Saiful Ma'ruf

Bab 80 Wajibnya Mentaati Pada Penguasa Pemerintahan Dalam Perkara-perkara Bukan Kemaksiatan Dan Haramnya Mentaati Mereka Dalam Urusan Kemaksiatan
Bab 81 Melarang Meminta Jabatan Memegang Pemerintahan, Memilih Meninggalkan Kekuasaan Jikalau Tidak Ditentukan Untuk Itu Atau Kerana Ada Hajat -Kepentingan- Padanya
Bab 82 Memerintah Sultan Atau Qadhi Dan Lain-lainnya Dari Golongan Pemegang Pemerintahan Supaya Mengangkat Wazir –Atau Pembantu- Yang Baik Dan Menakut-nakuti Mereka Dari Kawan-kawan Yang jahat Serta Menerima -Membenarkan- Keterangan Mereka Itu
Bab 83 Melarang Memberikan Jabatan Sebagai Amir -Penguasa Negara- Ataupun Kehakiman Dan Lain-lainnya Dari Jabatan-jabatan Pemerintahan Negara Kepada Orang Yang Memintanya Atas Tamak Untuk Memperolehnya, Lalu Menawarkan Diri Untuk Jabatan Itu
Bab 84 Malu Dan Keutamaannya Dan Menganjurkan Untuk Berakhlak Dengan Sifat Malu Itu
Bab 85 Menjaga Rahasia
Bab 86 Memenuhi Perjanjian Dan Melaksanakan Janji
Bab 87 Memelihara Apa-apa Yang Sudah Dibiasakan Dari Hal kebaikan
Bab 88 Sunnahnya Berbicara Yang Baik Dan Menunjukkan Wajah Yang Manis Ketika Bertemu
Bab 89 Sunnahnya Menerangkan Dan Menjelaskan Pembicaraan Kepada Orang Yang Diajak Bicara Dan Mengulang-ulanginya Agar Dapat Dimengerti. Jikalau Orang Itu Tidak Dapat Mengerti Kecuali Dengan Cara Mengulangulangi Itu


Bab 80
KITAB ADAB
Wajibnya Mentaati Pada Penguasa Pemerintahan Dalam Perkara-perkara Bukan Kemaksiatan Dan Haramnya Mentaati Mereka Dalam Urusan Kemaksiatan.

Allah Ta'ala berfirman:"Hai sekalian orang yang beriman, taatlah engkau semua kepada Allah dan taat pulalah kepada Rasulullah, juga kepada orang-orang yang memegang pemerintahan dari kalanganmu sendiri." (an- Nisa': 59)

661. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Wajib atas seseorang Muslim untuk mendengar dengan patuh serta mentaati, baik dalam hal yang ia senangi dan yang ia benci, melainkan jikalau ia diperintah untuk sesuatu kemaksiatan. Maka apabila ia diperintah - oleh penguasa pemerintahan - dengan sesuatu kemaksiatan, tidak bolehlah ia mendengarkan perintahnya itu dan tidak boleh pula mentaatinya." (Muttafaq 'alaih)

662. Dari Ibnu Umar r.a. pula, katanya: "Kita semua itu apabila berbai'at kepada Rasulullah s.a.w. untuk mendengar dengan patuh dan mentaati - apa-apa yang diperintahkan olehnya, beliau s.a.w. selalu bersabda: "Dalam apa yang engkau semua kuasa melaksanakannya - yakni dengan sekuat tenaga yang ada padamu semua." (Muttafaq 'alaih)

663. Dari Ibnu Umar r.a. pula, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: Barangsiapa yang melepaskan tangan ketaatan - yakni keluar dari ketaatan terhadap penguasa pemerintah, maka orang itu akan menemui Allah pada hari kiamat, sedang ia tidak mempunyai hujah -alasan lagi untuk membela diri dari kesalahannya itu. Adapun yang meninggal dunia sedang di lehernya tidak ada pembai'atan - untuk mentaati pada pemerintahan yang benar, maka matilah ia dalam keadaan mati jahiliyah." (Riwayat Muslim) Dalam riwayat Imam Muslim yang lain disebutkan: "Dan barangsiapa yang mati dan ia menjadi orang yang memecah belah persatuan ummat - kaum Muslimin, maka sesungguhnya ia mati dalam keadaan mati jahiliyah."

664. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Dengarlah olehmu semua dengan patuh dan laatlah pula, sekalipun yang digunakan - yakni yang diangkat sebagai pemegang pemerintahan - atasmu semua itu seorang hambasahaya keturunan Habsyi - orang berkulit hitam,yang di kepalanya itu seolah-olah ada bintik-bintik hitam kecil-kecil."(Riwayat Bukhari)

665. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Wajiblah atasmu itu mendengar dengan patuh serta mentaati baikengkau dalam keadaan sukar ataupun lapang, juga baik engkau dalam keadaan rela menerima perintah itu ataupun dalam keadaan membencinya dan juga dalam hal yang mengalahkan kepentingan dirimu sendiri." (Riwayat Muslim)

666. Dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Kita semua bersama Rasulullah s.a.w. dalam bepergian, kemudian kita turun berhenti di suatu tempat pemberhentian. Diantara kita ada yang memperbaiki pakaiannya, ada pula yang berlomba panah-memanah dan ada pula yang menyampingi ternak-ternaknya. Tiba-tiba di kala itu berserulah penyeru Rasulullah s.a.w. mengatakan: "Shalat jamaah akan segera dimulai." Kita semua lalu berkumpul ke tempat Rasulullah s.a.w., kemudian beliau bersabda:"Sesungguhnya saja tiada seorang Nabipun yang sebelum saya itu, melainkan adalah haknya untuk memberikan petunjuk kepada ummatnya kepada apa-apa yang berupa kebaikan yang ia ketahui akan memberikan kemanfaatan kepada ummatnya itu, juga menakut-nakuti dari keburukan apa-apa yang ia ketahui akan membahayakan mereka. Sesungguhnya ummatmu semua ini keselamatannya diletakkan di bagian permulaannya dan kepada bagian penghabisannya akan mengenailah suatu bencana dan beberapa persoalan yang engkau semua mengingkarinya - tidak menyetujui karena berlawanan dengan syariat. Selain itu akan datang pula beberapa fitnah yang sebagiannya akan menyebabkan ringannya bagian yang lainnya. Ada pula fitnah yang akan datang, kemudian orang mu'min berkata:"Inilah yang menyebabkan kerusakanku," lalu fitnah itu lenyaplah akhirnya. Juga ada fitnah yang datang, kemudian orang mu'min berkata: "Ini, inilah yang terbesar - dari berbagai fitnah yang pernah ada." Maka barangsiapa yang senang jikalau dijauhkan dari neraka dan dimasukkan dalam syurga, hendaklah ia sewaktu didatangi oleh kematiannya itu, ia dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhir, juga memperlakukan para manusia dengan sesuatu yang ia senang jika diperlakukan sedemikian itu oleh orang lain. Dan barangsiapa yang membai'at seseorang imam - pemuka, lalu ia telah memberikan tapak tangannya - dengan berjabatan tangan - dan memberikan pula buah hatinya - sebagai tanda keikhlasan, maka hendaklah ia mentaatinya apabila ia kuasa demikian - yakni sekuat tenaga yang ada pada dirinya. Selanjutnya jikalau ada orang lain yang hendak mencabut -merampas kekuasaan imam yang telah dibai'at tadi, maka pukullah leher orang lain itu-yakni perangilahyang membangkangtersebut. (Riwayat Muslim) Sabdanya: yantadhilu artinya berlomba dengan permainan melemparkan panah atau berpanah-panahan. Aljasyaru dengan fathahnya jim dan syin mu'jamah dan dengan ra', yaitu binatang-binatang yang sedang digembalakan dan bermalam di tempatnya itu pula. Sabdanya: yuraqqiqu ba'dhuha ba'dhan artinya yang sebagian membuat ringan pada yang sebagian lagi, sebab besarnya apa yang datang sesudah yang pertama itu. Jadi yang kedua menyebabkan dianggap ringannya yang pertama. Ada yang mengatakan bahwa artinya ialah yang sebagian menggiring yakni menyebabkan timbulnya sebagian yang lain dengan memperbaguskan serta mengelokkannya, juga ada yang mengatakan bahwa artinya itu ialah menyerupai yang sebagian pada sebagian yang lainnya.

667. Dari Abu Hunaidah yaitu Wail bin Hujr r.a., katanya: "Salamah bin Yazid al-Ju'fi bertanya kepada Rasulullah s.a.w., lalu ia berkata: "Ya Nabiullah, bagaimanakah pendapat Tuan, jikalau kita semua diperintah oleh beberapa orang penguasa, mereka selalu meminta hak mereka dan menghalang-halangi apa yang menjadi hak kita. Apakah yang Tuan perintahkan itu terjadi?" Beliau s.a.w. memalingkan diri dari pertanyaan itu - seolah-olah tidak mendengarnya. Kemudian Salamah bertanya sekali lagi, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Dengarlah olehmu semua - apa yang diperintahkan - dan taatilah, sebab bahwasanya atas tanggungan mereka sendirilah apa-apa yang dibebankan pada mereka - yakni bahwa mereka berdosa jikalau mereka menghalang-halangi hak orang-orang yang di bawah kekuasaannya - dan atas tanggunganmu sendiri pulalah apa yang dibebankan padamu semua - yakni engkau semua juga berdosa jikalau tidak mentaati pimpinan orang yang sudah sah dibai'at." (Riwayat Muslim)

666. Dari Abdullah bin Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya saja akan datanglah sesudahku nanti suatu cara mementingkan diri sendiri - dari golongan penguasa negara sehingga tidak memperdulikan hak kaum Muslimin yang diperintah -serta beberapa perkara-perkara yang engkau semua mengingkarinya - tidak menyetujui karena menyalahi ketentuan-ketentuan syariat." Para sahabat lalu berkata: "Ya Rasulullah, kalau sudah demikian, maka apakah yang Tuan perintahkan kepada yang orang menemui keadaan semacam itu dari kita - kaum Muslimin?" Beliau s.a.w. menjawab: "Engkau semua harus menunaikan hak orang yang harus menjadi tanggunganmu dan meminta kepada Allah hak yang harus engkau semua peroleh." (Muttafaq 'alaih)

669. Dari Abu Hurairah r.a., katanya; "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barangsiapa yang taat kepadaku, maka ia telah mentaati Allah dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka ia telah bermaksiat pula kepada Allah dan barangsiapa yang mentaati amir - pemegang pemerintahan, maka ia benar-benar mentaati saya dan barangsiapa yang bermaksiat kepada amir, maka ia benar-benar bermaksiat kepada saya."(Muttafaq 'alaih)

670. Dari lbnu Abbas radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barangsiapa yang membenci sesuatu tindakan dari amirnya - yang memegang pemerintahannya, maka hendaklah ia bersabar, sebab sesungguhnya saja barangsiapa yang keluar - yakni membangkang - dari seseorang sultan - penguasa negara - dalam jarak sejengkal, maka matilah ia dalam keadaan mati jahiliyah." (Muttafaq 'alaih)

671. Dari Abu Bakrah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barangsiapa yang merendahkan seseorang sultan - penguasa negara, maka ia akan direndahkan oleh Allah."Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan. Dalam bab ini masih ada lagi beberapa Hadits lain yang disebutkan dalam kitab shahihdan sebagian telah terdahulu uraiannya dalam beberapa bab di muka.


Bab 81
Melarang Meminta Jabatan Memegang Pemerintahan, Memilih Meninggalkan Kekuasaan Jikalau Tidak Ditentukan Untuk Itu Atau Karena Ada Hajat –Kepentingan- Padanya

Allah Ta'ala berfirman:"Perumahan akhirat Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menghendaki berbuat kesombongan di bumi dan pula tidak membikin kerusakan dan penghabisan yang baik adalah untuk orang-orang yang bertaqwa." (al-Qashash: 83)

672. Dari Abu Said, yaitu Abdur Rahman bin Samurah r.a., katanya: "Rasululiah s.a.w. bersabda kepada saya:"Hai Abdur Rahman bin Samurah, janganlah engkau meminta jabatan amir - penguasa negara, sebab jikalau engkau diberi tanpa adanya permintaan daripadamu, maka engkau akan diberi pertolongan oleh Allah dalam memegang jabatan itu, tetapi jikalau engkau diberi dengan sebab adanya permintaan daripadamu, maka engkau akan dipalingkan dari pertolongan Allah. Jikalau engkau bersumpah atas sesuatu yang disumpahkan, kemudian engkau mengetahui sesuatu yang selainnya itu lebih baik daripada apa yang engkau sumpahkan tadi, maka datangilah - yakni laksanakanlah -apa-apa yang lebih baik tadi serta bayarlah kaffarah - denda - karena sumpahmu itu." (Muttafaq 'alaih)

673. Dari Abu Zar r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai Abu Zar, sesungguhnya saya melihat engkau itu adalah seorang yang lemah dan sesungguhnya saya mencintai untukmu sesuatu yang saya cintai untukku sendiri. Janganlah engkau menjadi seorang amir - pemegang kekuasaan atau hakim - atas dua orang -maksudnya sekalipun yang diperintah itu hanya sedikit dan diibaratkan dua orang, tetapi jangan suka menjadi penguasa atau yang membawahi mereka -dan jangan pula engkau mendekati harta anak yatim - sehingga engkau pakai untuk keperluanmu sendiri." (Riwayat Muslim)

674. Dari Abu Zar r.a. pula, katanya: "Saya berkata: "Ya Rasulullah, tidakkah Tuan suka menggunakan saya - yakni mengangkat saya sebagai seorang petugas negara." Beliau s.a.w. lalu menepuk bahuku dengan tangannya, lalu bersabda:"Hai Abu Zar, sesungguhnya pada hari kiamat engkau adalah seorang yang lemah dan sesungguhnya jabatan pemerintahan itu adalah sebagai amanat dan sebenarnya jabatan sedemikian itu adalah merupakan kerendahan serta penyesalan - pada hari kiamat - bagi orang yang tidak dapat menunaikan amanatnya, kecuali seseorang yang mengambil amanat itu dengan hak sebagaimana mestinyadan menunaikan apa yang dibebankan atas dirinya perihal amanat yang dipikulkan tadi. (Riwayat Muslim)

675. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya engkau semua itu akan bersifat loba untuk memperoleh jabatan sebagai penguasa negara dan jabatan sedemikian itu akan menyebabkan adanya penyesalan pada hari kiamat." (Riwayat Bukhari)


Bab 82
Memerintah Sultan Atau Qadhi Dan Lain-lainnya Dari Golongan Pemegang Pemerintahan Supaya Mengangkat Wazir -Atau Pembantu- Yang Baik Dan Menakut-nakuti Mereka Dari Kawan-kawan Yang Jahat Serta Menerima –Membenarkan- Keterangan Mereka Itu

Allah Ta'ala berfirman:"Para kekasih pada hari itu - yakni hari kiamat adalah merupakan musuh antara yang setengah dengan setengah yang lainnya, melainkan orang-orang yang bertaqwa." (az-Zukhruf: 67)

676. Dari Abu Said dan Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Tiada seorang Nabipun yang diutus oleh Allah dan tidak pula Allah mengangkat seorang khalifah, melainkan Nabi atau khalifah itu mempunyai dua golongan - yang bertentangan. Golongan yang satu menyuruhnya untuk mengerjakan kebaikan dan mengajaknya melaksanakan sedemikian itu sedang golongan yang satunya lagi menyuruhnya mengerjakan kejahatan dan mengajaknya melaksanakan sedemikian itu. Orang yang terjaga ialah yang dipelihara - niat, ucapan dan perbuatannya - oleh Allah."
(Riwayat Bukhari)

677. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Apabila Allah itu menghendaki kepada seseorang amir -penguasa negara - menjadi baik, maka Allah membuat untuk wazir - atau pembantu - yang benar. Jikalau amir itu lupa- dari melaksanakan kebaikan, maka wazir itu mengingatkannya dan jikalau amir itu ingat - untuk melakukan kebaikan, maka wazir itu memberikan pertolongannya. Tetapi apabila Allah menghendaki kepada seseorang amir menjadi yang selain itu - yakni menjadi amir yang jelek, maka Allah membuat untuknya wazir yang jelek pula. Jikalau amir itu lupa - dari melaksanakan kebaikan, maka wazir itu tidak suka mengingatkannya dan jikalau amir itu telah ingat - untuk melaksanakan kebaikan, maka wazir itupun tidak suka memberikan pertolongan padanya."Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan isnad yang baik menurut syaratnya Imam Muslim.


Bab 83
Melarang Memberikan Jabatan Sebagai Amir — Penguasa Negara — Ataupun Kehakiman Dan Lain-lainnya Dari Jabatan- jabatan Pemerintahan Negara Kepada Orang Yang Memintanya Atau Tamak Untuk Memperolehnya, Lalu Menawarkan Diri Untuk jabatan Itu


678. Dari Abu Musa al-Asy'ari r.a., katanya: "Saya masuk ke tempat Nabi s.a.w. bersama dua orang dari kemanakanku, salah seorang dari dua orang ini berkata: "Ya Rasulullah, berikanlah kepada kita jabatan sebagai amir - penguasa negara - untuk memerintah sebagian daerah yang dikuasakan oleh Allah 'Azzawajalla pada Tuan." Orang yang satunyapun berkata demikian, lalu beliau s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya kami. ini, demi Allah, tidak akan memberikan kekuasaan untuk memegang suatu tugas kepada seseorang yang nemintanya ataupun seorang yang tamak - atau loba - untuk nemperolehnya." (Muttafaq 'alaih)


Bab 84
Malu Dan Keutamaannya Dan Menganjurkan Untuk Berakhlak Dengan Sifat Malu Itu


679. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. berjalan melalui seorang lelaki dari golongan kaum Anshar dan ia sedang menasihati saudaranya tentang hal sifat malu - yakni malu mengerjakan kejahatan. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Biarkanlah ia, sebab sesungguhnya sifat malu itu termasuk dari keimanan."(Muttafaq 'alaih)Keterangan:Malu itu ada yang baik dan ada yang jelek. Malu menjalani sesuatu kemunkaran dan kemaksiatan atau umumnya larangan agama atau hal-hal yang syubhat adalah terpuji dan sangat baik. Tetapi malu menjalankan ketaatan kepada Allah, misalnya malu bersembahyang karena baru saja menyadari kebenaran beragama, malu pergi ke masjid, malu kalau tidak suka diajak berdansa-dansi, malu kalau menolak berjabatan tangan dengan wanita (bagi seorang lelaki), semuanya itu adalah tercela dan tidak ada kebaikannya samasekali.Dalam hal ini ada sebuah Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari yang diterima dan' Abu Mas'ud yaitu Uqbah al-Anshari, mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya di antara hal-hal yang ditemui (didapatkan) dari ucapan kenubuwatan yang pertama ialah: Apabila kamu tidak malu, maka lakukanlah apa saja yang kamu kehendaki."Adapun Hadits di atas itu mengandung pengertian sebagai ancaman atau untuk menakut-nakuti pada seseorang yang hendak berbuat semau-maunya. Jadr maksudnya ialah:"Kalau kamu tidak malu kepada Allah dalam melakukan kemunkaran dan kemaksiatan itu, terserahlah, kamu boleh melakukan apa-apa yang kamu inginkan dan sesuka hatimulah. Tetapi ingatlah bahwa setiap sesuatu itu ada balasannya, baik di dunia ataupun di akhirat."Ada pula sebagian alim-ulama yang berpendapat bahwa maksud Hadits di atas itu adalah untuk menunjukkan kebolehan sesuatu kelakuan. Jelasnya: "Kalau kamu hendak melakukan sesuatu, sekiranya kamu tidak malu kepada Allah dan para manusia, sebab memang bukan larangan agama, baik sajalah kamu lakukan. Tetapi sekalipun agama membolehkan, kalau kamu malu, tidak kamu lakukanpun baik juga jikalau hal itu termasuk sesuatuyawaz (yakni bukan hal yang wajib atau sunnah). Jadi baik dilakukan atau ditinggalkan sama saja bolehnya."

680. Dari Imran bin Hushain radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sifat malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat Muslim disebutkan: "Sifat malu itu baik seluruh akibatnya." Ataubeliau s.a.w. bersabda: "Malu itu semuanya baik akibatnya."Yang dimaksud itu ialah malu mengerjakan kejahatan atau hal-hal yang tidak sopan menurut pandangan umum. Adapun malu mengerjakan kebaikan, maka amat tercela dan tidak dibenarkan oleh agama.

681. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Keimanan itu ada tujuhpuluh lebih - tiga sampai sembilan -atau keimanan itu cabangnya ada enampuluh lebih - tiga sampai sembilan. Seutama-utamanya ialah ucapan La ilaha illallah dan serendah- rendahnya ialah menyingkirkan apa-apa yang berbahaya -semacam batu, duri, lumpur, abu kotoran dan Iain-Iain sebagainya -dari jalanan. Sifat malu adalah suatu cabang dari keimanan itu." (Muttafaq 'alaih)

682. Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu lebih sangat sifat malunya daripada seorang perawan dalam tempat persembunyiannya - yakni perawan yang baru kawin dan berada dalam biliknya dengan suami yang belum pernah dikenalnya. la amat sangat malu kepada suaminya itu. Jikalau beliau s.a.w. melihat sesuatu yang tidak disenangi, maka kita dapat melihat itu tampak di wajahnya." (Muttafaq 'alaih)
Para alim-ulama berkata: "Hakikat sifat malu itu ialah suatu budipekerti yang menyebabkan seseorang itu meninggalkan apa-apa yang buruk dan menyebabkan ia tidak mau lengah untuk menunaikan haknya seseorang yang mempunyai hak." Kami meriwayatkan dari Abul Qasim al-Junaid rahimaullah, katanya: "Malu ialah perpaduan antara melihat berbagai macam kenikmatan atau karunia dan melihat adanya kelengahan, lalu tumbuhlah di antara kedua macam sifat yang di atas tadi suatu keadaan yang dinamakan sifat malu."Wallahu a'lam.


Bab 85
Menjaga Rahasia

Allah Ta'ala berfirman:Dan penuhilah janji, karena sesungguhnya janji itu akan ditanyakan." (al-lsra': 34)

683. Dari Abu Said al-Khudri r.a,, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya seburuk-buruknya manusia di sisi Allah dalam hal kedudukannya pada hari kiamat ialah seseorang lelaki yang menyetubuhi isterinya dan isterinya itupun menyet'ubuhinya, kemudian menyiar-nyiarkan rahasia isterinya itu," misalnya mengatakan pada orang lain perihal cara bersetubuhnya atau apa-apa yang dilakukan sebelum itu dan lain-lain. Hal ini termasuk dosa besar. (Riwayat Muslim)

684. Dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma bahwasanya Umar r.a. pada suatu ketika puterinya itu menjadi janda yakni Hafshah. Umar berkata: "Saya bertemu Usman bin Affan, kemudian saya menawarkan padanya akan Hafshah, lalu saya berkata: "Jikalau anda suka, akan saya kawinkan anda dengan Hafshah binti Umar." Usman menjawab: "Akan saya fikirkan dulu persoalanku ini," - yakni suka mengawini atau tidaknya. Saya berdiam diri beberapa malam -maksudnya menantikan sampai beberapa hari, kemudian ia menemui saya lalu berkata: "Kini telah jelas dalam pendirian saya bahwa saya tidak akan kawin pada hariku ini." Selanjutnya saya bertemu dengan Abu Bakar as-Shiddiq r.a. lalu saya berkata: "Jikalau anda suka, saya akan mengawinkan anda dengan Hafshah binti Umar. Abu Bakar r.a. diam saja dan seterusnya ia tidak kembali padaku samasekali - yakni tidak memberikan jawaban apa-apa perihal ya atau tidaknya. Oleh sebab tidak menerima jawaban itu, maka saya lebih sangat marahnya kepada Abu Bakar daripada terhadap Usman. Selanjutnya saya berdiam diri beberapa malam, kemudian dipinangoleh Nabi s.a.w. lalu saya mengawinkan Hafshah itu kepada beliau s.a.w. Setelah itu Abu Bakar menemui saya, kemudian iapun berkatalah: "Barangkali anda marah kepada saya ketika anda menawarkan Hafshah pada saya itu, tetapi saya tidak memberikan jawaban apapun pada anda?" Saya berkata: "Ya." Abu Bakar lalu berkata lagi: "Sebenarnya saja tidak ada yang menghalang-halangi saya untuk kembali - memberikan jawaban - kepada anda itu perihal apa yang anda tawarkan pada saya, hanya saja karena saya telah mengerti bahwa Nabi s.a.w. pernah menyebut-nyebutkan Hafshah tadi -maksudnya beliau s.a.w. ada keinginan akan mengawininya. Maka oleh sebab itu saya tidak akan menyiar-nyiarkan rahasia Rasulullah s.a.w. itu. Andaikata beliau s.a.w. meninggalkannya - yakni tidak ada keinginan mengawininya, niscayalah saya menerimanya -yakni suka mengawininya. (Riwayat Bukhari) Taayyamat yaitu menjadi tidak bersuami lagi - yakni janda, karena suaminya r.a. telah wafat. Wajad-ta artinya marah.

685. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Kita semua para isteri Nabi s.a.w. sedang berada di sisi beliau s.a.w. itu. Kemudian enghadaplah puterinya yakni Fathimah radhiallahu 'anha dengan berjalan dan jalannya itu tidak ada salahnya samasekali – yakni sama persis - dari jalannya Rasulullah s.a.w. Ketika beliau s.a.w. melihatnya, beliaupun menyambutnya dengan baik dan bersabda: "Marhaban hai puteriku." Fathimah disuruhnya duduk di sebelah kanannya atau - menurut riwayat lain - di sebelah kirinya. Seterusnya Nabi s.a.w. membisikinya, lalu Fathimah menangis dengan tangisnya yang keras sekali. Setelah beliau s.a.w. melihat kegelisahan puterinya lalu dibisikinya sekali lagi, ialu Fathimah tertawa."Saya - Aisyah - berkata kepada Fathimah: "Engkau telah diistimewakan oleh Rasulullah s.a.w. di antara sekalian isteri-isterinya dengan dibisiki, kemudian engkau menangis." Sesudah Rasulullah s.a.w. berdiri dari tempatnya, lalu saya - Aisyah - bertanya kepada Fathimah: "Apakah yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. padamu itu?" Fathimah menjawab: "Saya tidak akan menyiar-nyiarkan apa yang dirahasiakan oleh Rasulullah s.a.w." Sesudah Rasulullah s.a.w. wafat, saya berkata kepada Fathimah: "Saya bersengaja hendak bertanya kepadamu dengan cara yang sebenarnya, supaya engkau meberitahukan kepadaku apa yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. Fathimah menjawab: "Kalau sekarang, baiklah saya memberitahukan itu. Adapun yang dibisikkan oleh beliau s.a.w. pada pertama kalinya, yaitu beliau s.a.w. memberitahukan kepada saya bahwasanya Jibril dahulunya memberikan kepadanya wahyu dari al-Quran itu dalam setahun sekali, sedang sekarang dalam setahun diberikan dua kali. Beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saya tidak mengetahui tentang datangnya ajalku itu, melainkan tentu sudah dekat. Maka dari itu bertaqwalah engkau dan bersabarlah, sesungguhnya saja sebaik-baiknya orang yang mendahului ialah saya mendahuluimu." Karena itu lalu saya menangis sebagaimana tangisku yang anda lihat dulu itu. Selanjutnya setelah beliau s.a.w. melihat betapa kegelisahan hatiku, lalu saya dibisikinya untuk kedua kalinya, lalu beliau bersabda: "Hai Fathimah, tidakkah engkau suka jikalau engkau menjadi penghulu -pemimpin - dari seluruh wanita dari kalangan kaum mu'minin atau penghulu dari seluruh wanita dari kalangan ummat ini?" Oleh karena itu, maka sayapun ketawa sebagaimana yang anda lihat dulu itu." (Muttafaq 'alaih. Ini
adalah lafaznya Imam Muslim)

686. Dari Tsabit dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. mendatangi saya dan di waktu itu saya sedang bermain-main dengan beberapa orang anak. Beliau s.a.w. mengucapkan salam pada kita, kemudian menyuruh saya untuk sesuatu keperluannya. Oleh sebab itu saya terlambat mendatangi ibuku. Selanjutnya setelah saya datang, ibu lalu bertanya: "Apakah yang menahanmu - sampai terlambat datangnya ini?" Saya berkata: "Saya diperintah oleh Rasulullah s.a.w. untuk sesuatu keperluannya." Ibu bertanya: "Apakah hajatnya itu?" Saya menjawab: "Itu adalah rahasia." Ibu berkata: "Kalau begitu jangan sekali- kali engkau memberitahukan rahasia Rasulullah s.a.w. tersebut kepada siapapun jua." Anas berkata: "Demi Allah, andaikata rahasia itu pernah saya beritahukan kepada seseorang, niscayalah saya akan memberitahukan hal itu kepadamu pula, hai Tsabit."Diriwayatkan oleh Imam Muslim, sedang Imam Bukhari meriwayatkan sebagian dengan diringkaskan.


Bab 86
Memenuhi Perjanjian Dan Melaksanakan Janji

Allah Ta'ala berfirman:"Dan penuhilah perjanjian, karena sesungguhnya perjanjian itu akan ditanyakan." (al-lsra':Allah Ta'ala berfirman lagi:"Dan penuhilah perjanjian terhadap Allah, jikalau engkau semua menjanjikannya." (an-Nahl: 91)Allah Ta'ala juga berfirman:"Hai sekalian orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janji itu." (al-Maidah: 1) Allah Ta'ala berfirman pula:"Hai sekalian orang-orang yang beriman, mengapa engkau semua mengucapkan apa-apa yang tidak engkau semua kerjakan? Besar sekali dosanya di sisi Allah jikalau engkau semua mengucapkan apa-apa yang tidak engkau semua kerjakan itu." (as-Shaf: 2-3)

687. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Tandanya orang munafik itu ada tiga,yaitu: jikalau ia berbicara berdusta, jikalau ia berjanji menyalahi dan jikalau ia dtpercaya berkhianat." (Muttafaq 'alaih)la menambahkannya dalam riwayat Imam Muslim: "Sekalipun orang itu berpuasa dan bersembahyang dan mengaku bahwa dirinya adalah seorang Muslim."

688. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Ada empat perkara, barangsiapa yang empat perkara itu semuanya ada di dalam dirinya, maka orang itu adalah seorang munafik yang murni - yakni munafik yang sebenar- benarnya - dan barangsiapa yang di dalam dirinya ada satu perkara dari empat perkara tersebut, maka orang itu memiliki pula satu macam perkara dari kemunafikan sehingga ia meninggalkannya, yaitu: jikalau dipercaya berkhianat, jikalau berbicara berdusta, jikalau berjanji bercidera - yakni tidak menepati - dan jikalau bertengkar maka ia berbuat kecurangan - yakni tidak melalui jalan yang benar lagi." (Muttafaq 'alaih) Keterangan: Nifaq atau kemunafikan adalah suatu sifat yang ada di dalam hati manusia dan tidak dapat diketahui oleh orang lain. Kemunafikan adalah suatu penyakit rohani yang tidak dapat disembuhkan kecuali oleh orang itu sendiri. Kita dapat mengetahui seseorang itu dihinggapi oleh penyakit kemunafikan, hanyalah semata-mata dari tanda-tandanya yang lahiriyah belaka. Apakah kemunafikan itu? Kemunafikan ialah menunjukkan di luar sebagai seorang Muslim yang benar-benar keislaman dan keimanannya, tetapi dalam hatinya adalah sebaliknya. Orang munafik itu hakikatnya adalah orang yang memusuhi Agama Islam, menghalang-halangi perkembangan dan kemajuan Islam, tidak ridha dengan kepesatan dan keluhuran Islam dan dengan segala daya-upaya hendak mematikan Agama Islam. Itulah yang terkandung dalam hatinya yang sebenar-benarnya. Hanya tampaknya saja ia sebagai pemeluk Islam yang setia. Bagi Islam orang munafik itu adalah sebagai musuh dalam selimut. la menggunting dalam lipatan atau menohok kawan seiring dari belakang. Besar benar bahayanya kaum munafik itu terhadap Islam dan kaum Muslimin. Oleh sebab itu Allah menjanjikan siksa yang pedih kepada kaum munafik itu dengan firmannya: "Sesungguhnya orang-orang munafik itu ada di dalam tingkat terbawah dari neraka." Oleh sebab tidak seorangpun yang mengetahui isi hati seseorang, maka oleh Rasulullah s.a.w. diuraikan tanda-tandanya kemunafikan, yaitu ada empat macam perkara. Dijelaskan oleh beliau s.a.w. bahwa barangsiapa yang memiliki empat macam perkara itu keseluruhannya, maka ia benar-benar dapat digolongkan dalam kelompok kaum munafik yang tulen atau murni, bagaikan emas kemunafikannya sudah 24 karat. Tetapi apabila hanya satu perkara saja yang dimilikinya itu, maka ia telah dihinggapi satu macam penyakit kemunafikan tersebut. Adapun empat perkara itu ialah:
1. Jikalau berbicara berdusta.
2. Jikalau berjanji tidak menepati.
3. Jikalau bertengkar atau bertentangan dengan seseorang, lalu berbuat kejahatan.
4. Jikalau membuat sesuatu perjanjian lalu merusakkan atau membatalkannya sendiri yakni tidak mematuhi isi perjanjian itu dengan sebaik-baiknya.Dalam Hadits sebelumnya disebutkan bahwa salah satu sifat kemunafikan ialah: Jikalau dipercaya lalu berkhianat. Penyakit kemunafikan itu tetap berjangkit dalam diri seseorang selama sifat-sifat buruk di atas (lima macam) tidak ditinggalkan, sekalipun orang tersebut mengerjakan shalat, puasa serta mengaku bahwa dirinya adalah manusia Muslim.Amat sederhana sekali tampaknya sifat-sifat kemunafikan yang banyaknya empat atau lima macam di atas itu,tetapi bahayanya amat besar sekali. Oleh sebab itu, selama masih ada satu penyakit kemunafikan itu menghinggapi seseorang, maka tetap ia dapat dianggap sebagai orang munafik, jikalau penyakitnya itu tidak dilenyapkan sendiri, sekalipun taraf kemunafikannya masih rendah. Jadi kemunafikan seseorang itu dianggap tinggi atau rendah, murni atau tidak, hal itu tergantung kepada banyaknya sifat kemunafikan yang dimiliki olehnya. Jelasnya kemunafikannya itu dapat 20%, 40%, 60%, 80% atau 100% yakni tulen dan murni. Semoga kita semua dihindarkan dari sifat kemunafikan ini selama-lamanya.

689. Dari Jabir r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda kepada saya: "Andaikata harta dari daerah Albahrain itu benar-benar telah tiba, tentulah saya akan memberimu sekian, sekian dan sekian." Tetapi harta dari Albahrain itu tidak pernah datang sampai Nabi s.a.w. wafat. Kemudian setelah harta dari Albahrain itu datang, Abu Bakar r.a. menyuruh supaya diserukan: "Barangsiapa yang di sisi Rasulullah s.a.w. mempunyai suatu janji atau hutang, maka hendaklah datang ke tempat kami." Saya lalu mendatangi Abu Bakar r.a., dan saya berkata: "Sesungguhnya Nabi s.a.w. pernah bersabda kepada saya demikian, demikian." Abu Bakar r.a. lalu memberikan kepada saya suatu pemberian, kemudian saya menghitungnya, tiba-tiba jumlahnya itu ialah limaratusdirham dan Abu Bakar r.a. berkata: "Ambillah dua kalinya itu lagi." (Muttafaq 'alaih)


Bab 87
Memelihara Apa-apa Yang Sudah Dibiasakan Dari Hal Kebaikan

Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya Allah itu tidak mengubah sesuatu yang ada dalam sesuatu kaum, sehingga kaum itu mengubah sendiri apa-apa yang ada di dalam diri mereka." (ar-Ra'ad: 11) Allah Ta'ala berfirman lagi: "Janganlah engkau semua menjadi seperti wanita yang mengurai tenunannya setelah kuatnya tenunan tadi, hingga menjadi tenunan yang tercerai-berai." Al-Ankats ialah jamaknya niktsun yaitu tenunan yang diurai dan tercerai-berai. Allah Ta'ala juga berfirman: "Janganlah mereka itu menjadi seperti orang-orang yang diberi al-Kitab - yakni kaum Yahudi dan Nasrani - dari sebelum ini, kemudian panjang sekali masa yang berialu atas mereka, lalu menjadi keraslah hati mereka itu." (al-Hadid: 16) Allah Ta'ala berfirman pula: "Kemudian mereka itu tidak suka memelihara - ketentuan-ketentuan Allah itu - dengan pemeliharaan yang sungguh-sungguh-nya." (al-Hadid: 27)

690. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepada saya: "Hai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti si Fulan itu. Dahulu ia suka berdiri bersembahyang diwaktu malam,tetapi kini ia meninggalkan bersembahyang di waktu malam itu." (Muttafaq 'alaih)


Bab 88
Sunnahnya Berbicara Yang Baik Dan Menunjukkan Wajah Yang Manis Ketika Bertemu

Allah Ta'ala berfirman: "Dan tundukkanlah sayapmu - yakni bersikap merendahkan dirilah - terhadap kaum mu'minin." (al-Hijr: 88)
Allah Ta'ala berfirman pula: "Andaikata engkau itu berakhlak jelek serta keras hati, niscayalah orang-orang itu sama lari dari sekelilingmu." (ali-lmran: 159)

691. Dari 'Adiy bin Hatim r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Takutlah engkau semua kepada neraka, sekalipun dengan jalan bersedekah dengan potongan kurma, maka barangsiapa yang tidak dapat menemukan itu, maka hendaklah bersedekah dengan mengucapkan perkataan yang baik." (Muttafaq 'alaih)

692. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Dan mengucapkan perkataan yang baik itu adalah merupakan sedekah." (Muttafaq 'alaih) Dan Hadits ini adalah sebagian dari Hadits yang lampau dengan kelengkapannya yang panjang - lihat Hadits no. 122.

693. Dari Abu Zar r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepada saya: "Janganlah engkau menghinakan sesuatupun dari amal kebaikan -yakni sekalipun tampaknya kecil, janganlah tidak dilakukan, meskipun andaikata engkau bertemu saudaramu dengan menunjukkan wajah yang manis," - atau berseri-seri tanda bersuka cita ketika bertemu itu. (Riwayat Muslim)


Bab 89
Sunnahnya Menerangkan Dan Menjelaskan Pembicaraan Kepada Orang Yang Diajak Bicara Dan Mengulang-ulanginya Agar Dapat Dimengerti. jikalau Orang Itu Tidak Dapat Mengerti Kecuali Dengan Cara Mengulang-ulangi Itu


694. Dari Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. apabila berbicara dengan sesuatu pembicaraan, maka beliau s.a.w. mengulanginya tiga kali sehingga dapat dimengerti apa yang dibicarakannya itu. Dan jikalau beliau s.a.w. itu datang pada sesuatu kaum, lalu memberikan salam kepada mereka, maka salam itu diucapkan sebanyak tiga kali." (Riwayat Bukhari)

695. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Percakapannya Rasulullah s.a.w. itu adalah merupakan percakapan yang terpisah-pisah - yakni jelas sekali antara kata yang satu dengan kata yang lainnya - dan dapat dimengerti oleh setiap orang yang mendengarnya."
(Riwayat Abu Daud)

DAFTAR ISI : 1 - 10 - 20 - 30 - 40 - 50 - 60 - 70 - 80 - 90 - 100 - 110 - 120 - 130 - 140 - 150 - 160 - 170 - 180 - 190 - 200 - 210 - 220 - 230 - 240- 250- 260- 270- 280- 290- 300- 310- 320- 330- 340- 350- 360- 370-