Saiful Ma'ruf

Bab 60 Murah Hati Dan Dermawan Serta Membelanjakan Dalam Arah Kebaikan Dengan Percaya Penuh Kepada Allah Ta'ala
Bab 61 Melarang Sifat Bakhil Dan Kikir
Bab 62 Mengutamakan Orang Lain Dan Memberi Pertolongan -Agar Menjadi Ikutan-
Bab 63 Berlomba-lomba Dalam Perkara Akhirat Dan Mengambil Banyak-banyak Dari Apa-apa Yang Menyebabkan Keberkahan
Bab 64 Keutamaan Orang Kaya Yang Bersyukur Yakni Orang Yang Mengambil Harta Dari Arah Yang Diridhai Dan Membelanjakannya Dalam Arah-arah Yang Diperintahkan
Bab 65 Mengingat-ingat Kematian Dan memperpendekkan Angan-angan
Bab 66 Kesunnahan Berziarah Kubur Bagi Orang-orang Lelaki Dan Apa-apa Yang Diucapkan Oleh Orang Yang Berziarah
Bab 67 Kemakruhan Mengharapkan Kematian Dengan Sebab Adanya Bahaya Yang Menimpanya. Tetapi Tidak Mengapa jika Kerana Menakutkan Adanya Fitnah Dalam Agama
Bab 68 Kewara'an Dan Meninggalkan Apa-apa Yang Syubhat
Bab 69 Kesunnahan Memencilkan Diri Di Waktu Rusaknya Keadaan Zaman Atau Kerana Takut Fitnah Dalam Agama Dan Jatuh Dalam Keharaman, Kesyubhatan-kesyubhatan Atau Lain-lain Sebagainya


Bab 60
Murah Hati Dan Dermawan Serta Membelanjakan Dalam Arah Kebaikan Dengan Percaya Penuh Kepada Allah Ta'ala

Allah Ta'ala berfirman:"Dan apa saja yang engkau semua nafkahkan, maka Allah akan menggantinya." (Saba': 39) Allah Ta'ala juga berfirman:"Dan barang-barang baik - dari rezeki - yang engkau semua nafkahkan itu adalah untuk dirimu sendiri dan engkau semua tidak menafkahkannya melainkan karena mengharapkan keridhaan Allah, juga barang-barang baik yang engkau semua nafkahkan itu, niscaya akan dibayar kepadamu dan tidaklah engkau semua dianiaya." (al-Baqarah: 272)Allah Ta'ala berfirman lagi:"Dan barang-barang baik yang berupa apapun juga yang engkau semua nafkahkan, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui." (al-Baqarah: 273)

542. Dari Ibnu Mas'ud r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya:"Tiada kehasudan yang dibolehkan melainkan dalam dua macam perkara, yaitu: seseorang yang dikarunia oleh Allah akan herta, kemudian ia mempergunakan guna menafkahkannya itu untuk apa-apa yang hak - kebenaran - dan seseorang yang dikaruniai oleh Allah akan ilmu pengetahuan, kemudian ia memberikan keputusan dengan ilmunya itu - antara dua orang atau dua golongan yang berselisih - serta mengajarkannya pula."(Muttafaq 'alaih)Artinya ialah bahwa seseorang itu tidak patut dihasudi atau diri kecuali dalam salah satu kedua perkara di atas itu.

543. Dari Ibnu Mas'ud r.a. pula katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Siapakah di antara engkau semua yang harta orang yang mewarisinya itu dianggap lebih disukai daripada hartanya sendiri?" Para sahabat menjawab: "Ya Rasulullah, tiada seorangpun dari kita ini, melainkan hartanya adalah lebih dicintai olehnya." Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya hartanya sendiri ialah apa yang telah terdahulu digunakannya, sedang harta orang yang mewarisinya adalah apa-apa yang ditinggalkan olehnya - setelah matinya." (Riwayat Bukhari)Keterangan:Maksudnya yang telah terdahulu digunakannya, misalnya yang dipakai untuk makan minumnya, pakaiannya, perumahannya atau yang diberikan untuk sedekah atau Iain-Iain yang berupa pertolongan kesosialan. Selebihnya tentulah akan ditinggalkan, jika telah meninggal dunia.Oleh sebab itu Hadits di atas secara tidak langsung memberikan sindiran kepada kita kaum Muslimin agar gemar harta yang ada di tangan kita yang sebenarnya hanya titipan dari Allah Ta'ala itu, supaya kita nafkahkan untuk jalan kebaikan, semasih kita hidup di dunia ini. Dengan demikian kemanfaatannya akan dapat kita rasakan setelah kita ada di akhirat nanti.

544. Dari 'Adi bin Hatim r.a. bahwasanya Rasuiullah s.a.w. bersabda:"Takutlah engkau semua dari siksa api neraka,sekalipun dengan menyedekahkan potongan kurma." (Muttafaq 'alaih)

545. Dari Jabir r.a., katanya: "Tiada pernah samasekali Rasuiullah s.a.w. itu dimintai sesuatu, kemudian beliau berkata: "Jangan." (Muttafaq 'alaih)

546. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasuiullah s.a.w. bersabda:"Tiada seharipun yang sekalian hamba berpagi-pagi pada hari itu, melainkan ada dua malaikat yang turun. Seorang di antara keduanya itu berkata: "Ya Allah, berikanlah kepada orang yang menafkahkan itu akan gantinya," sedang yang lainnya berkata: "Ya Allah, berikanlah kepada orang yang menahan - tidak suka menafkahkan hartanya - itu kerusakan - yakni hartanya menjadi habis." (Muttafaq 'alaih)

547. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Allah Ta'ala berfirman - dalam Hadits Qudsi: "Belanjakanlah - hartamu, pasti engkau diberi nafkah - harta oleh Tuhan." (Muttafaq 'alaih)

548. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya ada seorang lelaki yang bertanya kepada Rasulullah s.a.w.: "Manakah di dalam Islam itu amalan yang terbaik?" Beliau s.a.w. bersabda:"Engkau memberikan makanan serta mengucapkan salam kepada orang yang engkau ketahui dan orang yang tidak engkau ketahui." (Muttafaq 'alaih)

549. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Ada empat puluh macam amalan dan setinggi-tingginya adalah meminjamkan kambing - untuk diambil susunya.Tiada seorang yang mengamalkan dengan satu perkara daripada empat puluh macam perkara itu, melainkan Allah Ta'ala akan memasukkannya dalam syurga." (Riwayat Bukhari)Keterangan Hadits ini sudah terdahulu dalam bab Banyaknya Jalan-jalan Kebaikan - lihat Hadits no. 138.

550. Dari Abu Umamah Shuday bin 'Ajlan r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Hai anak Adam, sesungguhnya jikalau engkau memberikan apa-apa yang kelebihan padamu, sebenarnya hal itu adalah lebih baik untukmu dan jikalau engkau tahan - tidak engkau berikan siapapun, maka hal itu adalah menjadikan keburukan untukmu. Engkau tidak akan tercela karena adanya kecukupan - maksudnya menurut syariat engkau tidak dianggap salah, jikalau kehidupanmu itu dalam keadaan yang cukup dan tidak berlebih- lebihan. Lagi pula mulailah - dalam membelanjakan nafkah - kepada orang yang wajib engkau nafkahi. Tangan yang bagian atas adalah lebih baik daripada tangan yang bagian bawah - yakni yang memberi itu lebih baik daripada yang meminta." (Riwayat Muslim)

551. Dari Anas r.a., katanya: "Tiada pernah Rasulullah s.a.w. itu diminta untuk kepentingan Islam, melainkan tentu memberikan pada yang memintanya itu. Niscayalahpernah ada seseorang lelaki datang kepada beliau s.a.w., kemudian beliau memberinya sekelompok kambing yang ada di antara dua gunung - yakni karena banyaknya hingga seolah-olah memenuhi dataran yang ada di antara dua gunung. Orang itu lalu kembali kepada kaumnya kemudian berkata: "Hai kaumku, masuklah engkau semua dalam Agama Islam, sebab sesungguhnya Muhammad memberikan sesuatu pemberian sebagai seorang yang tidak takut akan kemiskinan." Sekalipun orang lelaki itu masuk Islam dan tiada yang dikehendaki olehnya melainkan harta dunia, tetapi tidak lama kemudian Agama Islam itu baginya adalah lebih ia cintai daripada dunia dan segala sesuatu yang ada di atasnya ini - yakni Islamnya amat baik dan sebenar-benarnya." (Riwayat Muslim)

552. Dari Umar r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. membagikan suatu pembagian, lalu saya berkata: "Ya Rasulullah, sebenarnya selain yang Tuan beri itulah yang lebih berhak daripada mereka yang Tuan beri itu." Beliau lalu bersabda: "Sebenarnya mereka itu -yakni yang diberi - memberikan pilihan kepadaku, apakah mereka itu meminta padaku dengan jalan yang tidak baik - seolah memaksa-maksa, kemudian saya memberikan sesuatu pada mereka ataukah mereka menyuruh saya untuk berlaku kikir, sedangkan saya ini bukanlah seorang yang kikir." (Riwayat Muslim)

553. Dari Jubair bin Muth'im r.a. bahwasanyaia berkata,ia pada suatu ketika berjalan bersama Nabi s.a.w. ketika pulang dari peperangan Hunain, kemudian mulailah ada beberapa orang A'rab - penduduk pedalaman - meminta-minta kepada beliau, sehingga beliau itudipaksanyasampai kesebuah pohon samurah, lalu pohon tersebut menyambar selendangnya - yakni selendang beliau itu terikat oleh duri-durinya. Selanjutnya Nabi s.a.w. berdiri - sambil memegang kendali untanya - lalu bersabda: "Berikanlah padaku selendangku. Andaikata saya mempunyai ternak sebanyak hitungan duri-duri pohon ini, niscayalah semuanya itu akan saya bagikan kepadamu, selanjutnya engkau semua tidak akan menganggap saya sebagai seorang kikir, pendusta atau pengecut." (Riwayat Bukhari)

554. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Tidaklah sesuatu pemberian sedekah itu mengurangi banyaknya harta. Tidaklah Allah itu menambahkan seseorang akan sifat pengampunannya, melainkan ia akan bertambah pula kemuliaannya. Juga tidaklah seseorang itu merendahkan diri karena mengharapkan keridhaan Allah, melainkan ia akan diangkat pula derajatnya oleh Allah
'Azzawajalla. (Riwayat Muslim)

555. Dari Abu Kabsyah, yaitu Umar bin Sa'ad al-Anmari r.a. bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:"Ada tiga perkara yang saya bersumpah atasnya dan saya memberitahukan kepadamu semua akan suatu Hadits, maka peliharalah itu: Tidaklah harta seseorang itu akan menjadi berkurang sebab disedekahkan, tidaklah seseorang hamba dianiaya dengan suatu penganiayaan dan ia bersabar dalam menderitanya, melainkan Allah menambahkan kemuliaan padanya, juga tidaklah seseorang hamba itu membuka pintu permintaan, melainkan Allah membuka untuknya pintu kemiskinan," atau sabda beliau s.a.w. merupakan kalimat lain yang senada dengan uraian di atas."Saya akan memberitahukan lagi kepadamu semua suatu Hadits maka peliharalah itu: Bahwasanya dunia ini untuk empat macam golongan orang yaitu: Seorang hamba yang dikarunia rezeki oleh Allah berupa harta dan ilmu pengetahuan, kemudian ia bertaqwa kepada Tuhannya dan mempererat hubungan kekeluargaan serta mengetahui pula haknya Allah dalamapa yang dimilikinya itu, maka ini adalah tingkat yang seutama-utamanya, juga seseorang hamba yang dikaruniai ilmu pengetahuan tetapi tidak dikaruniai harta, kemudian orang itu benar keniatannya, lalu ia berkata: "Andaikata saya mempunyai harta, niscaya saya akan melakukan sebagaimana yang dilakukan si Fulan itu - dalam hal kebaikan, maka orang tadi karena keniatannya tadi, pahalanya sama antara ia dengan orang yang akan dicontohnya. Ada pula seseorang hamba yang dikarunia harta tetapi tidak dikarunia ilmu pengetahuan, kemudian ia menubruk - mempergunakan- hartanya dalam hal-hal yang tidak dimakluminya - secara awur-awuran - serta ia tidak pula bertaqwa kepada Tuhannya dan tidak suka mempereratkan tali kekeluargaannya, bahkan tidak pula mengetahui hal-hal Allah dalam hartanya itu, maka orang semacam ini adalah dalam tingkat yang seburuk-buruknya, juga seseorang hamba yang tidak dikarunia harta dan tidak pula ilmu pengetahuan, lalu ia berkata: "Andaikata saya mempunyai harta niscayalah saya akan melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh si Fulan - dalam hal keburukan, maka orang itu karena keniatannya adalah sama dosanya antara ia sendiri dengan orang yang akan dicontohnya itu."Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan shahih.

556. Dari Aisyah radhiallahu 'anha bahwasanya para sahabat sama menyembelih kambing - lalu mereka sedekahkan kecuali belikatnya, kemudian Nabi s.a.w. bertanya:"Bagian apakah yang tertinggal dari kambing itu?" Aisyah menjawab: "Tidak ada yang tertinggal daripadanya, melainkan belikatnya." Beliau lalu bersabda: "Sesungguhnya semua anggotanya itu masih tertinggal, kecuali belikatnya yang tidak." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits shahih. Maknanya ialah supaya disedekahkanlah semuanya kecuali belikatnya, maka sabdabeliau s.a.w. itu jelasnya ialah bahwa di akhirat semua itu masih tetap ada pahalanya - sebab disedekahkan - kecuali belikatnya yang tidak ada pahalanya - karena dimakan sendiri.

557. Dari Asma' binti Abu Bakar as-Shiddiq radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepadaku: "Jangan engkau menyimpan apa-apa yang ada di tanganmu, sebab kalau demikian maka Allah akan menyimpan terhadap dirimu - yakni engkau tidak diberi rezeki lagi."Dalam riwayat lain disebutkan:"Nafkahkanlah, atau berikanlah atau sebarkanlah dan jangan engkau menghitung- hitungnya, sebab kalau demikian maka Allah akan menghitung-hitungkan karunia yang akan diberikan padamu. Jangan pula engkau mencegah - menahan untuk memberikan sesuatu, sebab kalau demikian maka Allah akan mencegah pemberianNya padamu."(Muttafaq 'alaih)

558. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Perumpamaan orang kikir dan orang yang suka menafkahkan itu adalah seperti dua orang lelaki yang di tubuhnya ada dua buah baju kurung dari besi - masing-masing sebuah, antara dua susunya dengan tulang lehernya.Adapun orang yang suka menafkahkan, maka tidaklah ia menafkahkan sesuatu, melainkan makin sempurnalah atau mencukupi seluruh kulitnya sampai-sampai menutupi tulang-tulangjari-jarinya, bahkan menutupi pula bekas-bekasnya - ketika berjalan.Adapun orang kikir maka tidaklah ia menginginkan hendak menafkahkan sesuatu, melainkan makin melekatlah setiap kolongan itu pada tempatnya. Ia hendak meluaskan kolongan tadi, tetapi tidak dapat melebar." (Muttafaq 'alaih)Aljubbah atau Addir'u artinya baju kurung.Artinya ialah bahwa seseorang yang suka membelanjakan itu setiap ia menafkahkan sesuatu, maka makin sempurna dan memanjanglah sehingga tertariklah pakaian yang dikenakannya itu sampai ke belakangnya, sehingga dapat menutupi kedua kaki serta bekas jalan dan langkah-langkahnya.

559. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barangsiapa bersedekah dengan sesuatu senilai sebiji buah kurma yang diperolehnya dari hasil kerja yang baik - bukan haram -dan memang Allah itu tidak akan menerima kecuali yang baik. Maka sesungguhnya Allah akan menerima sedekah orang itu dengan tangan kanannya - sebagai kiasan kekuasaanNya, kemudian memperkembangkan pahala sedekah tersebut untuk orang yang melakukannya, sebagaimana seseorang dari engkau semua memperkembangkan anak kudanya sehingga menjadi seperti gunung - yakni memenuhi lembah gunung karena banyaknya." (Muttafaq 'alaih)Alfaluwwu dengan fathahnya fa' dan dhammahnya lam serta syaddahnya wawu, ada juga yang mengucapkan dengan kasrahnya fa', sukunnya lam serta diringankannya wawu yakni wawunya tidak disyaddahkan - dan berbunyi Alfilwu, artinya anak kuda.Keterangan:Hadits di atas menurut uraian Imam al-Maziri diartikan sebagai perumpamaan yakni yang lazim berlaku di kalangan bangsa Arab. Misalnya dalam percakapan mereka sehari-hari untuk memudahkan pengertian. Jadi seperti sedekah yang benar-benar diterima oleh Allah, lalu dikatakan "diterima dengan tangan kanannya," juga seperti perlipat gandaan pahala, dikatakan dengan "perawatan atau pemeliharaan yang sebaik-baiknya."Imam Termidzi berkata: "Para alim-ulama ahlus sunnah wal jama'ah berkata: "Kita semua mengimankan apapun yang terkandung dalam Hadits itu dan tidak perlu kita fahamkan sebagai perumpamaan, namun demikian kitapun tidak akan menanyakan dan tidak pula memperdalamkan: "Jadi bagaimana wujud sebenarnya?" Misalnya mengenai tangan kanan Tuhan, perawatan dan pemeliharaan yang dilakukan olehNya dan Iain-Iain sebagainya."

560. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Pada suatu kettka ada seorang lelaki berjalan di suatu tanah lapang - yang tidak berair, lalu ia mendengar suatu suara dalam awan: "Siramlah kebun si Fulan itu!" Kemudian menyingkirlah awan itu menuju ke tempat yang ditunjukkan, lalu menghabiskan airnya di atas tanah lapang berbatu hitam itu. Tiba-tiba sesuatu aliran air dari sekian banyak aliran airnya itu mengambil air hujan itu seluruhnya, kemudian orang tadi mengikuti aliran air tersebut. Sekonyong-konyong tampaklah olehnya seorang lelaki yang berdiri di kebunnya mengalirkan air itu dengan alat keruknya. Orang itu bertanya kepada pemilik kebun: "Hai hamba Allah, siapakah nama anda?" Ia menjawab: "Namaku Fulan," dan nama ini cocok dengan nama yang didengar olehnya di awan tadi. Pemilik kebun bertanya: "Mengapa anda tanya nama saya?" Orang itu menjawab: "Sesung-guhnya saya tadi mendengar suatu suara di awan yang inilah airyang turun daripadanya. Suara itu berkata: "Siramlah kebun si Fulan itu! Nama itu sesuai benar dengan nama anda. Sebenarnya apakah yang anda lakukan?" Pemilik kebun menjawab: "Adapun anda menanyakan semacam ini, karena sesungguhnya saya selalu melihat - memperhatikan benar-benar - jumlah hasil yang keluar dari kebun ini. Kemudian saya bersedekah dengan sepertiganya, saya makan bersama keluarga saya yang sepertiganya dan saya kembalikan pada kebun ini yang sepertiganya pula - untuk bibit-bibitnya." (Riwayat Muslim)


Bab 61
Melarang Sifat Bakhil Dan Kikir

Allah Ta'ala berfirman:"Adapun orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, juga mendustakan dengan apa-apa yang baik - keterangan agama dan lain-lain, maka Kami memudahkan untuknya dalam menempuh jalan kesukaran - maksudnya ialah kejahatan, kesengsaraan dan akhirnya menuju ke neraka. Hartanya tidaklah akan berguna untuknya apabila Ia telah jatuh." (al-Lail: 8-11)Allah Ta'ala berfirman pula:"Dan barangsiapa yang terpelihara dari kekikiran jiwanya, maka mereka itulah orang-orang yang berbahagia." (at-Taghabun: 16)Adapun Hadits-Haditsnya, maka sebagian besar daripadanya telah diuraikan dalam bab di muka sebelum ini.

561. Dari Jabir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Takutlah engkau semua - yakni jauhkanlah dirimu semua - dari perbuatan penganiayaan, sebab sesungguhnya menganiaya itu akan merupakan berbagai kegelapan pada hari kiamat. Takutlah engkau semua dari perbuatan kikir, sebab sesungguhnya kikir itu telah membinasakan orang-orang - yakni ummat- yang sebelummu. Kikir itulah yang menyebabkan mereka suka mengalirkan darah-darah sesama mereka dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan pada mereka." (Riwayat Muslim)


Bab 62
Mengutamakan Orang Lain Dan Memberi Pertolongan — Agar Menjadi Ikutan

Allah Ta'ala berfirman;"Mereka - orang-orang yang beriman - itu sama menggutamakan orang lain lebih dari dirinya sendiri, meskipun mereka itu sebenarnya adalah dalam kemiskinan." (al-Hasyr: 9)Allah Ta'ala berfirman pula:"Mereka - orang-orang yang baik - itu sama memberikan makanan dengan kasih-sayangnya kepada orang miskin, anak yatim serta orang yang tertawan," sampai akhirnya beberapa ayat. (al- lnsan: 8) 562. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Nabi s.a.w. lalu berkata: "Sesungguhnya saya ini adalah seorang yang sedang dalam kesengsaraan." Beliau s.a.w. menyuruh ke tempat sebagian isteri-isterinya - untuk meminta sesuatu yang hendak disedekahkan, lalu isteri-isterinya itu berkata: "Demi Zat yang mengutus Tuan dengan benar, saya tidak mempunyai sesuatu melainkan air." Kemudian beliau s.a.w. menyuruh lagi ke tempat isterinya yang lain, maka yang inipun mengatakan sebagaimana di atas itu. Jadi mereka itu semuanya mengatakan seperti itu pula, yaitu: "Tidak ada, demi Zat yang mengutus Tuan dengan benar, saya tidak mempunyai sesuatu melainkan air." Beliau s.a.w. lalu bersabda: - kepada sahabat-sahabatnya: "Siapakah yang akan membawa orang ini sebagai tamunya pada malam ini?" Seorang lelaki dari golongan Anshar berkata: "Saya, ya Rasulullah." Orang itu berangkat dengan tamunya ke tempat kediamannya, lalu berkata kepada isterinya: "Muliakanlah tamu Rasulullah s.a.w. ini."Dalam riwayat lain disebutkan: "Orang itu berkata kepada isterinya: "Apakah engkau mempunyai sesuatu jamuan?" Isterinya menjawab: "Tidak ada, kecuali makanan untuk anak- anakku." Lelaki itu berkata pula: "Buatlah sesuatu sebab kepada anak-anak itu dengan sesuatu - sehingga terlupa dari makan malamnya. Jadi kalau sudah waktunya mereka makan malam, maka tidurkanlah mereka. Jikalau tamu kita telah masuk rumah, lalu padamkanlah lampunya dan perhatikanlah padanya bahwa kita juga makan. Demikianlah lalu mereka duduk-duduk - yakni tuan rumah dengan tamunya, tamu itupun makan dan keduanya- lelaki dan isterinya -semalam itu dalam keadaan perut kosong.Ketika menjelang pagi harinya, orang itu - yang menjadi tuan rumah - pergi kepadaNabi s.a.w. - untuk menerangkan peristiwa malam harinya - lalu beliau s.a.w. bersabda:"Benar-benar Allah menjadi heran dari kelakuanmu berdua -suami-isteri - terhadap tamumu tadi malam itu." 53 (Muttafaq 'alaih)

53 Menurut penafsiran al-Qadhi 'lyadh, yaitu bahwa yang dimaksudkan dengan "keheranan Allah Ta'ala" itu ialah keridhaanNya terhadap perbuatan suami-isteri tersebut, atau akan diberi balasan pahala yang berlipat ganda, tetapi dapat pula berarti bahwa Allah amat mengagungkan perilaku mereka. Namun demikian dapat juga diartikan bahwa yang menjadi keheranan terhadap kelakuan kedua suami-isteri itu ialah para malaikatnya Allah, tetapi disebutkannya bahwa "Allah yang menjadi heran" itu semata-mata sebagai tanda kemuliaan yang dilimpahkan kepada tuan rumah dan isterinya di atas.

563. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Makanan untuk dua orang itu cukup untuk tiga orang dan makanan tiga orang itu cukup untuk empat orang." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Imam Muslim dari Jabir r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Makanan seorang itu cukup untuk dua orang dan makanan dua orang itu cukup untuk empat orang, sedang makanan empat orang itu cukup untuk delapan orang."

564. Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Pada suatu ketika kita semua dalam bepergian bersama Nabi s.a.w., tiba-tiba datanglah seorang lelaki dengan menaiki kendaraannya, lalu mulailah ia menengokkan wajahnya ke arah kanan dan kiri. Kemudian bersabdalah Rasulullah s.a.w.: "Barangsiapa yang mempunyai kelebihan kendaraan - yakni lebih dari apa yang diperlukannya sendiri, hendaklah bersedekah dengan kelebihannya itu kepada orang yang tidak mempunyai kendaraan dan barangsiapa yang mempunyai kelebihan bekal makanan, maka hendaklah bersedekah kepada orang yang tidak mempunyai bekal makanan apa-apa." Selanjutnya beliau s.a.w. menyebutkan berbagai macam harta benda dengan segala apa saja yang dapat disebutkan, sehingga kita semua mengerti bahwa tidak seorangpun dari kita semua itu yang mempunyai hak dalam apa-apa yang kelebihan - sebab segala macam yang merupakan kelebihan diperintahkan untuk disedekahkan." (Riwayat Muslim)

565. Dari Sahal bin Sa'ad r.a. bahwasanya ada seorang wanita datang kepada Nabi s.a.w. dengan membawa selembar burdah yang ditenun, kemudian wanita itu berkata: "Saya sendiri menenun pakaian ini dengan tanganku untuk saya berikan kepada Tuan agar Tuan gunakan sebagai pakaian." Nabi s.a.w. mengambilnya dan memang beliau membutuhkannya. Beliau keluar pada kita dan burdah tadi dikenakan sebagai sarungnya. Kemudian ada orang berkata: "Berikanlah burdah itu untuk saya pakai, alangkah baiknya." Beliau s.a.w. bersabda:"Baiklah." Selanjutnya Nabi s.a.w. duduklah dalam suatu majlis lalu burdah tadi dilipatnya kemudian dikirimkan kepada orang yang memintanya tadi. Kaum - para sahabat - berkata kepada yang meminta itu: "Alangkah baiknya perbuatanmu itu. Burdah itu dipakai oleh Nabi s.a.w., sedangkan beliau membutuhkan untuk dipakainya dan engkau juga tahu bahwa beliau itu tidak akan menolak permintaan siapapun yang memintanya." Orang tadi menjawab: "Sesungguhnya saya, demi Allah, tidaklah saya memintanya itu karena saya membutuhkannya, bahwasanya saya memintanya tadi ialah untuk saya jadikan kafanku - yakni kalau meninggal dunia."Sahal - yang meriwayatkan Hadits ini -berkata: "Maka burdah tersebut sungguh-sungguh dijadikan kafannya." (Riwayat Bukhari)

566. Dari Abu Musa r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w, bersabda:"Sesungguhnya kaum Asy'ariyin itu apabila habis bekal-bekalnya dalam sesuatu peperangan atau tinggal sedikit makanan untuk para keluarganya di Madinah, maka mereka sama mengumpulkan apa-apa yang masih mereka punyai dalam selembar kain pakaian, lalu mereka bagi-bagikanlah itu antara sesama mereka dalam ukuran satu wadah dengan sama rata. Mereka itu adalah termasuk golonganku dan saya termasuk golongan mereka pula."(Muttafaq 'alaih) Armalu artinya sudah habis bekal mereka atau sudah mendekati kehabisannya.



Bab 63
Berlomba-lomba Dalam Perkara Akhirat Dan Mengambil Banyak-banyak Dan Apa-apa Yang Menyebabkan Keberkahan

Allah Ta'ala berfirman:"Dan dalam hal yang sedemikian ini - yakni hal-hal kebaikan - maka hendaknya berlomba- lombalah orang-orang yang ingin berlomba-lomba." (al-Muthaffifin: 26)

567. Dari Sahal bin Sa'ad r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. diberi minuman lalu beliau meminumnya dan di sebelah kanannya ada seorang anak, sedang di sebelah kirinya ada orang-orang tua. Lalu beliau bersabda - kepada anak itu: "Adakah engkau izinkan kalau ini saya berikan kepada orang-orang tua itu?" Anak itu menjawab: "Tidak, demi Allah, ya Rasulullah, saya tidak akan mengalahkan diriku dalam memperoleh bagianku daripada Tuan itu sehingga memberikannya kepada orang lain."Maksudnya: Oleh sebab anak itu ingin memperoleh keberkahan dan sisa minuman Rasulullah s.a.w., maka ia tetap memintanya dan tidak suka mengalah sekalipun kepada orang-orang tua dan anak itu memang yang berhak, sebab berada di sebelah kanannya.Selanjutnya Rasulullah s.a.w. meletakkan minuman itu di tangan anak tadi.Tallahu dengan ta' mutsannat di atas artinya meletakkannya. Anak yang tersebut di atas itu ialah Ibnu Abbas, radhiallahu 'anhuma.

568. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Pada suatu ketika Nabi Ayyub 'alaihis salam mandi dengan telanjang, lalu jatuhlah padanya seekor belalang dari emas, lalu beliau mengibas-ngibaskan pada bajunya. Kemudian Tuhannya Azzawaj'alla memanggilnya: "Hai Ayyub, bukankah Aku telah membuatmu menjadi kaya - dalam jiwanya - dari apa yang engkau lihat itu?" Ayyub menjawab: "Benar, demi keagunganMu, tetapi saya samasekali tidak dapat merasa kaya - yakni masih amat membutuhkan - pada keberkahanMu." (Riwayat Bukhari)


Bab 64
Keutamaan Orang Kaya Yang Bersyukur Yakni Orang Yang Mengambil Harta Dari Arah Yang Diridhai Dan Membelanjakannya Dalam Arah-arah Yang Diperintahkan

Allah Ta'ala berfirman:"Maka barangsiapa memberi - untuk kebaikan - dan bertaqwa, serta membenarkan - mempercayai - apa-apa yang baik, maka Kami akan memudahkan padanya untuk menempuh jalan yang mudah -yaitu mengerjakan kebaikan, keimanan dan akbirnya ke syurga." (al-Lail: 5-7)Allah Ta'ala berfrman pula:"Dan akan dihindarkan dari neraka itu orang yang bertaqwa, yang memberikan hartanya - untuk kebaikan, agar menjadi bersih -jiwanya. Dan tiada seorangpun dari kenikmatan yang ada padanya akan diberi pembalasan, melainkan karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi. Dan orang itu nantinya akan lega." (al-Lail: 17-21)Allah Ta'ala juga berfirman:"Jikalau engkau semua memberikan sedekah dengan terang-terangan, maka itu adalah baik, tetapi jikalau engkau semua menyembunyikannya - yakni tidak dengan cara terang-terangan dilihat orang lain, kepada orang-orang fakir, maka hal itu adalah lebib baik lagi untukmu semua dan dapat menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahanmu dan Allah adalah Maha mengetahui apa-apa yang engkau semua lakukan." (al-Baqarah: 271)Allah Ta'ala berfirman lagi:"Tidak sekali-kali engkau semua akan memperoleh kebajikan sehingga engkau semua suka menafkahkan sebagian dari apa yang engkau semua cintai. Dan apa saja yang engkau semua nafkahkan, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahuinya." (ali-lmran: 92)Ayat-ayat yang menerangkan keutamaan bernafkah dalam berbagai ketaatan itu banyak sekali dan dapat dimaklumi.

569. Dari Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Tiada kehasudan yang dibolehkan melainkan dalam dua macam perkara, yaitu: seseorang yang dikarunia oleh Allah akan harta, kemudian ia mempergunakan guna menafkahkannya itu untuk apa-apa yang hak - kebenaran - dan seseorang yang dikarunia oleh Allah akan ilmu pengetahuan, kemudian ia memberikan keputusan dengan ilmunya itu- antara dua orang atau dua golongan yang berselisih - serta mengajarkannya pula."(Muttafaq 'alaih)Keterangan Hadits di atas baru saja diuraikan di muka - lihat Hadits no. 542.

570. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya:"Tiada kehasudan yang dibolehkan, melainkan dua macam perkara, yaitu: seseorang yang dikaruniai oleh Allah kepandaian dalam al-Quran - membaca, mengertikan dan Iain- lain, kemudian ia suka bersembahyang dengan membaca al-Quran itu pada waktu malam dan siang, juga seseorang yang dikarunia oleh Allah akan harta lalu ia menafkahkannya pada waktu malam dan siang." (Muttafaq 'alaih)

571. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya kaum fakir dari golongan sahabat-sahabat Muhajirin sama mendatangi Rasulullah s.a.w. lalu mereka berkata: "Orang-orang yang berharta banyak itu sama pergi - yakni meninggal dunia - dengan membawa derajat yang tinggi-tinggi serta kenikmatan yang kekal." Rasulullah s.a.w. bertanya: "Mengapa demikian?" Orang-orang itu menjawab: "Karena mereka dapat bersembahyang sebagaimana kita juga bersembahyang, mereka berpuasa sebagaimana kita berpuasa, mereka bersedekah, sedangkan kita tidak dapat bersedekah dan sedangkan mereka dapat memerdekakan - hambasahaya - dan kita tidak dapat memerdekakan itu."Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sukakah engkau semua saya beritahukan akan sesuatu amalan yang dengannya itu engkau semua dapat mencapai pahala orang yang mendahuluimu dan pula dapat mendahului orang yang sesudahmu. Juga tiada seorangpun yang menjadi lebih utama daripadamu semua, melainkan orang yang mengerjakan sebagaimana amalan yang engkau semua lakukan ini?"Para sahabat menjawab: "Baiklah, ya Rasulullah." Beliau kemudian bersabda lagi:"Bacalah tasbih - Subhanallah, takbir - Allah Akbar - dan tahmid - Alhamdulillah - setiap selesai bersembahyang sebanyak tigapuluh tiga kali masing-masing."Selanjutnya kaum fakir dari golongan sahabat Muhajirin itu kembali mendatangi Rasulullah s.a.w. lalu mereka berkata: "Saudara-saudara kita golongan yang hartawan- hartawan itu telah mendengar mengenai apa yang kita kerjakan ini, oleh sebab itu merekapun mengerjakan sebagai yang kita lakukan itu."Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Yang sedemikian itu adalah keutamaan Allah yang dlkaruniakan oleh Nya kepada siapa saja yang dikehendaki." (Muttafaq 'alaih)Ini adalah lafaz riwayat Imam Muslim.


Bab 65
Mengingat-ingat Kematian Dan Memperpendekkan Angan- angan

Allah Ta'ala berfirman:"Setiap jiwa itu akan merasakan kematian. Bahwasanya engkau semua itu akan dicukupkan semua pahalamu nanti pada hari kiamat. Maka barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan dalam syurga, maka orang itu benar-benar memperoleh kebahagiaan. Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan hartabenda tipuan belaka." (ali-lmran: 185)"Seseorang itu tidak akan mengetahui apa yang akan dikerjakan pada esok harinya dan seseorangpun tidak akan mengetahui pula di bumi mana ia akan mati." (Luqman: 34)Allah Ta'ala berfirman lagi:"Maka apabila telah tiba waktu ajal mereka, tidaklah mereka itu dapat mengundurkannya barang sesaat dan tidak kuasa pula mendahuluinya." (an-Nahl: 61)Allah Ta'ala berfirman pula:"Hai sekalian orang beriman, janganlah hartabendamu dan anak-anakmu itu melalaikan engkau semua dan mengingat kepada Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh kerugian. Dan nafkahkanlah - untuk kebaikan - sebagian dari apa-apa yang Kami rezekikan kepadamu semua sebelum kematian mendatangi seseorang dari engkau semua, lalu ia berkata: "Ya Tuhanku mengapa aku tidak Engkau beri tangguh barang sedik'tt waktu, supaya aku dapat memberikan sedekah dan aku dapat dimasukkan dalam golongan orang-orang shalih. Allah samasekali tidak akan memberikan tangguhan waktu kepada sesuatu jiwa jikalau telah tiba ajalnya dan Allah adalah Maha Periksa perihal apa saja yang engkau semua lakukan." (al-Munafiqun: 9-11)Allah Ta'ala berfirman lagi:"Sehingga di kala kematian telah tiba pada seseorang di antara mereka, iapun berkataiah: "Ya Tuhanku, kembalikanlah saya hidup supaya saya dapat mengerjakan amalan yang baik yang telah saya tinggalkan. Jangan begitu. Sesungguhnya perkataan itu hanyalah sekedar yang dapat ia ucapkan. Di hadapan mereka ada barzakh, dinding yang membatasi sampai hari mereka dibangkitkan. Selanjutnya, apabila d'ttiuplah sangkakala, maka pada hari itu tiada lagi pertalian di antara mereka dan antara satu dengan lainnya tidak dapat tanya-menanya. Maka barangsiapa yang berat timbangan amal kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung dan barangsiapa yang ringan timbangan amal kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka tetap berada di dalam neraka jahanam. Apt neraka itu membakar muka mereka dan mereka di dalamnya bermuka masam. Bukankah ayat-ayatKu telah pernah dibacakan kepadamu semua, tetapi engkau semua mendustakannya."Sehingga pada firman Allah Ta'ala:"Dia berfirman: "Berapa tahunkah lamanya engkau semua menetap di bumi?" Mereka menjawab: "Kita semua menetap sehari atau setengah hari saja, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang pandai menghitung." Allah berfirman lagi: "Engkau semua tidaklah menetap di situ melainkan dalam waktu sebentar saja, andaikata engkau semua mengetahuinya. Adakah engkau semua mengira bahwa Kami menciptakan engkau semua itu dengan main-main belaka dan bahwasanya engkau semua tidak akan dikembalikan kepada Kami." (al-Mu'minun: 99-115). Allah Ta'ala berfirman:"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman supaya hati mereka tunduk untuk mengingat kepada Allah serta kebenaran yang telah turun pada mereka - agama Allah Ta'ala. janganlah mereka menjadi serupa dengan orang-orang yang telah diberi Kitab pada masa dahulu, tetapi mereka telah melalui masa yang panjang, kemudian menjadi keras - kasar - hati mereka itu. Dan sebagian banyak dari mereka itu adalah orang-orang yang fasik - tidak dapat membedakan antara kebaikan dan keburukan." (al-Hadid: 16)Ayat-ayat dalam bab ini amat banyaknya dan dapat dimaklumi.

572. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. menepuk bahuku lalu bersabda:"Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah engkau itu orang gharib - orang yang berada di suatu negeri yang bukan negerinya sendiri - atau sebagai orang yang melalui jalan." Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma berkata:"Jikalau engkau bersore-sore, maka janganlah engkau menanti-nantikan waktu pagi dan jikalau engkau berpagi-pagi, janganlah engkau menanti-nantikan waktu sore - yakni untuk mengamalkan kebaikan itu hendaklah sesegera mungkin. Ambillah kesempatan sewaktu engkau berkeadaan sihat untuk mengejar kekurangan di waktu engkau sakit dan di waktu engkau masih hidup guna bekal kematianmu." (Riwayat Bukhari)

573. Dari Ibnu Umar r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Tidak ada hak seseorang Muslim yang ada sesuatu harta baginya yang hendak diwasiatkan, ia bermalam dua malam, melainkan wasiatnya itu sudah tertulis di sisinya."(Muttafaq 'alaih)Ini adalah lafaznya Imam Bukhari.Maksudnya seseorang yang berharta dan ingin memberikan wasiat perihal hartanya itu, hendaklah surat wasiatnya ditulis sesegera mungkin, sebab siapa tahu bahwa ajalnya akan datang pada malam hari sewaktu ia tertidur.Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan:"Bermalam tiga malam."Ibnu Umar berkata: "Tidak pernah berlalu semalam pun atas diri saya sejak saya mendengar sabda Rasulullah s.a.w. sebagaimana di atas itu, melainkan wasiatku telah ada di sisiku."

574. Dari Anas r.a., katanya: "Nabi s.a.w. menggariskan beberapa garis, lalu beliau bersabda:"Ini adalah angan-angan manusia sedang ini adalah ajalnya. Kemudian di waktu orang itu sedang dalam keadaan sedemikian - yakni angan-angannya masih tetap panjang dan membubung tinggi, tiba-tiba datanglah garis yang terpendek - yakni garis yang memotongnya yaitu kematian." (Riwayat Bukhari)

575. Dari Ibnu Mas'ud r.a. katanya: "Nabi s.a.w. menggariskan suatu garis berbentuk persegi empat dan menggariskan lagi suatu garis di tengah-tengahnya yang keluar dari kalangan persegi empat tadi, juga menggariskan lagi beberapa garis kecil-kecil yang menuju ke arah garis di tengah-tengah itu dan keluar dari arah tepinya yang tengah, lalu beliau s.a.w. bersabda:"Ini adalah manusia dan ini adalah ajalnya meliputi diri manusia tadi,atau memang telah meliputinya. Garis yang keluar dari kalangan ini adalah angan-angannya, sedang garis- garis kecil-kecil ini adalah barang-barang baru yang mendatanginya - yakni apa-apa yang dapat ia ambil dari keduniaan, berupa kebaikan atau keburukan. Jikalau ia terluput dari yang ini - yakni bencana yang satu, tentu ia terkena oleh yang ini - bencana yang lainnya - dan jikalau ia terluput dari yang ini - bencana yang satunya lagi, maka ia tentu akan terkena oleh yang ini - bencana yang lainnya pula." (Riwayat Bukhari)

576. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Bersegeralah engkau semua dengan melakukan amalan-amalan yang baik sebelum datangnya tujuh macam perkara ini, yaitu: Apakah engkau semua menantikan - dalam meninggalkan bersegera itu - melainkan dengan datangnya kefakiran yang melalaikan, ataupun kekayaan yang menyebabkan kecurangan, ataupun sakit yang merusakkan tubuh, ataupun ketua bangkaan yang menyebabkan kurangnya akal fikiran - yakni akal menjadi tidak normal lagi, ataupun kematian yang cepat, ataupun Dajjal, maka ia adalah seburuk- buruknya makhluk ghaib yang dinantikan, ataupun datangnya hari kiamat, padahal hari kiamat itu adalah saat yang terbesar bencananya serta yang terpahit dideritanya. "Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan.

577. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Perbanyaklah olehmu semua akan mengingat-ingat kepada sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan - yaitu kematian.Diriwayatkan oleh Imam Termizi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan.

578. Dari Ubay bin Ka'ab r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu setelah lalu sepertiga malam, beliaupun bangunlah, kemudian bersabda: "Hai sekalian manusia, ingatlah engkau semua kepada Allah, datanglah kegoncangan besar - yakni tiupan pertama - yang diikuti oleh peristiwa dahsyat - yakni tiupan kedua dan antara kedua tiupan itu ada empatpuluh tahun lamanya. Kematian itu datang dengan segala macam kesengsaraannya, kematian itu datang dengan segala macam kesukarannya - yakni ketikadatangnya sakaratulmaut." Saya berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya memperbanyakkan bacaan shalawat atas Tuan, maka seberapakah yang perlu saya jadikan untuk Tuan itu dari doaku?" Beliau s.a.w. menjawab: "Sekehendakmu sajalah." Saya bertanya:"Seperempat?" Beliau menjawab: "Sekehendakmu, tetapi kalau engkau menambahkannya, maka itu adalah lebih baik untukmu?" Saya bertanya lagi: "Separuh bagaimanakah?" Beliau menjawab: "Sekehendakmu, tetapi kalau engkau menambahkannya, maka itu adalah lebih baik lagi untukmu." Saya bertanya pula: "Kalau begitu, dua pertiganya bagaimanakah?" Beliau menjawab: "Sekehendakmu sajalah, tetapi kaiau engkau menambahkannya, maka itu adalah lebih baik untukmu." Saya berkata: "Saya akan menjadikan semua doaku itu untuk Tuan." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Jikalau demikian engkau akan dicukupi perihatinmu - yakni urusanmu di dunia dan akhirat akan dipenuhi seluruhnya - serta diampunilah dosamu."Diriwayatkanoleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan.


Bab 66
Kesunnahan Berziarah Kubur Bagi Orang-orang Lelaki DanApa-apa Yang Diucapkan Oleh Orang Yang Berziarah

579. Dari Buraidah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya telah pernah melarang engkau semua perihal ziarah kubur, tetapi sekarang berziarahlah ke kubur itu!"(Riwayat Muslim)Dalam riwayat lain disebutkan: "Maka barangsiapa yang hendak berziarah kubur, maka baiklah berziarah, sebab ziarah kubur itu dapat mengingatkan - orang yang berziarah itu - kepada akhirat."

580. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu setiap malam gilirannya di tempat Aisyah, beliau s.a.w. lalu keluar pada akhir malam ke makam Baqi', kemudian mengucapkan - yang artinya: "Keselamatan atasmu semua hai perkampungan kaum mu'minin, akan datang padamu semua apa-apa yang engkau semua dijanjikan besok yakni masih ditangguhkan waktunya. Sesungguhnya kita semua ini Insya Allah menyusul engkau semua pula. Ya Allah, ampunilah para penghuni makam Baqi' Algharqad ini." (Riwayat Muslim)

581. Dari Buraidah r.a., katanya: "Nabi s.a.w. mengajarkan kepada mereka - para sahabat - jikalau mereka keluar berziarah ke kubur supaya seseorang dari mereka mengucapkan - yang artinya: "Keselamatan atasmu semua hai para penghuni perkampungan-perkampungan - yakni kubur-kubur - dari kaum mu'minin dan Muslimin. Sesungguhnya kita semua Insya Allah menyusul engkau semua. Saya memohonkan kepada Allah untuk kita dan untukmu semua akan keselamatan." (Riwayat Muslim)

582. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. berjalan melalui kubur-kubur Madinah lalu beliau menghadap kepada mereka - penghuni-penghuni kubur-kubur - itu dengan wajahnya, kemudian mengucapkan - yang artinya: "Keselamatan atasmu semua hai para ahli kubur, semoga Allah memberikan pengampunan kepada kita dan kepadamu semua. Engkau semua mendahului kita dan kita akan mengikuti jejakmu."Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan.54 Algharqad adalah semacam pohon-pohonan yang banyak durinya. Baqi' Gharqad adalah tempat pemakaman orang-orang di Madinah dan disebut demikian, sebab di situ banyak pohon gharqadnya.


Bab 67
Kemakruhan Mengharapkan Kematian Dengan Sebab Adanya Bahaya Yang Menimpanya, Tetapi Tidak Mengapa Jika Karena Menakutkan Adanya Fitnah Dalam Agama


583. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Janganlah seseorang dari engkau semua itu mengharapkan kematian. Jikalau ia seorang yang dapat berbuat baik, maka barangkali kebaikannya itu dapat ditambahkan olehnya dan jikalau ia berbuat keburukan, maka barangkali ia bertaubat kepada Allah."(Muttafaq 'alaih)Ini adalah lafaznya Imam Bukhari. Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Janganlah seseorang dari engkau semua itu mengharapkan kematian dan jangan pula berdoa untuk didatangi kematian itu sebelum kematian itu sendiri datang padanya - tanpa didoakan, sebab sesungguhnya orang itu apabila telah mati, maka terputuslah amalannya dan bahwasanya saja tidaklah seseorang mu'min itu bertambah banyak umurnya, melainkan akan menjadi kebaikan untuknya."

584. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah seseorang dari engkau semua itu mengharapkan kematian karena adanya bahaya yang menimpa dirinya. Tetapi jikalau ia terpaksa harus berbuat demikian, maka hendaklah ia mengucapkan: "Ya Allah, hidupkanlah saya terus, selama hidup itu menjadi kebaikan untukku dan matikanlah saya jikalau mati itu adalah lebih untukku." (Muttafaq 'alaih)

585. Dari Qais bin Abu Hazim, katanya: "Kita semua masuk ke tempat Khabbab bin al- Aratti r.a. untuk meninjaunya, sedang ia - yang ditinjau itu - telah berselar - yakni diberi pengobatan dengan memiciskan api di tubuhnya - sebanyak tujuh kali, kemudian Khabbab berkata: "Sesungguhnya sahabat-sahabat kita yang telah lalu itu sudah terdahulu. Mereka itu tidak dikurangi - derajat-derajatnya di akhirat - oleh kecintaan kepada dunia, sedangkan kita inipun telah memperoleh hartabenda yang kita tidak menemukan tempat untuk menyimpannya itu kecuali tanah - artinya karena banyaknya dan berlebih-lebihan dari kebutuhan, maka untuk menyimpannya itu harus digalikan tanah. Andaikata Nabi s.a.w. tidak pernah melarang kita untuk berdoa agar segera mendapat kematian, niscayalah saya berdoa untuk itu - artinya hendak berdoa agar segera mati, sebab sudah jemu di dunia ini. Selanjutnya pada ketika yang lainnya lagi kita mendatangi Khabbab lagi dan ia sedang membangunkan suatu dinding, lalu ia berkata: "Sesungguhnya seorang Muslim itu pastilah akan diberi pahala dalam segala apa yang dinafkahkannya, melainkan dalam benda yang diletakkannya dalam tanah ini - yakni apa-apa yang disimpannya karena berlebih-lebihan dari kebutuhannya." (Muttafaq 'alaih)Ini adalah lafaz menurut Imam Bukhari.



Bab 68
Kewara'an Dan Meninggalkan Apa-apa Yang Syubhat

Allah Ta'ala berfirman:"Engkau semua mengira bahwa persoalan itu adalah remeh saya, padahal di sisi Allah ia adalah persoalan yang agung-amat penting." (an-Nur: 15) Allah Ta'ala berfirman pula:"Sesungguhnya Tuhanmu niscayalah selalu mengintip - segala perbuatanmu." (al-Fajr: 14)

586. Darian-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengarRasulullah s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya apa-apa yang halal itu jelas dan sesungguhnya apa-apa yang haram itupun jelas pula. Di antara kedua macam hal itu - yakni antara halal dan haram - ada beberapa hal yang syubhat -samar-samar atau serupa yakni tidak jelas halal dan haramnya.Tidak dapat mengetahui apa-apa yang syubhat itu sebagian besar manusia. Maka barangsiapa yang menjaga dirinya dari perbuatan-perbuatan syubhat, maka ia telah melepaskan dirinya dari melakukan sesuatu yang mencemarkan agama serta kehormatannya. Dan barangsiapa yang telah jatuh dalam kesyubhatan-kesyubhatan, maka jatuhlah ia dalam keharaman, sebagaimana halnya seorang penggembala yang menggembala di sekitar tempat yang terlarang, hampir saja ternaknya itu makan dari tempat larangan tadi.Ingatlah bahwasanya setiap raja itu mempunyai larangan-larangan. Ingatlah bahwasanya larangan-larangan Allah adalah apa-apa yang diharamkan olehNya. Ingatlah bahwa di dalam tubuh manusia itu ada segumpa! darah beku, apabila benda ini baik, maka baiklah seluruh badan, tetapi apabila benda ini rusak - jahat, maka rusak - jahat - pulalah seluruh badan. Ingatlah bahwa benda itu adalah hati." (Muttafaq 'alaih)Imam-imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan Hadits di atas dari beberapa jalan, pula dengan lafaz-lafaz yang hampir bersamaan.

587. Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. menemukan sebiji buah kurma di jalanan, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Andaikata saya tidak takut bahwa kurma ini termasuk golongan benda sedekah, pastilah saya akan memakannya." Suatu tanda sangat berhati-hatinya beliau s.a.w. dalam hal yang syubhat. (Muttafaq 'alaih)

588. Dari an-Nawwas bin Sam'an r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Kebajikan ialah baiknya budipekerti dan dosa ialah apa-apa yang engkau rasakan bimbang dalam jiwamu dan engkau tidak suka kalau hal itu diketahui oleh orang banyak." (Riwayat Muslim)

589. Dari Wabishah bin Ma'bad r.a., katanya: "Saya mendatangi Rasulullah s.a.w., lalu beliau bersabda: "Engkau datang ini hendak menanyakan perihal kebajikan?" Saya menjawab:"Ya." Beliau s.a.w. lalu bersabda lagi: "Mintalah fatwa - keterangan atau pertimbangan - pada hatimu sendiri. Kebajikan itu ialah yang jiwa itu menjadi tenang padanya - di waktu melakukan dan setelah selesainya, juga yang hatipun tenang pula merasakannya,sedang dosa ialah apa-apa yang engkau rasakan bimbang dalam jiwa serta bolak-balik -yakni ragu-ragu -dalam dada - hati, sekalipun orang banyak telah memberikan fatwanya padamu; yah, sekalipun orang banyak telah memberikan fatwanya padamu."Hadits hasan yang diriwayatkan oleh Imam-imam Ahmad dan ad-Darimi dalam kedua musnadnya.Keterangan:Dua Hadits di atas itu menegaskan apa yang disebut kebajikan dan apa yang disebut dosa itu.Kebajikan ialah:1. Budipekerti yang baik.2. Juga sesuatu yang dirasa tenteram dalam jiwa dan tenang dalam hati. Untuk mengetahui ini cukuplah bertanya kepada hati kita sendiri. Misalnya berkata jujur, bagaimanakah hati kita setelah melakukannya? Tenang bukan. Nah, itulah kebajikan. Tetapi berkata dusta, tenangkah jiwa kita setelah melakukannya? Pasti tidak, sebab takut ketahuan orang kedustaannya itu. Nah, tentu itu bukan kebajikan tetapi kejahatan dan dosa.Selanjutnya yang disebut kejahatan dan dosa itu ialah:1. Sesuatu yang membekas dalam hati yakni setelah melakukannya, hati itu selalu mengangan-angankan akibat yang buruk dari kelakuan tadi itu, jelasnya hati senantiasa gelisah kalau kelakuannya tadi diketahui oleh orang lain. Misalnya menipu, merampas hak orang, berbuat zalim dan penganiayaan, tidak jujur, memalsu dan Iain-Iain sebagainya.2. Sesuatu yang kecuali membekas dalam jiwa, juga hati sudah bimbang dan ragu- ragu di saat melakukannya itu, sebab kalau ketahuan orang, tentu akan mendapatkan hukuman, berat atau ringan, misalnya mencuri, membunuh dan Iain-Iain lagi.3. Sesuatu yang ditakutkan kalau diketahui orang lain, baik takut akan menjadi malu, sebab apa yang dilakukan itu merupakan hal yang tercela di kalangan masyarakat atau takut jatuh namanya, takut hukumannya dan Iain-Iain.Rasulullah s.a.w. menandaskan perihal kejahatan dan dosa itu dengan diberi tambahan kalimat: "Sekalipun orang-orang lain sama memfatwakan itu padamu serta membenarkan tindakanmu itu." Artinya sekalipun banyak yang mendukung tindakanmu dan banyak pembelamu serta semuanya menyetujui, tetapi kalau sifatnya membekas dalam hati dan meragu-ragukan, itulah suatu tanda bahwa apa yang kamu lakukan itu suatu kejahatan atau dosa. Soal orang yang memberikan fatwa itu belum tentu benar, mungkin orang itu hanya menginginkan supaya kamu banyak menghadiahkan sesuatu padanya atau menginginkan kepangkatan kalau justeru kamu sebagai pemegang kekuasaan atau fatwanya itu hanya ditilik dari segi lahiriyahnya saja, sedang yang terkandung dalam hatimu tidak atau belum diketahui olehnya. Oleh sebab itu, tepatlah kalau Rasulullah s.a.w. mengingatkan kita agar kita lebih-lebih mengutamakan untuk meminta fatwa atau keterangan dari hati kita sendiri.

590. Dari Abu Sirwa'ah - dengan kasrahnya sin muhmalah - yaitu 'Uqbah bin al-Harits r.a. bahwasanya ia mengawini anak perempuannya Abu Ihab bin 'Aziz. Kemudian datanglah seorang wanita, lalu berkata: "Sesungguhnya saya benar-benar telah menyusui 'Uqbah serta perempuan yang dikawin olehnya itu - jadi keduanya adalah saudara sesusuan yang haram menjadi suami isteri." Kemudian 'Uqbah berkata kepada wanita tadi: "Saya tidak mengerti bahwa anda telah menyusui saya dan anda tidak pernah memberitahukan hal itu padaku." 'Uqbah lalu menaiki kendaraan untuk menuju kepada Rasulullah s.a.w. di Madinah, kemudian menanyakan perkara itu padanya. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Bagaimanalagi, sedangkan persoalan sudah dikatakan demikian." Selanjutnya 'Uqbah lalu menceraikan isterinya itu dan mengawini wanita lain lagi. (Riwayat Bukhari)

591. Dari al-Hasan bin Ali radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya hafal sesuatu sabda dari Rasulullah s.a.w.: "Tinggalkanlah apa-apa yang meragu-ragukan padamu untuk beralih kepada apa-apa yang tidak meragu-ragukan padamu."Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan shahih.Artinya ialah: Tinggalkanlah apa-apa yang engkau merasa bimbang untuk dilaksanakan dan ambil sajalah apa-apa yang engkau tidak merasa bimbang samasekali dalam melaksanakannya.Keterangan:Hal-hal yang meragu-ragukan itu pada umumnya ada dua macam, yaitu:1. Meragu-ragukan karena dipandang dari segi hukumnya seperti barang-barang yang hukumnya syubhat (tidak jelas perihal halal atau haramnya).2. Meragu-ragukan karena dipandang dari akibatnya seperti sesuatu usaha atau tindakan.Kalau yang pertama memang sebaiknya kita tinggalkan saja dan beralih kepada yang tidak meragu-ragukan. Tetapi kalau yang kedua wajiblah kita tinjau dahulu, yaitu sekiranya hati kita yakin akan kebenaran usaha atau tindakan kita itu, maka keragu-raguan wajiblah dilenyapkan dan usaha atau tindakan itu wajib dilaksanakan terus. Misalnya dalam cita-cita menegakkan Agama Islam di atas bumi ini, terutama di tanahair sendiri, lalu kita ragu-ragu kalau tidak berhasil, banyak yang menentangnya, badan dapat sengsara sebab disiksa, dipenjarakan dan Iain-Iain. Maka keragu-raguan semacam ini, bukanlah pada tempatnya. Orang yang meragu-ragukan semacam ini, sama halnya dengan orang yang ingin menyeberangi jalan, tetapi takut tertubruk mobil atau ingin makan durian, tetapi takut tercocok durinya. Jadi keragu-raguan tersebut wajib dilenyapkan dari sanubari setiap kaum mu'minin, sebab keragu-raguan itu tidak sewajarnya.

592. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Abu Bakar as-Shiddiq r.a. itu mempunyai seorang hambasahaya lelaki yang mengeluarkan - memberikan - kepadanya pendapatan wajibnya -alkharaj. Abu Bakar makan dari hasil kharaj tadi. Pada suatu hari hambasahaya itu datang padanya dengan membawa sesuatu, kemudian Abu Bakar juga memakannya. Selanjutnya hambasahaya itu berkata pada Abu Bakar: "Adakahandatahu, hasil dari apakah ini?" Abu Bakar bertanya: "Hasil apa ini?" Ia menjawab: "Dahulu pada zaman jahiliyah saya memberikan sesuatu ramalan pada seseorang, padahal saya sendiri sebenarnya tidak pandai dalam persoalan kahanah - pendukunan - itu, melainkan saya hanyalah menipunya belaka. Tadi ia menemui saya lalu memberikan pada saya sesuatu yang anda makan itu. Abu Bakar lalu memasukkan tangannya -dalam kerongkongannya, lalu memuntahkan segala sesuatu yang ada dalam perutnya." (Riwayat Bukhari)Alkharaj ialah sesuatu yang ditetapkan oleh seseorang tuan -pemilik - kepada hambasahayanya untuk memberikan hasil yang ditetapkan tadi kepada tuannya setiap hari, sedangkan sisa dari hasil kerjanya itu untuk hambasahaya itu sendiri.

593. Dari Nafi' bahwasanya Umar r.a. menentukan untuk kaum muhajirin yang pertama-tama sebanyak empat ribu - dirham setahun, ia juga menetapkan untuk anaknyayang juga termasuk kaum muhajirin yang pertama-tama - sebanyak tigaribu limaratus. Ia ditanya; "Ia adalah termasuk kaum muhajirin, mengapa engkau kurangi pemberiannya?" Umar berkata: "Bahwasanya kedua orang tuanyalah yang berhijrah dengan membawanya serta." Umar menyambung ucapannya lagi, yaitu: "Jadi ia tidaklah dapat disamakan seperti orang yang berhijrah dengan dirinya sendiri." (Riwayat Bukhari)

594. Dari Athiyyah bin 'Urwah as-Sa'di as-Shababi r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seseorang hamba itu belum sampai kepada tingkat menjadi orang yang termasuk kaum yang bertaqwa, sehingga ia suka meninggalkan sesuatu yang tidak ada larangannya karena takut kalau-kalau dalam ha! itu ada larangannya - yaitu hal-hal yang syubhat."Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan.


Bab 69
Kesunnahan Memencilkan Diri Di Waktu Rusaknya Keadaan Zaman Atau Karena Takut Fitnah Dalam Agama Dan Jatuh Dalam Keharaman, Kesyubhatan-kesyubhatan Atau Lain-lain Sebagainya

Allah Ta'ala berfirman:"Maka oleh karena itu, segeralah berlari kepada Allah, sesungguhnya saya adalah pemberi peringatan yang terang - dari Allah padamu." (adz-Dzariyat: 50)

595. Dari Sa'ad bin Abu Waqqash r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya Allah itu cinta kepada hamba yang bertaqwa serta kaya dan tersembunyi - yakni tidak sebagai orang masyhur dan tidak dikenal orang karena tidak mempunyai kedudukan." (Riwayat Muslim)Yang dimaksud dengan kata alghani yakni kaya itu ialah kaya jiwanya-jadi bukan kaya hartabenda, sebagaimana dijelaskan dalam Hadits shahih di muka - lihat Hadits no. 520.

596. Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Ada seorang lelaki berkata: "Manakah orang yang paling utama itu, ya Rasulullah?" Beliau s.a.w. bersabda: "Yaitu seorang mu'min yang berjihad dengan badannya dan hartanya fi-sabilillah." Kemudian orang itu bertanya lagi:"Selanjutnya siapakah?" Beliau s.a.w. bersabda: "Kemudian seorang yang memencilkan dirinya dalam suatu jalanan di gunung - maksudnya suatu tempat di antara dua gunung yang dapat digunakan sebagai kediaman - dari beberapa tempat di gunung, untuk menyembah kepada Tuhannya."Dalam riwayat lain disebutkan: "Karena ia bertaqwa kepada Allah dan meninggalkan para manusia dari kejelekannya diri sendiri" - jadi mengasingkan diri dari orang banyak, sehingga tidak akan sampailah kejelekannya diri sendiri itu kepada orang-orang banyak tadi.(Muttafaq 'alaih)

597. Dari Abu Said al-Khudri r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Hampir saja bahwasanya sebaik-baik harta seseorang Muslim itu ialah kambing yang diikutinya sampai ke puncak gunung serta tempat-tempat hujan - yaitu tempat-tempat yang banyak rumputnya. Orang itu lari ke sana dengan membawa agamanya karena takut adanya beberapa macam fitnah." (Riwayat Bukhari)

598. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Tidak seorang yang diutus oleh Allah sebagai Nabi, melainkan ia tentu pernah menggembala kambing." Para sahabat beliau s.a.w. bertanya: "Dan tuan sendiri - apakah juga menggembala kambing?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ya, sayapun menggembala kambing itu, yaitu di Qararith. Kambing itu kepunyaan penduduk Makkah." Qararith itu ada yang mengatakan bahwa ia adalah nama tempat penggembalaan di Makkah, tetapi ada yang mengatakan bahwa itu adalah nama bagian dari wang dinar atau dirham, yakni bahwa beliau s.a.w. menggembala itu dengan menerima upah qararith. (Riwayat Bukhari)

599. Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Rasulullah s.a.w. bahwasanya ia bersabda:"Setengah daripada sebaik-baik keadaan kehidupan para manusia ialah seseorang yang memegang kendali kudanya untuk melakukan peperangan fi-sabilillah, ia terbang di atas punggungnya. Setiapkali ia mendengar suara gemuruh atau suara dahsyat di medan peperangan itu ia segera terbang ke sana untuk mencari supaya terbunuh atau kematian yang disangkanya bahwa di tempat suara gemuruh itulah tempatnya. Atau seseorang yang memelihara kambing di puncak gunung dari beberapa puncak gunung yang ada, ataupun di suatu lembah dari beberapa lembah ini. Ia mendirikan shalat dan menunaikan zakat serta menyembah Tuhannya sehingga ia didatangi oleh keyakinan - yakni kematian. Tidak ada dari para manusia itu kecuali dalam kebaikan." (Riwayat Muslim)

DAFTAR ISI : 1 - 10 - 20 - 30 - 40 - 50 - 60 - 70 - 80 - 90 - 100 - 110 - 120 - 130 - 140 - 150 - 160 - 170 - 180 - 190 - 200 - 210 - 220 - 230 - 240- 250- 260- 270- 280- 290- 300- 310- 320- 330- 340- 350- 360- 370-