Saiful Ma'ruf

Bab 260 Haramnya Berdusta
Bab 261 Uraian Perihal Dusta Yang Dibolehkan
Bab 262 Memiliki Ketetapan Dalam Apa Yang Diucapkan Atau Apa Yang Diceriterakan
Bab 263 Uraian Kesangatan Haramnya Menyaksikan Kepalsuan
Bab 264 Haramnya Melaknat Diri Seseorang Atau Terhadap Binatang
Bab 265 Bolehnya Melaknati Kepada Orang-orang Yang Mengerjakan Kemaksiatan Tanpa Menentukan Perorangannya
Bab 266 Haramnya Memaki Orang Islam Tanpa Hak (Kebenaran)
Bab 267 Haramnya Memaki-maki Orang-orang Mati Tanpa Adanya Hak (Kebenaran) Dan Kemaslahatan Syariat
Bab 268 LaranganMenyakiti
Bab 269 Larangan Saling Benci-membenci, Putus-memutuskan -Ikatan Persahabatan- Dan Saling Belakang-membelakangi -Tidak Sapa-menyapa-


Bab 260
Haramnya Berdusta


Allah Ta'ala berfirman: "Dan janganlah engkau turut apa yang tidak engkau mengerti." (al-lsra': 36) Allah Ta'ala juga berfirman: "Tiadalah seseorang itu mengucapkan sesuatu perkataan, me-lainkan di sisinya ada malaikat Raqib - pencatat kebaikan - dan 'Atid-pencatat keburukan." (Qaf: 18)

1539. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya kata benar itu menunjukkan kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan kepada syurga dan sesungguhnya seseorang itu niscayalah berkata benar, sehingga dicatatlah ia di sisi Allah sebagai seorang yang ahli berkata benar. Dan sesungguhnya kata dusta itu menunjukkan kepada kecurangan dan sesungguhnya kecurangan itu menunjukkan kepada neraka dan sesungguhnya seseorang itu niscayalah berkata dusta sehingga dicatatlah ia di sisi Allah sebagai seorang yang ahli berkata dusta." (Muttafaq 'alaih)

1540. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Empat macam perkara, barangsiapa dalam dirinya terdapat semua perkara itu, maka ia adalah seorang munafik murni dan barangsiapa yang dalam dirinya terdapat salah satu daripada empat perkara tadi, maka ia telah memiliki satu macam sifat dari kemunafikan, sehingga ia meninggalkan sifat itu, yaitu: apabila ia dipercaya berkhianat, apabila berkata berdusta, apabila berjanji bercidera - menyalahi janjinya - dan apabila bertengkar, jahat kelakuannya." (Muttafaq 'alaih) Uraian Hadits di atas sudah lampau bersama Hadits Abu Hurairah r.a. yang seumpama dengan itu dalam bab Menetapi perjanjian - lihat Hadits no.187.

1541. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Barangsiapa yang mengaku-aku bermimpi melihat sesuatu yang sebenarnya tidak dilihatnya dalam impian, maka ia akan dipaksa untuk mengikatkan dua biji syair, tetapi ia tidak kuasa untuk melakukannya dan barangsiapa yang mencuri untuk mendengar pembicaraan sesuatu kaum, sedangkan mereka benci kalau hal itu didengar olehnya, maka dituangkanlah di kedua telinganya itu timah yang cair pada hari kiamat. Juga barangsiapa yang menggambar sesuatu gambaran - yang mempunyai ruh dan berbentuk jisim, maka ia akan disiksa dan dipaksa untuk meniupkan ruh di dalam gambarannya itu, sedangkan ia tidak kuasa meniupkan ruh di dalamnya." (Riwayat Bukhari) Tahallama yaitu berkata bahwasanya ia bermimpi dalam tidurnya dan melihat demikian dan demikian, padahal sebenarnya ia berdusta - yakni tidak bermimpi sedemikian itu. Al-anuk dengan dibaca mad dan dhammahnya nun ringannya kaf - yakni tidak disyaddah - ialah timah yang dicairkan - yakni panas sekali.

1542. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Sesangat-sangatnya dusta yang diperbuat ialah apabila seseorang itu mengaku bahwa kedua matanya melihat sesuatu - dalam impian - yang sebenarnya tidak dilihat - atau diimpikan." (Riwayat Bukhari) Maknanya ialah bahwa ia mengatakan: "Saya bermimpi melihat sesuatu," padahal tidak dilihatnya - yakni tidak diimpikannya.

1543. Dari Samurah bin Jundub r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. itu sering benar bersabda kepada sahabat-sahabatnya: "Adakah seseorang di antara engkau semua ini ada melihat sesuatu impian?" Kemudian kepada beliau s.a.w. itu diceriterakanlah sekehendak Allah perihal apa yang diceriterakan itu - oleh sahabat-sahabatnya. Sesungguhnya beliau s.a.w. pernah bersabda pada suatu pagi, demikian: "Tadi malam saya didatangi oleh dua orang pendatang. Kedua-nya berkata kepada saya: "Berangkatlah." Sayapun berangkatlah bersama dua orang itu. Kita lalu datang kepada seorang lelaki yang sedang berbaring, tiba-tiba ada orang lain yang sedang berdiri di atasnya dengan membawa sebuah batu besar. sekonyong-konyong orang yang berdiri itu menjatuhkan batu tersebut ke arah kepala orang yang berbaring tadi, kemudian pecahlah kepalanya, sedang batu itu terus menggelinding ke arah sana. Yang melempar itu mengikuti perginya batu tersebut lalu mengambilnya. la tidak kembali kepada orang yang disiksanya itu, sehingga orang ini sembuh kembali kepalanya sebagaimana keadaannya semula. Orang yang berdiri itu lalu kembali mendekati orang yang berbaring dan melakukan sebagaimana yang dilakukan dalam kali pertama tadi -dan demikian seterusnya yaitu dijatuhi batu, kepalanya pecah lalu sembuh dijatuhi batu lagi, kepalanya pecah dan sembuh lagi dan selanjutnya." Beliau s.a.w bersabda: "Saya lalu bertanya kepada dua orang yang mengajak berangkat dulu: "Subhanallah, siapakah ini?" Lalu keduanya berkata: "Berangkatlah, berangkatlah!" Kitapun berangkatlah, sehingga datanglah kita kepada seorang lelaki yang tidur terlentang pada tengkuknya, tiba-tiba di situ ada pula orang yang berdiri di atasnya dengan membawa sebuah alat pengait dari besi, sekonyong-konyong ia mendatangi orang yang terlentang tadi menuju ke salah satu belahan mukanya, kemudian memotong-motong ujung mulutnya sampai ke tengkuknya, juga dari lobang hidung ke tengkuknya serta dari mata ke tengkuknya. Setelah itu ia berpindah kepada belahan mukanya yang lain, lalu mengerjakan sebagaimana yang dikerjakan terhadap belahan muka yang satunya tadi. Belum lagi ia selesai mengerjakan yang ini, sehingga belahan pertama itu telah menjadi sembuh kembali sebagaimana dulunya, lalu diulangkanlah mengerjakan terhadap belahan pertama tadi sebagaimana cara melakukan pekerjaan yang mula-mula untuk pertama kalinya itu." Beliau s.a.w. bersabda: "Saya lalu bertanya: "Subhanallah, siapakah kedua orang ini?" Kedua orang yang menyertai saya itu berkata: "Berangkatlah, berangkatlah!" Kitapun berangkatlah, sehingga datanglah kita kepada sebuah tempat semacam dapur besar." Orang yang meriwayatkan Hadits ini berkata: "Saya mengira beliau s.a.w. juga menyebutkan: "Dalam dapur itu terdengar teriakan yang bercampur-baur serta berbagai suara gemuruh." Kita menjenguk di dalamnya, tiba-tiba yang ada di situ adalah orang-orang lelaki dan orang- orang perempuan yang semuanya telanjang bulat. Mereka itu didatangi oleh nyala api yang berasal dari bawah mereka, Jikalau nyala api itu menjiiat-jilat tubuh mereka, maka merekapun gemuruhlah suaranya. Saya bertanya: "Siapakah orang-orang itu?" Kedua kawan saya itu menjawab: "Berangkatlah, berangkatlah!" Kitapun berangkatlah, sehingga kita datang di suatu sungai." Orang yang meriwayatkan Hadits ini berkata: "Saya mengira beliau s.a.w. juga mengucapkan: "Sungai itu merah warnanya bagaikan darah." Tiba-tiba di sungai itu ada seorang yang berenang menuju tepinya, sekonyong-konyong di tepi sungai tadi ada pula seorang lelaki lain yang telah mengumpulkan batu- batu besar di sisinya. Orang yang berenang itu terus berenang sekuat ia melakukannya, setelah hampir di tepinya, lalu datanglah orang yang sudah mengumpulkan batu-batu tadi dan yang berenang itu mem-bukakan mulutnya, kemudian dilemparnya dengan batu oleh yang ada di tepi. Sekali lagi orang itu berenang ke tengah terus kembali lagi dan setiap kembali, ia pun membukakan mulutnya lalu yang di tepi melemparkan batu tepat di mulutnya itu. Saya bertanya kepada kedua kawan saya: "Siapakah kedua orang itu - yakni yang berenang dan yang melempari?" Keduanya berkata kepada saya: "Berangkatlah, berangkatlah!" Kitapun berangkatlah sehingga datanglah kita kepada seseorang yang buruk sekali rupa roman mukanya, atau ia adalah sejelek-jelek orang lelaki yang pernah engkau lihat tentang rupa roman mukanya. Di sisinya ada api dan ia menyalakan itu dan ia berjalan di sekelilingnya. Saya bertanya lagi kepada kedua kawan saya: "Siapakah orang itu?" Keduanya men-jawab: "Berangkatlah, berangkatlah!" Kitapun berangkatlah, se-hingga datanglah kita di suatu taman yang rimbun tanamannya lagi panjang-panjang, di dalamnya tampaklah penuh sinar cahaya musim bunga, tiba-tiba di antara kedua sudut taman itu ada seorang lelaki yang tinggi perawakannya, hampir-hampir saya tidak dapat melihat kepalanya karena menjulang tinggi sekali ke langit, sedang di sekitar orang tersebut ada beberapa anak dan amat banyak sekali jumlah-nya dan saya tidak pernah samasekali melihat mereka itu. Saya bertanya: "Siapakah orang ini dan siapa pula anak-anak itu?" Kedua kawan saya menjawab: "Berangkatlah, berangkatlah!" Kitapun berangkatlah sehingga datanglah kita di suatu pohon besar yang belum pernah samasekali saya melihat pohon yang lebih besar serta lebih indah daripadanya. Kedua kawan saya itu berkata: "Naiklahdi taman itu!" Kitapun naiklah menuju ke suatu kota yang dibangun dengan bata-bata yang terbuat dari emas dan bata-bata dari perak. Kita mendatangi pintu kota, lalu kita minta supaya dibukakan, kemudian pintupun dibukalah untuk kita. Kita masuk di dalamnya, lalu kita dijemput oleh beberapa orang lelaki yang sebagian muka-muka mereka itu bagus-bagus sebagaimana yang pernah engkau lihat, sedang sebagiannya Iagi buruk sebagaimana yang pernah engkau lihat. Kedua kawan saya itu berkata kepada orang-orang tersebut: "Pergilah lalu terjunlah dalam sungai itu. Tiba-tiba sungai itu adalah sungai yang melintang dan airnya mengalir, seolah-olah airnya adalah susu kerena putihnya. Mereka lalu terjun di dalamnya kemudian kembali ke tempat kita, sedang keburukan muka-muka-nya sudah lenyap semua dan mereka berganti memiliki roman muka yang sebagus-bagusnya. Beliau s.a.w. bersabda; kedua kawan berkata kepada saya: "Inilah yang disebut syurga 'Adn dan di sana itu tempat kediaman Tuan." Penglihatan saya lalu naik ke atas, amat tinggi sekali, sekonyong-konyong nampaklah sebuah istana bagaikan awan yang putih sekali. Sekali Iagi keduanya berkata: "Nah, di sana itulah tempat tinggal Tuan." Saya berkata kepada keduanya: "Semoga Allah memberikan keberkahan kepada anda berdua. Sekarang biarkanlah saya ke sana akan masuk ke dalamnya." Keduanya berkata: "Adapun sekarang, maka jangan dulu, tetapi Tuan akan memasukinya nanti." Seterusnya saya berkata kepada kedua kawan saya itu: "Sejak tadi malam saya telah melihat berbagai keajaiban, maka apakah sebenarnya yang saya lihat itu?" Keduanya berkata kepada saya: "Kini saya akan memberitahukan kepada Tuan. Adapun orang pertama yang Tuan datangi, ia dipecah kepalanya dengan batu, maka sesungguhnya itulah orang yang mengambil al-Quran lalu menyisihkannya-yakni menolaknya sesudah mengerti isi dan maknanya, juga itulah orang yang tidur - yakni lalai - dari melakukan shalat-shalat yang diwajibkan. Adapun orang yang Tuan datangi, ia sedang dipotong-potong ujung mulutnya sampai ke tengkuknya dan dari lobang hidung sampai ketengkuknya dan juga dari matanya sampai ketengkuknya itu ialah orang- orang yang pergi dari rumahnya lalu membuat kata-kata dusta dengan kedustaan yang sampai mencapai ke segaia penjuru - yakni mengobral kata- kata bohong. Adapun orang-orang lelaki dan perempuan yang berada di dalam tempat semacam bangunan dapur besar itu adalah para pezina lelaki dan wanita. Adapun orang lelaki yang Tuan datangi sedang berenang dalam sungai dan dilempari batu di mulutnya itu ialah pemakan riba. Adapun orang yang tampak buruk sekali roman mukanya yang di sisinya ada api yang dinyalakan olehnya dan ia berjalan di sekelilingnya itu ialah malaikat Khazin, yaitu penjaga neraka Jahanam. Adapun orang yang tinggi perawakannya yang ada di dalam taman, maka ia adalah Nabi Ibrahim a.s. sedang anak-anak yang di sekelilingnya itu ialah setiap anak bayi yang mati atas kefitrahan." Dalam riwayat al-Barqani disebutkan: "Anak yang mati me-netapi kefitrahan." Sampai di sini lalu sebagian kaum Muslimin ada yang berkata: "Dan anak- anaknya kaum musyrikin bagaimanakah nasibnya, ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Juga anak-anaknya kaum musyrikin termasuk di kalangan mereka itu." Adapun orang yang sebagian mukanya bagus dan sebagian Iagi buruk, maka mereka itu ialah orang-orang yang mencampur- adukkan antara amal perbuatan yang shalih sedang yang lainnya jelek, tetapi Allah telah memberikan pengampunan kepada mereka itu." (Riwayat Bukhari) Dalam riwayat Imam Bukhari lainnya disebutkan demikian: "Tadi malam saya melihat dua orang lelaki, lalu keduanya itu mengeluarkan saya dan mengajak pergi ke tanah yang suci." Kemudian beliau s.a.w. menyebutkan Hadits di atas dan selanjutnya bersabda: "Kita bertiga lalu pergi ke sebuah lobang sebagai bentuk dapur besar, bagian atasnya adalah sempit sedang bagian bawahnya lebar sekali dan di bawahnya itu ada api menyala. Jikalau api itu menjulang ke atas, maka orang-orang yang ada di situ sama naik pula ke atas, sehingga hampir-hampir mereka itu akan dapat keluar dari dalamnya, tetapi jikalau api itu padam, maka merekapun kembali ke bawah lagi. Di situ terdapatlah orang-orang lelaki dan perempuan yang semuanya telanjang bulat." Dalam riwayat Hadits itu disebutkan pula: "Sehingga datanglah kita ke suatu sungai dari darah." Yang meriwayatkan tidak sangsi lagi dalam keadaan sungai yang dikatakan dari darah itu. "Di situ ada seorang lelaki yang berdiri di tengah sungai, sedang di tepi sungai ada pula seorang lelaki lain dan di mukanya ada batu-batu. Orang yang di sungai itu hendak maju ke tepi, tetapi apabila ia ber-kehendak keluar, lalu orang yang di tepi itu melemparnya dengan batu, tepat mengenai mulutnya lalu mengembalikan ke tengah sungai sebagaimana keadaannya semula. Jadi setiap kali ia akan keluar, setiap itu pula yang di tepi melemparnya dengan batu mengenai mulutnya dan kembalilah ia ke tengah lagi sebagai tadinya." Dalam riwayat Hadits tadi juga disebutkan: "Kedua kawan saya itu naik ke pohon dengan membawa saya lalu keduanya memasuk-kan saya ke dalam sebuah rumah yang saya samasekali belum pernah melihat rumah yang seindah itu. Di dalamnya ada beberapa orang tua dan para pemuda." Dalamnya juga disebutkan: "Adapun yang Tuan lihatdipotong-potong tepi mulutnya itu, maka ia adalah seorang tukang dusta yang berbicara dengan kedustaan lalu disiar-siarkanlah dustanya itu sampai mencapai ke segenap penjuru alam. Maka diperlakukanlah orang tersebut sedemikian rupa sampai pada hari kiamat." Dalamnya disebutkan pula: "Orang yang Tuan lihat dipecah kepalanya itu ialah orang yang telah diajari al-Quran oleh Allah, lalu tidur - lalai - untuk membacanya di waktu malam dan tidak pula mengerjakan isinya pada siang harinya, maka itu diperlakukanlah orang itu sedemikian rupa sampai pada hari kiamat. Adapun rumah pertama yang Tuan masuki itu ialah perumahan umumnya kaum Muslimin. Adapun yang ini, ialah perumahan kaum syuhada - yakni mati dalam peperangan untuk membela agama Allah. Saya adalah Jibril dan ini adalah Mikail. Maka angkatlah kepala Tuan sekarang." Saya - Nabi s.a.w. - mengangkat kepala saya, tiba-tiba tampak di atas saya itu bagaikan awan. Keduanya berkata: "Di sana itulah tempat kediaman Tuan." Saya berkata: "Kalau begitu biarkanlah saya hendak memasuki rumah saya." Keduanya menjawab:"Sesungguhnya saja masih ada usia Tuan yang tertinggal dan belum lagi Tuan sempurnakan. Andaikata sudah Tuan sempurnakan, maka Tuan boleh mendatangi tempat kediaman Tuan itu." (Riwayat Bukhari) Sabdanya: yuslaghu ra'suhu dengan menggunakan tsa' bertitik tiga dan ghain mu'jamah, artinya memecah dan membelahnya." Yatadahdahu artinya menggelinding. Alkallub dengan fathahnya kaf dan dhammahnya lam musyaddadah, adalah sudah dimaklumi maknanya - yaitu alat pengait. Yusyarsyiru, artinya memotong-motong. Dhaudhau dengan dua dhad yang keduanya mu'jamah, artinya berteriak-teriak. Fa-yafgharu dengan fa' dan ghain mu'jamah, artinya membukakan. Almar-aah dengan fathahnya mim, artinya pandangan yakni air muka. Yahusysyuha dengan fathahnya ya' dan dhammahnya ha' muhmalah serta syin mu'jamah, artinya menyalah-kan. Rawdhatun mu'tammah dengan dhammahnya mim, sukunnya 'ain, fathahnya ta' dan syaddahnya mim, artinya ialah rimbun tanamannya lagi panjang-panjang. Dawhah dengan fathahnya dal, sukunnya wawu dan dengan ha' muhmalah, artinya ialah pohon besar. Almahdhu dengan fathahnya mim, sukunnya ha' muhmalah dengan dhad mu'jamah, artinya ialah susu. Fa-sama bashari artinya melihat ke atas. Shu'udan dengan dhammahnya shad dan 'ain, artinya tinggi- tinggi. Arrababah dengan fathahnya ra' dan dengan ba' bertitik satu yang didobbelkan, artinya ialah awan.


Bab 261
Uraian Perihal Dusta Yang Dibolehkan

Ketahuilah bahwasanya dusta itu, sekalipun asal hukumnya adalah diharamkan, tetapi dapat menjadi jaiz atau boleh dalam sebagian keadaan, yakni dengan beberapa syarat yang sudah saya terangkan dalam kitab Al- Adzkar. Adapun keringkasannya keterangan tersebut ialah bahawasanya pembicaraan itu adalah sebagai perantaraan untuk menuju kepada sesuatu maksud. Maka dari itu, semua maksud yang baik yang untuk menghasilkannya itu dapat dilakukan tanpa berdusta, maka berdusta dalam keadaan sedemikian adalah haram, tetapi jikalau tidak mungkin dihasilkannya melainkan dengan berdusta maka bolehlah berdusta itu. Selanjutnya, apabila menghasilkan maksud itu merupakan sesuatu yang mubah, yakni boleh saja hukumnya, maka berdusta di situ juga mubah hukumnya, sedang jikalau menghasilkannya itu merupakan sesuatu yang wajib, maka berdusta itupun menjadi wajib pula hukumnya. Misalnya jikalau ada seseorang Muslim bersembunyi dari kejaran seorang yang zalim dan menginginkan akan membunuhnya atau hendak mengambil hartanya dan orang itu menyembunyikan hartanya, lalu ada seseorang yang ditanya, maka wajiblah yang ditanya itu berdusta dengan maksud untuk menyembunyikan orang tersebut yakni yang akan dianiaya itu. Demikian pula jikalau di sisinya ada suatu titipan dan ada seorang zalim yang hendak mengambilnya, maka wajiblah yang dititipi itu berdusta dengan maksud menyembunyikannya. Tetapi yang lebih berhati-hati dalam kesemuanya ini ialah supaya seseorang itu melakukan tawriyah. Makna tawriyah itu ialah menggunakan sesuatu ibarat atau kata-kata yang tujuannya adalah benar yakni bukan merupakan kata- kata dusta, nisbat untuk dirinya sendiri, sekalipun tampaknya sebagai kata- kata dusta menurut lahiriyahnya lafaz yang diucapkan itu, nisbat bagi pemahaman orang yang diajaknya bercakap-cakap. Sekalipun demikian, andaikata ia tidak menggunakan tawriyah, lalu langsung saja menggunakan ucapan yang benar-benar dusta, maka hal itu pun tidak juga haram hukumnya dalam hal ini. Para ulama mengambil dalil tentang bolehnya berdusta itu ialah dengan Haditsnya Ummu Kultsum radhiallahu 'anha bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bukannya orang yang berdusta apabila seseorang itu ber-maksud mengislahkan - yakni memperbaiki - antara para manusia -yang sedang berselisih, lalu ia menyampaikan sesuatu berita yang baik-baik atau mengucapkan yang baik-baik." (Muttafaq 'alaih). Imam Muslim menambahkan dalam riwayatnya: Ummi Kultsum berkata: "Saya tidak pernah mendengar Rasulullah s.a.w. meringankan dalam segala sesuatu yang diucapkan oleh para manusia itu - perihal dusta, melainkan dalam tiga keadaan, yaitu dalam peperangan, dalam mengislahkan antara para manusia dan ucapan seseorang suami terhadap isterinya atau seorang isteri terhadap suaminya - yang masing-masing itu untuk kemaslahatan keluarga."


Bab 262
Memiliki Ketetapan Dalam Apa Yang Diucapkan Atau Apa Yang Diceriterakan

Allah Ta'ala berfirman: "Dan janganlah engkau turut pada sesuatu yang engkau tidak mempunyai pengertian dalam hal itu." (al-lsra': 36). Allah Ta'ala berfirman pula: "Tidaklah seseorang itu mengucapkan sesuatu ucapan, melainkan di sisinya ada malaikat Raqib - pencatat kebaikan - dan 'Atid - pencatat keburukan." (Qaf:18).

1544. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Cukuplah seseorang itu dustanya apabila ia mengutarakan segala sesuatu yang didengar olehnya." (Riwayat Muslim)

1545. Dari Samurah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang membicarakan sesuatu Hadits daripada saya - Nabi s.a.w., sedang ia mengetahui bahwa apa yang dibicarakan olehnya itu adalah dusta, maka ia adalah seseorang di antara golongan kaum pendusta." (Riwayat Muslim)

1546. Dari Asma' radhiallahu 'anha bahwasanya ada seorang perempuan berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya ini mempunyai seorang madu, maka apakah kiranya saya memperoleh dosa jikalau saya berpura-pura kenyang dari suami saya itu selain yang ia berikan pada saya?" Nabi s.a.w bersabda; "Seseorang yang berpura-pura kenyang dengan sesuatu yang ia tidak diberi, maka ia adalah orang yang mengenakan dua macam pakaian kedustaan." (Muttafaq 'alaih) Almutasyabbi' ialah seseorang yang menampakkan dirinya sebagai seseorang yang kenyang, padahal ia sebenarnya bukan seorang yang kenyang. Adapun maknanya di sini ialah bahwa ia menampakkan bahwa ia memperoleh sesuatu keutamaan - seperti pemberian dan Iain-Iain, padahal sebenarnya ia tidak memperoleh itu. Adapun labisu tsaubai zurin yaitu yang menanggung kedustaan, maksudnya ialah memalsukan dirinya sendiri di hadapan orang banyak bahwa ia seolah- olah mengenakan pakaian ahli zuhud, ahli ilmu pengetahuan atau seorang yang berharta banyak dengan tujuan agar orang-orang itu tertipu oleh apa yang dilihatnya, padahal sebenarnya ia tidak memiliki sifat sebagaimana yang di-perlihatkan kepada orang banyak itu. Ada pula ulama yang me-nerangkan bahwa maksudnya tidak sebagaimana yang diuraikan di atas. Wallahu a'lam.


Bab 263
Uraian Kesangatan Haramnya Menyaksikan Kepalsuan

Allah Ta'ala berfirman: "Dan jauhilah perkataan palsu." (al-Haj:30) Allah Ta'ala juga berfirman: "Janganlah engkau turut sesuatu yang engkau tidak mempunyai pengertian dalam hal itu." (al-lsra': 36). Allah Ta'ala berfirman lagi: "Tidaklah seseorang itu mengucapkan sesuatu ucapan, melainkan di sisinya ada malaikat Raqib - pencatat kebaikan - dan malaikat 'Atid - pencatat keburukan." (Qaf:18). Allah Ta'ala berfirman pula: "Sesungguhnya Tuhanmu itu tetap mengadakan pengintipan."(Al-Fajr: 14) Allah Ta'ala berfirman pula: "Dan mereka itu adalah orang-orang yang tidak suka menjadi saksi palsu." (al- Furqan:72)

1547, Dari Abu Bakrah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. ber-sabda: "Tidakkah engkau semua suka kalau saya memberitahukan kepadamu semua tentang sebesar-besarnya dosa besar." Kita -yakni para sahabat - berkata: "Baiklah, ya Rasulullah." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Yaitu menyekutukan kepada Allah, berani melawan kedua orang tua," semula beliau s.a.w. bersandar lalu duduk, kemudian bersabda: "Ingatlah, juga perkataan palsu dan menjadi saksi palsu." Tidak henti-hentinya beliau s.a.w. itu mengulang-ulangi sabdanya yang terakhir ini, sehingga kita mengucapkan: "Alangkah baiknya kalau beliau diam." (Muttafaq 'alaih)


Bab 264
Haramnya Melaknat Diri Seseorang Atau Terhadap Binatang


1548. Dari Abu Zaid, yaitu Tsabit bin adh-Dhahhak al-Anshari r.a dan ia adalah termasuk golongan ahli bai'atur-ridhwan, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Barangsiapa bersumpah dengan agama selain Islam dengan dusta lagi sengaja - misalnya ia berkata: "Demi Allah, kalau saya melakukan begini, maka saya masuk agama Yahudi atau Kristen, maka orang itu adalah sebagaimana apa yang diucapkan - yakni kalau yang disumpahkan itu terjadi, orang tersebut hukumnya menjadi kafir kalau ketetapan hatinya akan memeluk agama itu. Dan barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu benda - yakni bunuh diri, maka ia akan disiksa pada hari kiamat dengan benda yang digunakan untuk bunuh diri itu. Seseorang itu tidak perlu memenuhi nazar kepada sesuatu yang ia tidak memilikinya, sedangkan melaknat kepada seseorang mu'min itu adalah sama dengan membunuhnya." (Muttafaq 'alaih)

1549. Dari Abu Hurairah r.a.,: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak seyogyanyalah bagi seseorang yang ahli berkata benar itu kalau menjadi seorang yang suka melaknat." (Riwayat Muslim)

1550. Dari Abuddarda' r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Orang-orang yang suka melaknat itu tidak akan dapat menjadi orang-orang yang memberikan syafa'at serta sebagai saksi pada hari kiamat." (Riwayat Muslim)

1551. Dari Samurah bin Jundub r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua saling laknat-melaknati dengan menggunakan kata-kata Allah melaknat, jangan pula dengan kata-kata Allah memurkai ataupun dengan kata-kata masuk neraka." Diriwayatkan oleh Imam-Imam Abu Dawud dan Termidzi dan Termidzi mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan shahih.

1552. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bukannya seorang mu'min yang suka mencemarkan nama orang, atau yang suka melaknat dan bukan pula yang berbuat kekejian serta yang kotor mulutnya." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan.

1553. Dari Abuddarda' r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya seseorang hamba itu apabila melaknat kepada sesuatu, maka naiklah kelaknatannya itu ke langit, lalu ditutuplah pintu-pintu langit itu agar tidak masuk ke dalamnya, kemudian turun kembali ke bumi lalu ditutuplah pintu-pintu yang menuju ke arah bumi itu agar tidak dapat masuk ke dalamnya, selanjutnya ia bolak-balik ke kanan dan ke kiri. Seterusnya apabila tidak lagi ia memperoleh jalan masuk, maka kembalilah ia kepada orang yang dilaknat, jikalau yang dilaknat memang benar-benar sebagaimana isi yang dilaknatkan, maka kelaknatan itupun tetap berada dalam diri orang ini, tetapi jikalau tidak, maka kembalilah ia kepada orang yang mengucapkannya - sehingga ia akan memperoleh bencana dengan sebab ucapan laknatnya tersebut." (Riwayat Abu Dawud)

1554. Dari 'Imran bin al-Hushain radhiallahu 'anhuma, katanya: "Pada suatu ketika Rasulullah s.a.w. dalam salah satu perjalanannya dan di situ ada seorang wanita dari golongan sahabat Anshar menaiki unta. Wanita itu agaknya kesal - pada untanya itu, lalu melaknatinya. Kemudian Rasulullah s.a.w. mendengar ucapannya itu, lalu bersabda: "Ambillah apa-apa yang ada di atas unta itu dan biarkanlah ia berjalan - tanpa beban apa-apa, sebab ia sudah mendapat laknat." 'Imran berkata: "Seolah-olah saya masih dapat melihat sekarang ini, unta itu berjalan di kalangan para manusia dan tidak seorangpun yang ambil perhatian padanya." (Riwayat Muslim)

1555. Dari Abu Barzah, yaitu Nadhlah bin 'Ubaid al-Aslami r.a., katanya: "Pada suatu ketika ada seorang gadis berada di atas untanya dan di situ ada sementara hartabenda kaum - orang banyak, tiba-tiba ia melihat Nabi s.a.w. - yang hendak berjalan di situ pula sedangkan jalan di gunung sudah sempit karena banyak orang, lalu gadis itu berkata: "Hayo. Ya Allah laknatilah unta ini." Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Janganlah mengawani kita seekor unta yang sudah terkena laknat ini." (Riwayat Muslim). Ucapannya "Hal" dengan fathahnya ha' muhmalah dan sukunnya lam, yaitu sebagai kata bentakan terhadap unta. Ketahuilah bahwa Hadits ini kadang-kadang dipersukar arti dan maknanya, padahal tiada kesukaran samasekali dalam mengartikan itu. Adapun maksudnya ialah untuk melarang kalau unta yang sudah dilaknati itu mengawani mereka - yakni orang-orang yang dalam perjalanan. Jadi samasekali tidak ada larangan untuk menyem-belihnya, menaikinya asalkan tidak berkawankan dengan Nabi s.a.w. Maka semua yang di atas itu juga Iain-Iain penggunaan terhadap unta itu adalah tetap boleh dan tiada halangan samasekali, kecuali hanya dilarang untuk mengawani Nabi s.a.w. dalam seperjalanan, karena penggunaan kesemuanya itu memang jaiz. Kalaupun ada sebagian yang dilarang - yakni mengawani Nabi s.a.w. dalam seperjalanan, maka untuk maksud yang Iain-Iain tetap dibolehkan. Wallahu a'lam.


Bab 265
Bolehnya Melaknati Kepada Orang-orang Yang Mengerjakan Kemaksiatan Tanpa Menentukan Perorangannya

Allah Ta'ala berfirman: "Ingatlah bahwa laknat Allah adalah atas orang-orang yang menganiaya." (Hud: 18) Allah Ta'ala berfirman pula: "Maka berserulah orang yang menyerukan bahwasanya laknat Allah adalah atas orang-orang yang menganiaya." (al-A'raf) Sudah tetap dalam Hadits shahih bahwasanya Rasulultah s.a.w. bersabda: "Allah melaknat kepada orang yang menghubungkan rambutnya dengan rambut orang lain serta orang yang meminta supaya rambutnya dihubungkan dengan rambut orang lain" - lihat Hadits no. 1639, sabdanya pula: "Allah melaknat kepada orang makan harta riba" - Hadits no. 1612, sabdanya lagi: "Allah melaknat orang-orang yang menggambar - sesuatu yang berjiwa, lihat bab no. 305, sabdanya lagi: "Allah melaknat orang yang mengubah-ubah batas-batas bumi" yakni batas-batas yang ditentukan dalam bumi itu - menurut persetujuan negara-negara yang bersangkutan, sabdanya lagi: "Allah melaknat pencuri yang mencuri sebutir telur," sabdanya lagi: "Allah melaknat orang melaknat kepada kedua orang tuanya" -Hadits no. 338, juga "Allah melaknat orang yang menyembelih selain karena Allah," juga sabdanya: "Barangsiapa yang melakukan sesuatu kemungkaran atau memberi tempat perlindungan kepada orang yang melakukan kemungkaran, maka atasnya adalah laknat Allah, seluruh malaikat serta sekalian manusia" - Hadits no. 1801 iabdanya lagi: "Ya Allah, laknatilah kepada kabilah-kabilah Ri'l, Dzakwan dan 'Ushayyah, mereka semua itu bermaksiat kepada Allah dan RasulNya." Ini adalah nama tiga kabilah bangsa Arab, juga sabdanya: "Allah melaknat kepada kaum Yahudi, mereka menggunakan makam-makam nabi-nabi mereka sebagai masjid," demikian pula sabdanya: "Allah melaknat kepada orang-orang lelaki yang menyerupakan dirinya sebagai orang-orang perempuan dan orang-orang perempuan yang menyerupakan dirinya sebagai 0rang-orang lelaki." - Hadits 1628- Semua lafaz-lafaz di atas itu tercantum dalam Hadits shahih bahkan sebagiannya adalah di dalam kedua kitab shahihnya Imam -Imam Bukhari dan Muslim, sebagian lagi di salah satu dan kedua kitab shahih itu. Bahwasanya saya bermaksud meringkaskannya dengan cukup menunjukkan pada Hadits- Hadits itu belaka, sedang-kan sebagian yang terbesar akan saya uraikan dalam masing-masing babnya dari kitab ini. Insya Allah.


Bab 266
Haramnya Memaki Orang Islam Tanpa Haq (Kebenaran)

Allah Ta'ala berfirman: "Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu'min, lelaki atau perempuan, tanpa adanya sesuatu yang mereka lakukan, maka orang-orang yang menyakiti itu menanggung kebohongan dan dosa yang nyata." (al-Ahzab: 58)

1556. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Mencaci-maki seorang Muslim adalah suatu kefasikan, sedang memeranginya - membunuhnya - adalah kekufuran." (Muttafaq 'alaih)

1557. Dari Abu Zar r.a., bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidakkah seorang melemparkan kefasikan atau kekufuran kepada orang lain, melainkan akan kembalilah kefasikan atau kekufuran itu pada dirinya sendiri, jikalau yang dikatakan se-demikian itu bukan yang memiliki sifat tersebut." (Riwayat Bukhari)

1558. Dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Kedua orang yang saling maki-memaki itu dosanya adalah atas orang yang memulai di antara kedua orang itu, sehingga yang dianiaya melanggar - melebihi batas apa yang dikatakan oleh orang yang memulai tadi." (Riwayat Muslim)

1559. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Nabi s.a.w. di-datangi oleh para sahabatnya dengan membawa seorang yang minum arak. Beliau s.a.w. bersabda: "Pukullah ia." Abu Hurairah berkata; "Maka di antara kita ada yang memukul dengan tangannya, ada yang memukul dengan terumpahnya, ada yang memukul dengan bajunya." Setelah orang itu kembali, se-bagian kaum - orang-orang tadi - ada yang berkata: "Semoga engkau dihinakan oleh Allah." Lalu beliau s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua berkata demikian, janganlah memberi pertolongan kepada syaitan untuk menggoda orang ini - sehingga berbuat yang tidak dibenarkan oleh agama." (Riwayat Bukhari)

1560. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Barangsiapa yang mendakwa berzina kepada hambasahayanya, maka kepada yang mendakwa itu akan dilaksanakanlah had atas dirinya besok pada hari kiamat, kecuali kalau hambasahaya itu memang berbuat sebagaimana yang dikatakan oleh orang itu." (Muttafaq 'alaih)


Bab 267
Haramnya Memaki-maki Orang-orang Mati Tanpa Adanya Hak (Kebenaran) Dan Kemaslahatan Syariat Ini adalah menakut-nakuti daripada meniru orang tersebut dengan kelakuan bid'ahnya, kefasikannya atau Iain-Iain sebagainya. Dalam bab ini ada ayat dan Hadits-Hadits sebagaimana yang tercantum di muka dalam bab sebelum ini.


1561. Dari 'Aisyah radhiallahu'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua memaki-maki orang-orang yang sudah mati, sebab sesungguhnya mereka itu telah sampai kepada amalan-amalan mereka yang sudah dikerjakan dahulu -sewaktu di dunia, baik kebajikan atau kejahatan." (Riwayat Bukhari)


Bab 268
Larangan Menyakiti

Allah Ta'ala berfirman: "Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu'min, leiaki atau perempuan, tanpa adanya sesuatu yang mereka lakukan, maka orang-orang yang menyakiti itu menanggung kebohongan dan dosa yang nyata." (al-Ahzab: 58)

1562. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seorang Muslim itu ialah orang yang kaum Muslimin Iain-Iain selamat dari gangguan lisan dan tangannya-yakni selamat dari kekejaman perkataan serta perbuatannya. Seorang muhajir-yang meninggalkan - ialah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah." (Muttafaq 'alaih)

1563. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: Barangsiapa yang suka jikalau dijauhkan dari neraka dan dimasukkan dalam syurga, maka hendaklah ia di datangi oleh kematiannya dan di waktu itu ia dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhir - yakni hari kiamat, juga hendaklah ia men-datangkan sesuatu kepada seluruh manusia yang sekiranya ia sendiri suka kalau sesuatu tadi didatangkan pada dirinya sendiri - yakni berbuat sesuatu kepada orang lain yang ia suka kalau hal itu diperlakukan pula atas dirinya sendiri." Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan ini adalah sebagian dari suatu Hadits panjang yang sudah lampau uraiannya dalam bab Mentaati orang-orang yang memegang pemerintahan - lihat Hadits no. 666.


Bab 269
Larangan Saling Benci-membenci, Putus-memutuskan — Ikatan Persahabatan Dan Saling Belakang- membelakangi —Tidak Sapa-menyapa—

Allah Ta'ala berfirman: "Bahwasanya orang-orang mu'min itu adalah sebagai beberapa orang saudara." (al-Hujurat: 10) Allah Ta'ala juga berfirman: "Kaum mu'minin itu merendahkan diri kepada sesama kaum mu'minin serta bersikap mulia - tegas - terhadap kaum kafirin." (al-Maidah: 54) Allah Ta'ala berfirman lagi: "Muhammad adalah Rasulullah dan orang-orang yang beserta-nya adalah orang-orang yang bersikap keras terhadap kaum kafirin serta saling sayang-menyayangi antara sesama mereka - kaum Muslimin." (al-Fath: 39)

1564. Dari Anas r.a., bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua saling benci-membenci, saling dengki-mendengki, saling belakang-membelakangi dan saling putus-memutuskan - ikatan persahabatan atau kekeluargaan - dan jadilah engkau semua hai namba-hamba Allah sebagai saudara-saudara. Tidaklah halal bagi seseorang Muslim kalau ia meninggalkan - yakni tidak menyapa - saudaranya lebih dari tiga hari." (Muttafaq 'alaih)

1565. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Pintu-pintu syurga itu dibuka pada Senin dan Kemis, lalu diampunlah bagi setiap hamba yang tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah, melainkan seseorang yang antara dirinya dengan saudara itu ada rasa kebencian -dalam hati, lalu dikatakanlah- yakni Allah berfirman kepada malaikatnya: "Nantikanlah dulu kedua orang ini, sehingga keduanya berdamai kembali. Nantikanlah kedua orang ini, sehingga keduanya berdamai kembali." (Riwayat Muslim) Dalam riwayat Imam Muslim juga disebutkan: "Ditunjukkanlah semua amalan - manusia kepada Tuhan - pada setiap hari Kemis dan Senin," lalu disebutkanlah bunyi Hadits yang lanjutannya sama dengan di atas.

DAFTAR ISI : 1 - 10 - 20 - 30 - 40 - 50 - 60 - 70 - 80 - 90 - 100 - 110 - 120 - 130 - 140 - 150 - 160 - 170 - 180 - 190 - 200 - 210 - 220 - 230 - 240- 250- 260- 270- 280- 290- 300- 310- 320- 330- 340- 350- 360- 370-