangkan Rasulullah s.a.w. telah bersabda: "Saya diperintah untuk memerangi para manusia, sehingga mereka mengucapkan La ilaha illallah, maka barangsiapa yang mengucapkan sedemikian itu,sungguh-sungguh ia telah terpelihara daripadaku akan hartabenda dan dirinya melainkan dengan haknya yakni yang sudah ditentukan dalam Agama Islam. Adapun hisabnya orang itu adalah atas Allah." Abu Bakar menjawab: "Demi Allah, niscayalah saya akan memerangi orang yang memperbedakan antara shalat dan zakat, sebab sesungguhnya zakat adalah haknya harta. Demi Allah andaikata orang-orang itu enggan memberikan kepadaku ikatan-ikatan -yang berhubungan dengan ketentuan zakat - yang dulu pernah mereka tunaikan kepada Rasulullah s.a.w., niscayalah saya akan memerangi mereka sebab keengganan memberikannya itu." Setelah itu Umar berkata: "Demi Allah, tidaklah keterangan Abu Bakar itu melainkan saya telah melihat bahwa Allah telah membuka dada Abu Bakar untuk dasar melakukan peperangan, maka saya berpendapat bahwa itulah yang hak - yakni benar." (Muttafaq 'alaih)

1208. Dari Abu Ayyub r.a. bahwasanya ada seorang lelaki berkata kepada Nabi s.a.w.: "Beritahukanlah kepada saya perihal sesuatu amalan yang dapat memasukkan saya ke dalam syurga!" Beliau s.a.w. bersabda:"Supaya engkau menyembah kepada Allah, tidak menyekutu-kan sesuatu denganNya, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mempereratkan ikatan kekeluargaan." (Muttafaq 'alaih)

1209. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ada seorang A'rab -penghuni pedalaman negeri Arab - mendatangi Nabi s.a.w. lalu berkata: "Ya Rasulullah, tunjukkanlah kepada saya akan sesuatu amalan yang apabila saya mengerjakannya, maka saya dapat memasuki syurga." Beliau s.a.w. menjawab: "Supaya engkau menyembah kepada Allah, tidak menyekutukan sesuatu denganNya, mendirikan shalat, memberikan zakat yang diwajibkan dan berpuasa Ramadhan." Orang itu lalu berkata: "Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, saya tidak akan menambah dari itu semua." Setelah orang itu menyingkir, Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Barangsiapa yang senang jikalau melihat seseorang lelaki dari ahli syurga, maka hendaklah melihat orang ini tadi." (Muttafaq 'alaih)

1210. Dari Jarir bin Abdullah r.a., katanya: "Saya berbai'at kepada Nabi s.a.w. untuk tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan memberi nasihat kepada setiap orang Islam." (Muttafaq 'alaih)

1211. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorangpun yang memiliki emas dan tidak pula yang memiliki perak, lalu ia tidak menunaikan haknya - zakatnya - dari emas dan perak itu, melainkan apabila telah tiba hari kiamat nanti dibuatkan untuknya beberapa lembaran dari api neraka lalu di-panaskanlah dalam neraka Jahanam, kemudian diseterikalah lambung, kening dan punggungnya dengan lembaran-lembaran tadi, setiap kali ia telah menjadi dingin lalu dikembalikan lagi untuknya - yakni dipanaskan dan diseterikakan lagi. Hal sedemikian itu terjadi dalam masa yang perkiraan lamanya ialah selama limapuluh ribu tahun – menurut hitungan hari dunia, sehingga diputuskanlah antara sekalian hamba Tuhan, lalu orang itu dapat mengetahui kelanjutan nasib dirinya, ada kalanya ke syurga dan ada kalanya ke neraka." Rasulullah s.a.w. lalu ditanya: "Ya Rasulullah, kalau unta bagaimanakah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Tiada seorangpun yang memiliki unta yang ia tidak menunaikan haknya - yakni zakatnya, dan setengah daripada haknya unta ialah memerah susunya di waktu ia didatangkan di tempat air - lalu air susunya itu disedekahkan kepada siapa saja yang memerlukan, melainkan apabila telah tiba hari kiamat, maka dibeberkanlah di mukanya sebidang tanah luas lagi licin dan unta-unta itu dalam keadaan yang gemuk-gemuk yang pernah dialaminya. Orang itu tidak akan kehilangan seekor anak untapun - yakni seluruh miliknya itu lengkap - dan semua untanya itu akan menginjak- injaknya dengan kakinya serta menggigitnya dengan mulutnya. Setiap kali ia telah dilaluinya oleh yang mula-mula, maka akan dikembalikan pula yang terakhirnya maksudnya terus saja unta-unta itu berputar-putar untuk menginjaknya. Hal ini terjadi dalam suatu masa yang perkiraan lamanya itu ialah limapuluh ribu tahun, sehingga diputuskanlan antara seluruh hamba Tuhan, lalu orang itu akan mengetahui kelanjutan nasibnya ada kalanya ke syurga dan ada kalanya ke neraka." Beliau s.a.w. lalu ditanya: "Ya Rasulullah kalau lembu dan kambing, bagaimanakah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Tiada seorang yang memiliki lembu ataupun kambing yang ia tidak menunaikan haknya - zakatnya, melainkan apabila telah tiba hari kiamat, maka dibeberkanlah untuknya sebidang tanah luas lagi licin. Ia tidak akan kehilangan seekorpun dari ternaknya itu, di dalamnya tidak ada yang bertanduk lengkung, tidak ada yang tak bertanduk dan tidak ada pula yang patah tanduknya. Semuanya itu menuberuknya dengan tanduk-tanduknya tadi dan menginjak-injaknya dengan kaki- kakinya. Setiap kali ia telah dilalui oleh yang mula-mula, maka akan dikembalikan pula yang terakhirnya. Hal ini terjadi dalam masa yang perkiraan lamanya itu ialah limapuluh ribu tahun, sehingga diputuskanlah antara sekalian hamba Tuhan, lalu orang itu akan mengetahui kelanjutan nasibnya, ada kalanya ke syurga dan ada kalanya ke neraka." Beliau s.a.w. lalu ditanya: "Ya Rasulullah, kalau kuda bagaimanakah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Kuda itu ada tiga macam. la bagi seseorang adalah merupakan dosa, ada pula yang bagi seseorang merupakan tabir - untuk keperluan peribadi sehingga tidak memelukan bantuan orang lain,tetapi ada yang bagi seseorang merupakan pahala. Adapun kuda yang bagi seseorang itu merupakan dosa, ialah kuda yang diikatnya-yakni dimilikinya- untukdijadikan bahan riya' - yakni berpameran, lagi untuk kemegahan atau untuk menentang kepada ummat Islam, maka kuda sedemikian inilah yang pemiliknya dapat memperoleh dosa. Adapun kuda yang dapat menjadi sebagai tabir ialah seseorang yang mengikatnya - yakni memilikinya - untuk sabilillah, kemudian ia tidak melalaikan haknya Allah dalam hal punggungnya - yakni untuk dinaiki guna melakukan ketaatan ataupun di waktu ada keperluan sendiri, bahkan tidak melalaikan pula akan lehernya - maksudnya diperhatikan apa-apa yang menjadi kemaslahatan kuda tadi dan melindunginya dari bahaya - maka inilah kuda yang dapat menjadi tabir. Adapun kuda yang bagi pemiliknya merupakan pahala ialah seseorang yang mengikatnya -yakni memilikinya - untuk kepentingan sabilillah saja dan diperun-tukkan seluruh ummat Islam, digembalakan di tanah yang penuh tanaman ataupun taman - yang banyak makanannya. Maka tidaklah kuda itu makan sesuatu dari ladang atau taman itu, melainkan dicatatlah untuknya beberapa kebaikan sebanyak apa yang dimakan oleh kuda tersebut, bahkan dicatatlah beberapa kebaikan sebanyak hitungan kotorannya dan kencingnya. Tidak pula kuda itu menempuh dengan kakinya lalu berlari ke sebuah atau dua buah bukit -lalu kembali lagi ke tempat penggembalaannya - melainkan Allah mencatat untuknya beberapa kebaikan sebanyak hitungan bekas langkahnya dan juga sebanyak kotoran-kotoran yang ada. Tidak pula pemiliknya itu melalui sesuatu sungai, laiu kuda itu minum dari sungai tadi,sedangkan ia tidak hendak memberi minuman padanya, melainkan Allah mencatat untuk pemiliknya itu beberapa kebaikan sebanyak hitungan tegukan yang diminumnya." Beliau s.a.w. ditanya lagi: "Ya Rasulullah, kalau keledai bagaimanakah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Tiada sesuatu wahyu yang diturunkan kepada saya mengenai hal keledai ini, melainkan ayat yang tersendiri maknanya ini tetapi menghimpun segala macam persoalan, yaitu - yang artinya: "Barangsiapa yang mengerjakan seberat timbangan semut kecil dari kebaikan, maka ia akan menge- tahuinya dan barangsiapa yang mengerjakan seberat timbangan semut kecil, dari kejelekan, maka ia akan mengetahuinya pula." (az-Zalzalah: 7-8) (Muttafaq 'alaih) Dan ini adalah lafaznya Imam Muslim. Alqa' artinya ialah tempat yang rata dan luas dari bumi, sedang alqarqar ialah licin.



Bab 217
Wajibnya Puasa Ramadhan, Uraian Keutamaan Berpuasa Dan Hal-hal Yang Berhubungan Dengan Puasa Itu
Allah Ta'ala berfirman: "Hai sekalian orang yang beriman! Diwajibkanlah puasa atas engkau semua sebagaimana yang diwajibkan atas orang-orang yang sebelum engkau semua itu," sampai kepada firmanNya: "Bulan ramadhan yang di dalamnya itu diturunkan al- Quran, sebagai :petunjuk untuk semua manusia dan merupakan keterangan- keterangan dari petunjuk dan yang memperbedakan antara kebenaran dan kesesatan. Maka barangsiapa di antara engkau semua ada yang menyaksikan bulan Ramadhan,hendaklah berpuasa dan barangsiapa yang sakit atau datam perjalanan, maka berpuasalah menurut hitungan yang tidak dipuasainya itu pada bari-hari yang lain," sampai akhirnya ayat. (al-Baqarah: 183)

1212. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. ber-sabda: "Allah 'Azzawajalla berfirman - dalam Hadits qudsi: "Semua amal perbuatan anak Adam - yakni manusia - itu adalah untuknya, melainkan berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untukKu dan saya akan memberikan balasan dengannya. Puasa adalah sebagai perisai - dari kemaksiatan serta dari neraka. Maka dari itu, apabila pada hari seseorang di antara engkau semua itu berpuasa, janganlah ia bercakap-cakap yang kotor dan jangan pula bertengkar. Apabila ia dimaki-maki oleh seseorang atau dilawan bermusuhan, maka hendaklah ia berkata: "Sesungguhnya saya adalah berpuasa." Demi Zat yang jiwa Muhammad ada di dalam genggaman ke-kuasaanNya, niscayalah bau bacin dari mulut seseorang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi. Seseorang yang berpuasa itu mempunyai dua kegembiraan dan ia dapat merasakan kesenangannya, yaitu apabila ia berbuka, iapun bergembiralah dan apabila telah bertemu dengan Tuhannya, iapun gembira dengan adanya amalan puasanya." (Muttafaq 'alaih) Dan ini adalah lafaz riwayat Imam Bukhari. Dalam riwayat Imam Bukhari yang lain disebutkan: Allah berfirman dalam Hadits qudsi: "Orang yang berpuasa itu meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena taat pada perintahKu - Allah. Puasa adalah untukKu dan Aku akan memberikan balasannya, sedang sesuatu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipat gandanya." Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: "Setiap amal perbuatan anak Adam - yakni manusia itu, yang berupa kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya dengan sepuluh kalinya sehingga tujuhratus kali lipatnya."Allah Ta'ala berfirman: "Melainkan puasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untukKu dan Aku akan memberikan balasannya. Orang yang berpuasa itu meninggalkan kesyahwatannya, juga makanannya semata-mata karena ketaatannya pada perintahKu. Seseorang yang berpuasa itu mempunyai dua macam kegembiraan, sekali kegembiraan di waktu berbukanya dan sekali lagi kegembiraan di waktu menemui Tuhannya. Niscayalah bau bacin mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi."

1213. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang menafkahkan sepasang binatang - yakni dua ekor kuda, lembu ataupun unta - dalam kepentingan fi-sabilillah, maka ia akan dipanggil dari semua pintu syurga dengan ucapan: "Hai hamba Allah, inilah yang lebih baik." Maka jikalau seseorang itu dari golongan ahli shalat, ia akan dipanggil dari pintu Shalat, barangsiapa yang termasuk dalam ahli jihad, ia akan dipanggil dari pintu Jihad, barangsiapa yang termasuk dalam ahli puasa, ia akan dipanggil dari pintu Rayyan - artinya puas atau kenyang minuman, barangsiapa yang termasuk dalam ahli sedekah, maka ia dipanggil dari pintu Shadaqah." Abu Bakar r.a. berkata: "Biabi anta wa ummi ya Rasuiullah, tidak ada kerugian samasekali bagi seseorang yang telah dipanggil dari pintu-pintu itu, tetapi apakah ada seseorang yang dipanggil dari semua pintu itu?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ya, ada dan saya mengharapkan agar anda termasuk dalam golongan orang yang dipanggil dari segala pintu tadi." (Muttafaq 'alaih)

1214. Dari Sahl bin Sa'ad r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya di dalam syurga itu ada sebuah pintu yang disebut pintu Rayyan - artinya: Puas dan kenyang minum. Dari pintu ini masuklah semua orang yang berpuasa besok pada hari kiamat. Tidak ada seorang yang selain orang-orang yang berpuasa itu yang dapat masuk dari pintu itu. Dikatakanlah: "Manakah orang-orang yang berpuasa." Mereka itu lalu berdiri, lalu tidak seorangpun yang dapat masuk dari pintu Rayyan tadi selain orang-orang yang berpuasa. Jikalau mereka telah masuk seluruhnya, lalu pintu itupun ditutuplah, jadi tidak seorangpun lagi yang dapat memasukinya." (Muttafaq 'alaih)

1215. Dari Abu Said r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorang hambapun yang berpuasa sehari dengan niat fi-sabilillah - yakni semtata-mata menuju kepada ketaatan kepada Allah, melainkan Allah akan menjauhkan wajahnya - yakni dirinya -karena puasanya tadi, sejauh perjalanan tujuhpuluh tahun dari neraka." (Muttafaq 'alaih)

1216. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena didorong oleh keimanan dan mengharapkan keridhaan Allah, maka diampunkanlah untuk dosa-dosanya yang terdahulu." (Muttafaq 'alaih)

1217. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila bulan Ramadhan telah datang, maka dibukalah pintu-pintu syurga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan diikatlah semua syaitan." (Muttafaq 'alaih)

1218. Dari Abu Hurairah r.a, pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Berpuasalah karena melihat - rukyah - bulan dan berbukalah karena melihat bulan. Maka apabila terhalang oleh awan atasmu semua, maka sempurnakanlah hitungan bulan Sya'ban sebanyak tigapuluh hari." (Muttafaq 'alaih) Ini adalah lafaznya Imam Bukhari. Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: "Maka jikalau tertutup oleh awan atasmu semua, maka berpuasalah sebanyak tigapuluh hari."


Bab 218
Dermawan Dan Melakukan Kebaikan Serta Memperbanyak Kebagusan Dalam Bulan Ramadhan Dan Menambahkan Amalan Itu Dari Yang Sudah-sudah Apabila Tiba Sepuluh Hari Terakhir Dari Ramadhan Itu


1219. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu adalah sedermawan-dermawannya para manusia dan lebih-lebih lagi kedermawaannya itu ialah dalam bulan Ramadhan ketika ditemui oleh Jibril. Jibril itu menemui beliau s.a.w. pada setiap malam bulan Ramadhan lalu membacakan al-Quran padanya. Maka niscayalah Rasulullah s.a.w. itu, ketika ditemui oleh Jibril,adalah lebih dermawan dalam memberikan kebaikan daripada angin yang dilepaskan tiupannya." (Muttafaq 'alaih)

1220. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. apabila telah masuk sepuluh hari - yang terakhir dari Ramadhan -maka beliau s.a.w. menghidupkan malamnya - dengan memperbanyakkan amalan ibadatnya, juga membangunkan isterinya - agar ikut memperbanyak amalannya - serta mengeraskan ikat pinggang-nya - yakni sebagai kata kinayah bahwa beliau s.a.w. menjauhi untuk berkumpul dengan isterinya." (Muttafaq 'alaih)


Bab 219
Larangan Mendahului Ramadhan Dengan Puasa Sesudah Pertengahan Sya'ban, Melainkan Bagi Orang Yang Mempersambungkan Dengan hari-hari Yang Sebelumnya Atau Tepat Pada Kebiasaan Yang Dilakukannya, Misalnya Bahwa Kebiasaannya Itu ialah
Berpuasa Hari Senin Dan Kemis Lalu Bertepatan Dengan Itu


1221. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Janganlah seseorang di antara engkau semua itu mendahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali kalau seseorang itu biasa berpuasa tepat hari puasanya, maka hendaklah ia berpuasa pada hari itu." (Muttafaq 'alaih)

1222. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua berpuasa sebelum Ramadhan. Ber-puasalah Ramadhan itu karena melihat - yakni rukyah - bulan dan berbukalah karena melihat bulan. Apabila terhalang di balik bulan itu oleh awan, maka sempurnakanlah hitungan tigapuluh hari." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan shahih.

1223. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila telah tertinggal separuh dari bulan Sya'ban, maka janganlah engkau berpuasa." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan shahih.

1224. Dari Abulyaqzhan, yaitu 'Ammar bin Yasir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Barangsiapa yang berpuasa pada hari yang diragu-ragukanlah hari itu - yakni apakah masih Sya'ban ataukah sudah masuk hari Ramadhan, maka ia telah bermaksiat dengan Abul Qasim - yakni Nabi Muhammad s.a.w." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi, dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan shahih.

DAFTAR ISI : 1 - 10 - 20 - 30 - 40 - 50 - 60 - 70 - 80 - 90 - 100 - 110 - 120 - 130 - 140 - 150 - 160 - 170 - 180 - 190 - 200 - 210 - 220 - 230 - 240- 250- 260- 270- 280- 290- 300- 310- 320- 330- 340- 350- 360- 370-