Saiful Ma'ruf

Bab 70 Keutamaan Bergaul Dengan Orang Banyak, Menghadiri Shalat-shalat Jum'at Dan Jamaah Bersama Mereka Serta Mengunjungi Tempat-tempat Kebaikan Dan Majlis-majlis Zikir, Juga Meninjau Orang Yang Sakit, Menghadiri Janazah-Janazah, Membantu Yang Mempunyai Hajat, Menunjukkan Yang Bodoh Dan Lain-lain Yang Termasuk Kemaslahatan Mereka Bagi Orang Yang Kuasa Beramar Ma'ruf Dan Nahi Mungkar. Demikian Pula Mencegah Diri Sendiri Dari Berbuai Menyakiti Serta Sabar Atas Sesuatu Yang Menyakitkan - Yang Menimpa Pada Diri Sendiri
Bab 71 Tawadhu' Dan Menundukkan Sayap — Yakni Merendahkan Diri - Kepada Kaum Mu'minin
Bab 72 Haramnya Bersikap Sombong Dan Merasa Heran Pada Diri Sendiri
Bab 73 Bagusnya Budi pekerti
Bab 74 Sabar, Perlahan-lahan Dan Kasih-sayang — Lemah-lembut
Bab 75 Memaafkan Dan Tidak Menghiraukan Orang-orang Yang Bodoh
Bab 76 Menahan Apa-apa Yang Menyakitkan
Bab 77 Marah Jikalau Kehormatan-kehormatan Syara' Dilanggar Dan Membantu Untuk Kemenangan Agama Allah Ta'ala
Bab 78 Perintah Kepada Pemesang Pemerintahan Supaya Bersikap Lemah-lembut Kepada Kakyatnya, Memberikan Nasihat Serta Kasih-sayang Kepada Mereka, Jangan Mengelabui Dan Bersikap Keras Pada Mereka, Juga jangan Melalaikan Kemaslahatan- kemaslahatan Mereka, Lupa Mengurus Mereka Ataupun Apa-apa Yang Menjadi Hajat Kepentingan Mereka
Bab 79 Penguasa Yang Adil


Bab 70
Keutamaan Bergaul Dengan Orang Banyak

Menghadhiri Shalat-shalat Jum'at Dan Jamaah Bersama Mereka Serta Mengunjungi Tempat-tempat Kebaikan Dan Majlis-majlis Zikir, Juga Meninjau Orang Yang Sakit, Menghadiri Janazah-janazah, Membantu Yang Mempunyai Hajat, Menunjukkan Yang Bodoh Dan Lain-lain Yang Termasuk Kemaslahatan Mereka Bagi Orang Yang Kuasa Beramar Ma'ruf Dan Nahi Mungkar. Demikian Pula Mencegah Diri Sendiri Dari Berbuat Menyakiti Serta Sabar Atas Sesuatu Yang Menyakitkan — Yang Menimpa Pada Diri Sendiri Ketahuilah bahwasanya bercampur - bergaul - dengan orang banyak menurut cara yang saya sebutkan itu adalah yang terpilih dan itulah yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. serta para Nabi Iain-lain shalawatullah wa salamuhu 'alaihim, begitu juga dilakukan oleh para khulafa' rasyidun dan orang-orang yang sesudah mereka yaitu dari golongan para sahabat serta para tabi'in dan pula orang-orang yang sesudah mereka dari golongan alim- ulama kaum Muslimin dan orang-orang yang pilihan di antara mereka. Yang sedemikian itu adalah mazhabnya sebagian besar kaum tabi'in dan orang-orang yang sesudah mereka. Imam as-Syafi'i dan Imam Ahmad serta sebagian banyak ahli fikih radhiallahu 'annum juga mengucapkan - berpendapat - sebagaimana yang tersebut di atas itu - yakni lebih baik bergaul dengan para manusia untuk beramar ma'ruf nahi mungkar daripada mengasingkan diri sendiri serta menghindari bergaul.Allah Ta'ala berfirman:"Dan tolong menolonglah engkau semua atas kebajikan dan ketaqwaan." (al-Maidah: 2)Ayat-ayat yang semakna dengan apa yang saya sebutkan di atas itu amat banyak dan mudah dimaklumi.


Bab 71
Tawadhu' Dan Menundukkan Sayap — Yakni Merendahkan Diri— Kepada Kaum Mu'minin

Allah Ta'ala berfirman:"Dan tundukkanlah sayapmu - yakni rendahkanlah dirimu -kepada kaum mu'minin." (al-Hijr:)
Allah Ta'ala berfirman pula:"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa yang surut kembali dari agamanya – yakni menjadi orang murtad, maka Allah nanti akan mendatangkan kaum yang dicintai olehNya dan merekapun mencintai Allah. Mereka itu bersikap merendahkan diri kepada kaum mu'minin dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir." (al-Maidah: 54)Allah Ta'ala berfirman lagi:"Hai sekalian manusia, sesungguhnya Kami - Allah - menciptakan engkau semua itu dari jenis lelaki dan wanita dan menjadikan engkau semua berbangsa-bangsa serta berkabilah-kabilah, agar supaya engkau semua saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang termulia di antara engkau semua di sisi Allah ialah orang yang bertaqwa dari kalanganmu itu." (al-Hujurat: 13)Allah Ta'ala juga berfirman:"Janganlah engkau semua melagak-lagakkan dirimu sebagai orang suci. Allah adalah lebih mengetahui kepada siapa yang sebenarnya bertaqwa." (an-Najm: 32)Allah Ta'ala berfirman pula:"Dan orang-orang yang menempati a'raf - tempat-tempat yang tinggi-tinggi - itu berseru kepada beberapa orang yang dikenalnya karena tanda-tandanya, mereka mengatakan: "Apa yang telah engkau semua kumpulkan dan apa yang telah engkau semua sombongkan itu tidaklah akan memberikan pertolongan kepadamu. Inikah orang-orang yang telah engkau semua persumpahkan, bahwa mereka tidak akan mendapatkan kerahmatan dari Allah? Kepada mereka itu dikatakan:"Masuklah engkau semua dalam syurga, engkau semua tidak perlu merasa ketakutan dan tidak pula bersedih hati." (al-A'raf: 48-49)

600. Dari 'lyadh bin Himar r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu kepadaku, hendaklah engkau semua itu bersikap tawadhu', sehingga tidak ada seseorang yang membanggakan dirinya di atas orang lain - yakni bahwa dirinya lebih mulia dari orang lain - dan tidak pula seseorang itu menganiaya kepada orang lain - karena orang yang dianiaya dianggapnya lebih hina dari dirinya sendiri." (Riwayat Muslim)

601. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidaklah sedekah itu akan mengurangi dari harta seseorang dan tidaklah Allah menambahkan seseorang itu dengan pengampunan melainkan ditambah pula kemuliaannya dan tidaklah seseorang itu bertawadhu' karena mengharapkan keridhaan Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajat orang itu." (Riwayat Muslim)

602. Dari Anas r.a. bahwasanya ia berjalan melalui anak-anak, kemudian ia memberikan salam kepada mereka ini dan berkata: "Nabi s.a.w. juga melakukan sedemikian." (Muttafaq 'alaih)

603. Dari Anas r.a. pula, katanya: "Bahwasanya ada seorang hambasahaya wanita dari golongan hambasahaya wanita yang ada di Madinah mengambil tangan Nabi s.a.w. lalu wanita itu berangkat dengan beliau s.a.w. ke mana saja yang dikehendaki oleh wanita itu." Ini menunjukkan bahwa beliau s.a.w. selalu merendahkan diri. (Riwayat Bukhari)

604. Dari al-Aswad bin Yazid, katanya: "Saya bertanya kepada Aisyah radhiallahu 'anha, apakah yang dilakukan oleh Nabi s.a.w. di rumahnya?" Aisyah menjawab: "Beiiau s.a.w. melakukan pekerjaan keluarganya - yakni melayani atau membantu pekerjaan keluarganya. Kemudian jikalau datang waktu shalat, lalu beliau keluar untuk mengerjakan shalat itu." (Riwayat Bukhari)

605. Dari Abu Rifa'ah yaitu Tamim bin Usaid r.a., katanya: "Saya sampai kepada Nabi s.a.w. dan waktu itu beiiau sedang berkhutbah, lalu saya berkata: "Ya Rasulullah, ada seorang yang gharib - asing yakni bukan penduduk negeri itu - datang untuk menanyakan agamanya yang ia tidak mengerti apakah agamanya itu." Rasulullah s.a.w. lalu menghadap kepada saya dan meninggalkan khutbahnya, sehingga sampailah ke tempat saya. Beliau s.a.w. diberi sebuah kursi kemudian duduk di situ dan mulailah mengajarkan pada saya dari apa- apa yang diajarkan oleh Allah padanya. Selanjutnya beliau mendatangi tempat khutbahnya lalu menyempurnakan khutbahnya itu." (Riwayat Muslim)

606. Dari Anas r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. apabila makan sesuatu makanan, maka beiiau itu menjilati jari-jarinya yang tiga - yakni ibu jari, telunjuk dan jari tengah. Anas berkata: "Rasulullah bersabda: "Jikalau suapan seseorang dari engkau semua itu jatuh, maka buanglah dartpadanya itu apa-apa yang kotor dan setelah itu makanlah dan janganlah ditinggalkan untuk dimakan syaitan - yang masih bersih tadi. Beiiau s.a.w. juga menyuruh supaya bejana tempat makanan itu dijilati pula. Beiiau bersabda: "Sesungguhnya engkau semua tidak mengetahui dalam makanan yang manakah yang disitu ada berkahnya." (Riwayat Muslim)

607. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya:. "Tiada seorang Nabipun yang diutus oleh Allah, melainkan ia tentu menggembala kambing." Para sahabatnya bertanya: "Dan tuan?" Beiiau s.a.w. menjawab: "Ya, saya juga menggembala kambing itu, yaitu di Qararith. Kambing itu kepunyaan penduduk Makkah." Arti Qararith periksalah dalam Hadits no. 598. (Riwayat Bukhari)

608. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., katanya: "Andaikata saya dipanggil untuk mendatangi jamuan berupa kaki bawah atau pun kaki atas - maksudnya baikpun makanan yang tidak berharga ataupun yang amat tinggi nilainya, niscayalah saya akan mengabulkan undangan itu. juga andaikata saya diberi hadiah berupa kaki atas atau kaki bawah, niscayalah saya suka menerimanya." (Riwayat Bukharj)

609. Dari Anas r.a. katanya: "Adalah untanya Rasulullah s.a.w. itu diberi nama 'Adhba', tidak pernah didahului atau hampir tidak dapat didahului. Maka datanglah seorang A'rab duduk di atas kendaraan yang dinaikinya, kemudian mendahului unta beliau s.a.w. itu. Hal itu dirasakan berat sekali atas kaum Muslimin - yakni kaum merasa tidak senang terhadap kelakuan orang A'rab tadi -A'rab ialah orang yang berdiam di negeri Arab bagian pedalaman. Hal itu - yakni keberatan kaum Muslimin tadi -diketahui oleh beliau s.a.w., kemudian beliau bersabda: "Adalah merupakan hak Allah bahwasanya tidaklah sesuatu dari keduniaan itu meninggi, melainkan pasti akan diturunkannya," maksudnya bahwa harta atau kedudukan itu jikalau sudah mencapai puncak ketinggiannya dan tidak digunakan sebagaimana mestinya tuntunan agama, pasti akan diturunkan kembali oleh Allah. (Riwayat Bukhari)


Bab 72
Haramnya Bersikap Sombong Dan Merasa Heran Pada Diri Sendiri

Allah Ta'ala berfirman:"Perumahan akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak hendak berbuat sewenang-wenang di bumi dan tidak perlu hendak melakukan kerusakan, sedang kesudahan - yang baik -adalah untuk orang-orang yang bertaqwa." (al-Qashash: 83)Allah Ta'ala berfirman pula:"Dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan sombong." (al-lsra': 37) Allah Ta'ala berfirman lagi:"Janganlah engkau memalingkan muka dan para manusia sebab kesombongan dan janganlah berjalan di bumi dengan takabbur, sesungguhnya Allah itu tidak suka kepada setiap orang yang sombong dan membanggakan diri." (Luqman: 18)Makna tusha'-'ir khaddaka ialah engkau membuang muka atau memalingkannya dari orang banyak karena berlagak sombong kepada mereka itu, sedang almarah atau maraha ialah kesombongan atau takabbur.Allah Ta'ala juga berfirman:"Sesungguhnya Qarun itu termasuk dalam golongan kaumnya Musa, tetapi ia melakukan aniaya kepada mereka. Kami memberikan kepadanya gedung simpanan kekayaan yang anak kuncinya saja berat dipikul oleh sekumpulan orang yang kuat. Perhatikanlah ketika kaumnya berkata kepadanya:"Janganlah engkau bergembira - melampaui batas, sesungguhnya Allah itu tidak senang kepada orang yang bergembira - secara melampaui batas - itu," sehingga firmanNya: "Kemudian ia dan rumahnya Kami benamkan ke dalam tanah," sampai akhirnya ayat-ayat itu.

610. Dari Abdullah bin Mas'ud r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Tidak dapat masuk syurga seseorang yang dalam hatinya ada sifat kesombongannya seberat debu." Kemudian ada orang berkata: "Sesungguhnya seseorang itu ada yang senang jikalau pakaiannya itu baik dan terumpahnyapun baik." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan. Kesombongan itu ialah menolak kebenaran dan menghinakan orang banyak." (Riwayat Muslim)Batharulhaqqi ialah menolak kebenaran dan mengembalikannya kepada orang yang mengucapkannya itu - yakni memberikan bantahan pada kebenaran tadi, sedang ghamthun- nasi ialah menghinakan para manusia.

611. Dari Salamah bin al-Akwa' r.a. bahwasanya ada seorang lelaki makan di sisiRasulullah s.a.w. dengan menggunakan tangan kirinya, lalu beliau s.a.w. bersabda:"Makanlah dengan menggunakan tangan kananmu." Orang itu berkata: "Saya tidak dapat makan sedemikian itu." Beliau s.a.w. bersabda: "Tidak dapat engkau?" Ia berbuat sedemikian itu tidak ada yang mendorongnya, melainkan kesombongannya juga. Salamah berkata:"Orang itu akhirnya benar-benar tidak dapat mengangkat tangan kanannya ke mulutnya,"yakni tangannya terus cacat untuk selama-lamanya, sebab tidak dapat digunakan apa-apa.(Riwayat Muslim)

612. Dari Haritsah bin Wahab r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidaklah saya memberitahukan padamu semua, siapakah ahli neraka itu? Mereka itu ialah orang yang keras kepala, suka mengumpulkan harta tetapi enggan membelanjakannya - untuk kebaikan - lagi bersikap sombong." (Muttafaq 'alaih)Keterangan Hadits ini telah diuraikan dalam bab Golongan orang-orang lemah dari kaum Muslimin - lihat Hadits no. 252.

613. Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Syurga dan neraka berbantah-bantahan. Neraka berkata: "Di tempatku ada orang-orang yang gagah-gagah - suka menekankan kemauannya pada orang banyak - lagi orang-orang yang sombong." Syurga berkata: "Di tempatku adalah orang-orang yang lemah dan kaum miskin." Allah kemudian memberikan keputusan antara kedua makhluk ini, firmanNya: "Sesungguhnya engkau syurga adalah kerahmatanKu dan denganmulah Aku merahmati siapa saja yang Kukehendaki, sedang sesungguhnya engkau neraka adalah siksaKu yang denganmulah Aku menyiksa siapa saja yang Kukehendaki. Masing-masing dari keduamu itu atas tanggunganKulah perkara isinya." (Riwayat Muslim)

614. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Allah tidak akan melihat pada hari kiamat nanti kepada seseorang yang menarik sarungnya - yakni melemberehkan pakaiannya sampai ke bawah kaki - dengan tujuan kesombongan." (Muttafaq 'alaih)

615. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Ada tiga macam orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat dan tidak pula menganggap mereka sebagai orang bersih - dari dosa, juga tidak hendak melihat mereka itu dan bahkan mereka akan memperoleh siksa yang pedih sekali, yaitu orang tua yang berzina, raja-kepala negara-yang suka membohong dan orang miskin yang sombong." (Riwayat Muslim)

616. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Allah 'Azzawajalla berfirman - dalam Hadits Qudsi: "Kemuliaan adalah sarungKu dan kesombongan adalah selendangKu. Maka barangsiapa yang mencabut salah satu dari kedua pakaianKu itu, maka pastilah Aku menyiksa padanya," artinya mencabut ialah merasa dirinya paling mulia atau berlagak sombong. (Riwayat Muslim)

617. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:"Pada suatu ketika ada seorang lelaki yang berjalan dengan mengenakan pakaian yang merasa heran - bangga - dengan dirinya sendiri, ia menyisir rapi-rapi akan rambutnya lagi pula berlagak sombong di waktu berjalan, tiba-tiba Allah membenamkannya, maka ia tenggelamlah dalam bumi sehingga besok hari kiamat." (Muttafaq 'alaih)

618. Dari Salamah bin al-Akwa' r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Tidak henti-hentinya seseorang itu menyombongkan dirinya sehingga dicatatlah ia dalam goiongan orang-orang yang congkak, maka akan mengenai pada orang itu bahaya yang juga mengenai goiongan manusia-manusia yang congkak."Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan.Yadz-habu binafsihi artinya merasa dirinya tinggi dan juga berlaku sombong.


Bab 73
Bagusnya Budipekerti

Allah Ta'ala berfirman: "Dan sesungguhnya engkau - hai Muhammad - adalah memiliki budipekerti yang luhur." (al- Qalam: 4) Allah Ta'ala berfirman lagi: "Dan orang-orang yang menahan kemarahannya dan pula suka memaafkan kepada orang banyak," sampai habisnya ayat. (ali-lmran: 134)

619. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. itu adalah sebaik-baik manusia dalam hal budipekertinya." (Muttafaq 'alaih)

620. Dari Anas r.a. pula, katanya: "Saya tidak pernah memegang suatu sutera tebal ataupun sutera tipis yang rasanya lebih halus daripada tapak tangan Rasulullah s.a.w. Saya juga tidak pernah mencium satu bau-bauanpun yang lebih harum daripada bau Rasulullah s.a.w. Saya telah melayani Rasulullah s.a.w. selama sepuluh tahun, maka beliau tidak pernah samasekali mengucapkan "cis" pada saya, juga tidak pernah bersabda: "Mengapa engkau lakukan itu," untuk sesuatu yang saya lakukan, atau bersabda: "Alangkah baiknya kalau engkau melakukan begini," untuk sesuatu yang tidak saya lakukan." (Muttafaq 'alaih)

621. Dari as-Sha'bu bin Jatstsamah r.a., katanya: "Saya pernah memberikan hadiah kepada Rasulullah s.a.w. berupa seekor keledai liar, kemudian beliau s.a.w. mengembalikannya pada saya. Setelah beliau melihat kecemasan yang tampak di mukaku, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Kita tidak mengembalikannya itu padamu, melainkan karena kita ini sedang melakukan ihram." (Muttafaq 'alaih)

622. Dari an-Nawwas bin Sam'an r.a., katanya: "Saya bertanya kepada Rasulullah s.a.w. perihal kebajikan dan dosa. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Kebajikan itu ialah baiknya budipekerti dan dosa itu ialah apa-apa yang engkau rasakan bimbang dalam dada - yakni hati - dan engkau tidak suka kalau hal itu diketahui oleh orang banyak." (Riwayat Muslim)

623. Dari Abdullah bin Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu bukan seorang yang kotor - baik kata-katanya atau tindakannya - dan tidak pula seorang yang bersengaja hendak berbuat kekotoran - baik kata-kata atau tindakannya." Beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya termasuk dalam golongan orang-orang yang terpilih di antara engkau semua adalah orang yang terbaik budipekertinya." (Muttafaq 'alaih)

624. Dari Abu darda' r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan amalannya seseorang mu'min besok pada hari kiamat daripada baiknya budipekerti dan sesungguhnya Allah itu membenci kepada seorang yang kotor sertarendah kata-katanya - yakni yang senantiasa memperbincangkan kemesuman, kejahatan dan Iain-Iain."Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits shahih.

625. Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. ditanya tentang apakah sebagian besar amalan yang memasukkan para manusia itu dalam syurga. Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu bertaqwa kepada Allah dan bagusnya budipekerti." Beliau ditanya pula tentang apakah sebagian besar amalan yang memasukkan para manusia dalam neraka. Beliau menjawab: "Yaitu karena perbuatan mulut dan kemaluan."Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan.

626. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sesempurna-sempurnanya kaum mu'minin dalam hal keimanannya ialah yang terbaik budipekertinya di antara mereka itu sedang orang-orang yang pilihan di antara engkau semua itu ialah yang terbaik hubungan - pergaulannya - dengan isteri-isterinya."Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa Hadits ini adalah hasan shahih.

627. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Saya mendengar Nabi s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya seorang mu'min itu niscayalah dapat mencapai derajatnya seorang yang berpuasa - pada siang harinya - dan berdiri bersembahyang - pada malam harinya - dengan sebab kebaikan budipekertinya itu." (Riwayat Abu Dawud)

628. Dari Abu Umamah al-Bahili r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Saya adalah seorang yang memberikan jaminan untuk memperoleh sebuah rumah dalam halaman syurga bagi seseorang yang meninggalkan memberikan bantahan, sekalipun ia merasa dalam kebenaran -apa yang dibantahnya itu, juga sebuah rumah di tengah syurga bagi seseorang yang meninggalkan dusta, sekalipun dengan maksud bersenda gurau, demikian pula sebuah rumah di tanah tinggi syurga bagi seorang yang memperbaiki budipekertinya."Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.Azza'im artinya seorang yang memberikan jaminan. Makna aslinya ialah pemimpin.

629. Dari Jabir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya termasuk golongan orang yang paling saya cintai di antara engkau semua serta yang terdekat kedudukannya dengan saya pada hari kiamat ialah yang terbaik budipekertinya di antara engkau semua itu, dan sesungguhnya termasuk golongan orang yang paling saya benci di antara engkau semua serta yang terjauh kedudukannya dengan saya pada hari kiamat ialah orang-orang yang banyak berbicara, sombong bicaranya serta merasa tinggi apa yang dipercakapkannya itu - karena kecongkakannya." Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, kita semua telah mengerti apa arti orang yang banyak bicara serta orang yang sombong bicaranya. Tetapi apakah yang dimaksud mutafaihiq itu." Beliau s.a.w. menjawab: "Mereka itu ialah orang-orang yang sombong - merasa tinggi isi pembicaraannya."Diriwayatkan oleh ImamTermidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan.Atstsartsar ialah orang yang banyak bicaranya secara dipaksa-paksakan sendiri. Almutasyaddiq ialah orang yang berlagak sombong kepada orang banyak dengan kata- katanya dan kalau berbicara itu serasa penuh isi mulutnya karena hendak memfasih-fasihkan serta mengagung-agungkan pembicaraannya sendiri itu. Adapun Almutafaihiq asalnya dari kata fahq, yaitu membuat penuh isi mulut dengan percakapannya serta meluas-luaskan apa yang dibicarakannya, bahkan merasa asing - bangga - dengan kata-katanya karena ketakabburan serta perasaan tingginya dan menampakkan bahwa dirinya adalah lebih utama dari orang lain. Imam Termidzi meriwayatkan dari Abdullah bin al-Mubarak rahimaullah dalam menafsiri arti "bagusnya budipekerti", ia mengatakan: "Bagusnya budipekerti ialah manisnya wajah, memberikan kebaikan dan menahan kejahatan."


Bab 74
Sabar, Perlahan-lahan Dan Kasih-sayang Lemah-lembut

Allah Ta'ala berfirman: "Dan orang-orang yang menahan marahnya serta memaafkan kepada orang banyak dan Allah itu mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (ali-lmran: 134) Allah Ta'ala berfirman pula: "Berilah pengampunan, perintahlah kebaikan dan janganlah menghiraukan kepada orang-orang bodoh." (al-A'raf: 199) Allah Ta'ala berfirman lagi: "Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan itu.Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang sebaik-baiknya, sehingga orang yang bermusuhan antara engkau dengan ia akan menjadi teman yang amat setia. Perbuatan sedemikian itu tidak akan diberikan kepada siapapun, selain dari orang-orang yang berhati sabar dan tidak pula diberikan melainkan kepada orang yang mempunyai keberuntungan besar." (Fushshilat: 34-35) Allah Ta'ala juga berfirman: "Dan niscayalah orang yang berhati sabar dan suka memaafkan, sesungguhnya bai yang sedemikian itu adalah termasuk pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dengan keteguhan hati." (as- Syura: 43)

630. Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepada Asyaj Abdul Qais: "Sesungguhnya dalam dirimu itu ada dua macam perkara yang dicintai oleh Allah, yaitu sabar dan perlahan-lahan - dalam tindakan." (Riwayat Muslim)

631. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya Allah itu Maha Lemah-lembut dan mencintai sikap yang lemah- lembut dalam segala perkara." (Muttafaq 'alaih)

632. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya Allah itu Maha Lemah-lembut dan mencintai sikap lemah-lembut. Allah memberikan sesuatu dengan jalan lemah-lembut, yang tidak dapat diberikan jika dicari dengan cara kekerasan, juga sesuatu yang tidak dapat diberikan selain dengan jalan lemah- lembut itu." (Riwayat Muslim)

633. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya sikap lemah-lembut itu tidak menetap dalam sesuatu perkara, melainkan ia makin memperindah hiasan baginya dan tidak dicabut dari sesuatu perkara, melainkan membuat cela padanya." (Riwayat Muslim)

634, Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Ada seorang A'rab -orang Arab dari daerah pedalaman - kencing dalam masjid, lalu berdirilah orang banyak padanya dengan maksudhendak memberikan tindakan padanya. Kemudian Nabi s.a.w. bersabda: "Biarkanlah orang itu dan di atas kencingnya itu siramkan saja setimba penuh air atau segayung yang berisi air. Karena sesungguhnya saja engkau semua itu dibangkitkan untuk memberikan kemudahandan bukannya engkau semua itu dibangkitkan untuk memberikan kesukaran."(Riwayat Bukhari)Assajlu dengan fathahnya sin muhmalah dan sukunnya jim, artinya ialah timba yang penuh berisi air, demikian pula artinya kata adzdzanub.

635. Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Berikanlah kemudahan dan jangan mempersukarkan. Berilah kegembiraan dan jangan menyebabkan orang lari." (Muttafaq 'alaih)

636. Dari Jarir bin Abdullah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barangsiapa yang tidak dikaruniai sifat lemah-lembut, maka ia tidak dikarunia segala macam kebaikan." (Riwayat Muslim)

637. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ada seorang lelaki yang berkata kepada Nabi s.a.w.: "Berikanlah wasiat padaku!" Nabi s.a.w. menjawab: "Janganlah engkau marah." Orang itu mengulang-ulangi lagi permintaan wasiatnya sampai beberapa kali, tetapi beliau s.a.w. tetap menjawab: "Janganlah engkau marah." (Riwayat Muslim)

638. Dari Abu Ya'la, yaitu Syaddad bin Aus r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya:"Sesungguhnya Allah itu menetapkan untuk berbuat kebaikan dalam segala hal. Maka jikalau engkau semua membunuh, maka berlaku baiklah dalam membunuh itu dan jikalau engkau semua menyembelih, maka berlaku baguslah dalam menyembelih itu. Hendaklah seseorang dari engkau semua itu mempertajamkan pisaunya serta memberi kelonggaran kepada apa yang disembelihnya itu," seperti mempercepat jalannya pisau, tidak dikuliti sebelum benar-benar dingin, memberi minum sebelum disembelih dan Iain-lain. (Riwayat Muslim)Keterangan:Dalam Agama Islam hukuman bunuh itu juga diadakan, misalnya orang yang berzina muhshan, yaitu dengan cara dirajam (lihat Hadits keempat belas) atau perampok yang menghadang di jalan dengan cara dibunuh lalu disalibkan, juga seperti orang yang bermurtad dari Agama Islam, iapun wajib dibunuh setelah dinanti-kan tiga hari untuk disuruh bertaubat. Pembunuhannya dengan dipotong lehernya. Dalam hal hukuman bunuh dengan pemotongan leher ini, Rasulullah s.a.w. memberikan tuntunan hendaknya dilakukan dengan sebaik-baiknya, umpama pedang yang digunakan untuk itu hendaklah yang tajam, juga jangan mengadakan siksaan yang tidak-tidak, memotong-motong anggotanya setelah mati, dijadikan tontonan dan Iain-Iain.Mengenai hukuman rajam, yakni dilempari batu yang sedang, sampai mati untuk orang yang berzina muhshan serta dibunuh lalu disalibkan untuk perampok, maka caranya memang demikianlah yang ditetapkan oleh syariat. Jadi sekalipun tampaknya kurang baik tetapi oleh sebab sudah demikian itu yang digariskan oleh syariat Islam, maka cara itu wajib tetap diikuti, sesuai dengan nash-nash yang ada.Juga di kala menyembelih binatang untuk dimakan, hendaklah dengan cara yang sebaik-baiknya pula, misalnya pisaunya yang tajam, disenang-senangkan dulu sebelum disembelih dengan diberi makan minum secukupnya, dibaringkan di tempat yang rata, pisau dijalankan secepat mungkin sampai putuslah urat besar di lehernya,jangan dikuliti dulu sampai dingin badannya, jangan pula menyembelih yang satu di muka yang lainnya, jangan pula disembelih binatang yang menyusui sebab kasihan anaknya dan Iain-Iain lagi.Renungkanlah betapa lengkapnya aturan-aturan dalam Agama Islam itu, sampai menyembelihpun diberi tuntunan secukupnya.

639. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Tidak pernah samasekali Rasulullah s.a.w. itu diberi pemilihan antara dua macam perkara, melainkan beliau s.a.w. tentu mengambil - memilih - yang termudah di antara keduanya itu, asalkan yang dianggapnya termudah ini bukannya merupakan suatu hal yang dosa. Jikalau hal itu berupa suatu dosa, maka beliau s.a.w. adalah sejauh-jauh manusia daripadanya. Rasulullah s.a.w. juga tidak pernah samasekali membalas sesuatu yang ditujukan pada diri peribadinya, melainkan jikalau kehormatan Allah itu dilanggar, maka beliau s.a.w. pasti membalasnya semata-mata karena mengharapkan keridhaan Allah belaka." (Muttafaq 'alaih)

640. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sukakah engkau semua saya beritahu tentang siapakah orang yang diharapkan masuk neraka atau kepada siapakah neraka itu diharamkan memakannya? Neraka itu diharamkan untuk orang yang dekat pada orang banyak - yakni baik dalam bergaul, lemah-lembut, berhati tenang - tidak gegabah dalam menghadapi sesuatu -serta bersikap mudah - yakni gampang dimintai pertolongan."Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan.


Bab 75
Memaafkan Dan Tidak Menghiraukan Orang-orang Yang Bodoh

Allah Ta'ala berfirman: "Berilah pengampunan, perintahlah kebaikan dan janganlah engkau menghiraukan kepada tindakan orang-orang yang bodoh." (al-A'raf: 199) Allah Ta'ala berfirman pula: "Berilah orang-orang itu maaf yang baik." (al-Hijr: 85) Allah Ta'ala berfirman lagi: "Hendaklah mereka memberikan pengampunan dan kelapangan dada. Tidakkah engkau semua senang jikalau Allah memberikan pengampunan pula kepadamu?" (an-Nur: 22) Allah Ta'ala juga berfirman: "Dan orang-orang yang suka memaafkan kepada orang banyak dan Allah itu mencintai orang- orang yang berbuat kebaikan." (ali-lmran: 134) Allah Ta'ala berfirman lagi: "Dan niscayatah orang yang berhati sabar dan suka memaafkan, sesungguhnya hal yang sedemikian itu adalah termasuk pekerjaan-pekerjaan yang ditakukan dengan keteguhan hati." (as- Syura: 43) Ayat-ayat dalam bab ini banyak sekali dan dapat dimaklumi.

641. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, bahwasanya ia berkata kepada Nabi s.a.w.: "Adakah pernah datang pada Tuan suatu hari yang lebih sukar penderitaannya daripada hari peperangan Uhud?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ya, saya benar-benar pernah menemui peristiwa gawat itu dari kaummu. Sesuatu yang saya hadapi yang terberat penderitaannya dari mereka itu ialah pada hari 'Aqabah. Pada suatu ketika saya menawarkan diriku kepada Ibnu Abdi Jalil bin Aban Kulal - salah seorang terkemuka di daerah Thaif dan kedatangan Nabi s.a.w. ke situ adalah untuk meminta bantuan. Tetapi ia tidak mengabulkan apa-apa yang saya kehendaki. Selanjutnya sayapun berangkatlah - kembali - dan saya dalam keadaan dukacita, tampak di wajahku. Saya tidak sadar dari keadaan sedemikian itu melainkan setelah saya berada di Qarnuts Tsa'alib - nama suatu tempat. Kemudian saya mengangkat kepalaku, tiba-tiba tampaklah suatu awan yang menaungi diriku. Saya melihat ke atas dan sekonyong-konyong disitu ada Jibril Alaihis-salam. Ia mengundang saya, lalu berkata: "Sesungguhnya Allah Ta'ala telah mendengar perihal pembicaraan kaum Tuan kepada Tuan dan bagaimana cara penolakan mereka atas permintaan Tuan itu. Allah kini mengutus untuk Tuan malaikat penjaga gunung-gunung supaya Tuan dapat menyuruhnya tentang apa saja yang Tuan inginkan." Seterusnya malaikat penjaga gunung-gunung itu mengundang saya, lalu mem-beri salam terus berkata: "Hai Muhammad, sesungguhnya Allah telah mendengar apa yang dikatakan oleh kaum Tuan kepada Tuan dan saya adalah malaikat penjaga gunung- gunung. Tuhanku mengutus saya untuk Tuan agarTuan menyuruh saya dengan mematuhi perintah Tuan. Maka apakah kiranya Tuan suka, sekiranya Tuan menginginkan, jikalau umpamanya saya tutupkan saja atas kaum Tuan itu dua buah gunung ini?" Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Bahkan saya mengharapkan agar Allah mengeluarkan dari tulang rusuk kaumku itu orang yang suka menyembah kepada Allah yang Maha Esa serta tidak menyekutukan sesuatu denganNya." Jadi tawaran malaikat penjaga gunung itu tidak diterima, bahkan mendoakan semoga di antara kaumnya itu ada yang menjadi orang mu'min dan Muslim. (Muttafaq 'alaih) Al-akhsyaban ialah dua gunung yang mengeliling kota Makkah, sedang al-akhsyab artinya ialah gunung besar.

642. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. itu samasekali tidak pernah memukul dengan tangannya, baik terhadap seseorang wanita ataupun pelayan, melainkan di waktu beliau s.a.w. sedang berjihad fi-sabilillah - yakni di medan pertempuran melawan kaum kafir. Tidak pernah pula beliau s.a.w. itu terkena sesuatu yang menyakiti, lalu memberikan pembalasan kepada orang yang berbuat terhadap beliau itu, kecuali jikalau ada sesuatu dari larangan-larangan Allah dilanggar, maka beliau memberikan pembalasan karena mengharapkan keridhaan Allah Ta'ala." (Riwayat Muslim)

643. Dari Anas r.a., katanya: "Saya berjalan bersama Rasulullah s.a.w. dan beliau mengenakan baju buatan negeri Najran yang kasar tepinya, kemudian beliau disusul oleh seorang A'rab - penduduk negeri Arab bagian pedalaman, lalu ditariklah selendang beliau itu dengan tarikan yang keras sekali. Saya - Anas - melihat pada tepi leher Nabi s.a.w. dan a mat membekas sekali tepi pakaian tadi karena amat sangat ditariknya. Selanjutnya orang A'rab itu berkata: "Ya Muhammad, perintahkanlah untuk memberikan padaku sesuatu dari harta Allah yang ada di sisi Tuan." Nabi s.a.w. lalu menoleh pada orang itu terus ketawa dan selanjutnya menyuruh supaya orang tadi diberi sesuatu pemberian sedekah." (Muttafaq 'alaih)

644. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Seolah-olah - sekarang -saya masih dapat melihat kepada Rasulullah s.a.w. ketika beliau menceriterakan seseorang Nabi dari para Nabi-nabi shalawatullah wasalamuhu'alaihim, yaitu ketika Nabi tadi dipukul oleh kaumnya, sehingga mereka menyebabkan keluar darahnya dan Nabi itu mengusap darah tersebut dari wajahnya sambil berdoa: "Ya Allah, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka itu tidak mengerti." (Muttafaq 'alaih)

645. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bukannya orang yang keras - yang terpuji menurut syara' - itu orang yang menang dalam perkelahian, tetapi yang dinamakan orang keras ialah orang yang dapat memiliki- menguasai -dirinya di waktu marah." (Muttafaq 'alaih)


Bab 76
Menahan Apa-apa Yang Menyakitkan


Allah Ta'ala berfirman: "Dan orang-orang yang menahan kemarahan dan yang memaafkan kepada orang banyak dan Allah itu mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan," (ali-lmran: 134) Allah Ta'ala juga berfirman: "Dan niscayalah orang yang berhati sabar dan suka memaafkan, sesungguhnya hal yang sedemik'ian itu adalah termasuk pekerjaan yang dilakukan dengan keteguhan hati." (as-Syura: 43) Dalam bab ini Hadits-Haditsnya adalah sebagaimana Hadits-Hadits yang diterangkan dalam bab di muka sebelum bab ini.

646. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ada seorang lelaki berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya saya itu mempunyai beberapa orang kerabat, mereka saya hubungi - yakni dipereratkan ikatan kekeluargaannya, tetapi mereka memutuskannya, saya berbuat baik kepada mereka itu, tetapi mereka berbuat buruk pada saya, saya bersikap sabar kepada mereka itu, tetapi mereka menganggap bodoh mengenai sikap saya itu." Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Jikalau benar sebagaimana yang engkau katakan itu, maka seolah-olah mereka itu engkau beri makanan abu panas -yakni mereka mendapat dosa yang besar sekali. Dan engkau senantiasa disertai penolong dari Allah dalam menghadapi mereka itu selama engkau benar dalam keadaan sedemikian itu." (Riwayat Muslim) Syarah Hadits ini sudah terdahulu dalam bab Mempereratkan ikatan kekeluargaan - lihat Hadits no. 318.


Bab 77
Marah Jikalau Kehormatan-kehormatan Syara' Dilanggar Dan Membantu Untuk Kemenangan Agama

Allah Ta'ala Allah Ta'ala berfirman: "Dan barangsiapa yang mengagungkan peraturan-peraturan suci dari Allah, maka itulah yang terbaik baginya di sisi Tuhannya." (al-Haj: 30) Allah Ta'ala berfirman lagi : "Jikalau engkau memberikan pertolongan kepada agama Allah maka Allah pasti memberikan pertolongan kepadamu semua dan menetapkan kaki-kakimu." (Muhammad: 7) Dalam bab ini Hadits-Haditsnya termasuklah Hadits Aisyah yang terdahulu dalam bab Memaafkan.

647. Dari Abu Mas'ud iaitu 'Uqbah bin 'Amr al-Badri r.a., katanya: "Ada seorang lelaki datang kepada Nabi s.a.w., lalu berkata: "Sesungguhnya saya nescayalah membelakangkan diri dari solat subuh - yakni tidak ikut berjema'ah - karena si Fulan itu, karena ia memanjangkan bacaan suratnya untuk kita." Maka saya - Abu Mas'ud - sama sekali tidak pernah melihat Nabi s.a.w. marah dalam nasihatnya lebih daripada marahnya pada hari itu. Beliau s.a.w. bersabda: "Hai sekalian manusia, sesungguhnya di antara engkau semua ada orang-orang yang menyebabkan larinya orang lain. Maka siapa saja di antara engkau semua yang menjadi imam orang banyak - dalam bersembahyang - hendaklah ia menyingkatkan bacaannya, sebab sesungguhnya di belakangnya itu ada orang yang sudah tua, anak kecil dan ada pula orang yang segera hendak mengurus keperluannya." (Muttafaq 'alaih)

648. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. datang dari berpergian dan saya telah memberikan tutup dalam rumahku dengan tabir yang tipis sekali, di situ ada beberapa gambar boneka. Setelah Rasulullah s.a.w. melihatnya lalu dirosaknya dan berubahlah warna wajahnya serta bersabda: "Hai Aisyah, sesangat-sangatnya manusia dalam hal seksanya di sisi Allah pada hari kiamat ialah orang-orang yang menyamai dengan apa-apa yang diciptakan oleh Allah." (Muttafaq 'alaih)

649. Dari Aisyah radhiallahu 'anha pula bahawasanya orang-orang Quraisy disedihkan oleh peristiwa seorang wanita dari golongan Makhzum yang mencuri - dan wajib dipotong tangannya. Mereka berkata: "Siapakah yang berani memperbincangkan soal wanita ini dengan Rasulullah s.a.w.?" Kemudian mereka berkata pula: "Tidak ada rasanya seseorang pun yang berani mengajukan perkara ini - maksudnya untuk meminta supaya dimaafkan dan hukuman potong tangan diurungkan - melainkan Usamah bin Zaid, iaitu kecintaan Rasulullah s.a.w. Usamah lalu membicarakan hal tersebut pada beliau s.a.w., kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Adakah engkau hendak meminta tolong dihapuskannya sesuatu had - hukuman - dari had-had yang ditentukan oleh Allah Ta'ala?" Seterusnya beliau berdiri dan berkhutbah: "Bahwasanya yang menyebabkan rosak akhlaknya orang-orang yang sebelummu semua itu ialah karena mereka itu apabila yang mencuri termasuk golongan yang mulia di kalangan mereka, orang tersebut mereka biarkan saja-yakni tidak diterapi hukuman apa-apa, sedang apabila yang mencuri itu orang yang lemah - miskin dan tidak berkuasa, maka mereka laksanakanlah hadnya. Demi Allah yang mengurniakan keberkahan, andaikata Fathimah puteri Muhammad itu mencuri nescaya-lahsaya potong pula tangannya,"-yakni sekalipun anak sendiri juga harus diterapi hukuman sebagaimana orang lain. (Muttafaq 'alaih)

650. Dari Anas r.a. bahawasanya Nabi s.a.w. melihat ada hingus di arah kiblat, maka hal itu dirasakan amat berat sekali dalam hatinya, sehingga tampaklah di wajah beliau itu. Selanjutnya beliau berdiri dan menggaruknya - yakni menggosok-gosoknya - dengan tangan nya - dan hingus itu dapat hilang sebab telah kering. Kemudian beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya apabila seseorang di antara engkau semua itu berdiri dalam solatnya, maka sebenarnya ia sedang bermunajat kepada Tuhannya di kala itu dan bahawasanya Tuhannya itu di antara dirinya dan antara kiblat. Maka dari itu janganlah seseorang di antara engkau semua itu berludah di arah kiblat, tetapi berludahlah di arah kiri atau di bawah kakinya." Seterusnya beliau s.a.w. mengambil hujung selendangnya, lalu berludah di situ, kemudian membolak-balikkan sebahagian selendang itu dengan bahagian lainnya - yakni digosok- gosokkan ludah tadi dengan kain selendang nya berulang kali. Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Atau mengerjakan sedemikian ini." (Muttafaq 'alaih) Adapun perintah berludah di arah kiri atau di bawah kaki itu apabila orang tersebut bersembahyangnya tidak di dalam masjid. Tetapi jikalau di dalam masjid, maka janganlah berludah melainkan wajib diletakkan dalam pakaiannya sendiri.


Bab 78
Perintah Kepada Pemegang Pemerintahan Supaya Bersikap Lemah-lembut Kepada Rakyatnya Memberikan Nasihat Serta Kasih- sayang Kepada Mereka, Jangan Menglabui Dan Bersikap Keras Pada Mereka, Juga jangan Melalaikan Kemaslahatan-kemaslahatan Mereka, Lupa Mengurus Mereka Ataupun Apa-apa Yang Menjadi Hajat Kepentingan Mereka

Allah Ta'ala berfirman: "Dan rendahkanlah sayapmu - yakni bersikap merendahkan dirilah - kepada orang yang mengikutimu dari golongan kaum mu'minin.” (as-Syu'ara': 215) Allah Ta'ala berfirman lagi: "Sesungguhnya Allah menyuruh dengan keadilan, berbuat baik dan memberi sedekah kepada kaum kerabat serta melarang per-buatan keji, kemungkaran dan kederhakaan. Allah menasihatkan kepadamu semua, supaya engkau semua dapat memperoleh peringatan." (an-Nahl: 90)

651. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiap seorang dari engkau semua itu adalah penggembala dan setiap seorang dari engkau semua itupun akan ditanya perihal penggembalaannya. Pemimpin adalah penggembala dan akan ditanya perihal penggembalaannya. Seorang lelaki adalah penggembala dalam keluarganya dan akan ditanya perihal penggembalaannya. Seorang wanita adalah penggembala dalam rumah suaminya dan akan ditanya perihal penggembalaannya. Buruh adalah penggembala dalam harta majikannya dan akan ditanya perihal penggembalaannya. Jadi setiap seorang dari engkau semua itu adalah penggembala dan tentu akan ditanya perihal penggembalaannya." (Muttafaq 'alaih)

652. Dari Abu Ya'la iaitu Ma'qil bin Yasar r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorang hamba pun yang diserahi oleh Allah untuk menggembala suatu penggembalaan - yakni memimpin sesuatu ummat atau bangsa, lalu ia mati pada hari kematiannya, sedang di kala itu ia dalam keadaan menipu pada penggembalaanya, melainkan Allah mengharamkan padanya untuk masuk syurga." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: "Lalu orang yang diserahi penggembalaan itu tidak menjaga penggembalaannya dengan nasihatnya - yakni mengusahakan apa-apa yang bermanfaat untuk rakyatnya dan menolak apa-apa yang akan membahayakan mereka, maka orang itu tidak akan dapat memperoleh bau syurga." Dalam riwayat Imam Muslim juga disebutkan:"Tiada seorang amir - pemimpin - yang menguasai urusan pemerintahan kaum Muslimin, kemudian ia tidak bersungguh-sungguh memberikan kemanfaatan kepada mereka, juga tidak memberikan nasihat pada mereka - yakni mengusahakan mana-mana yang baik dan menolak mana-mana yang tidak baik, melainkan pemimpin itu tidak akan masuk syurga beserta mereka yang di-pimpinnya itu."

653. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda dalam rumahku demikian:"Ya Allah, barangsiapa yang menguasai sesuatu dari urusan pemerintahan ummatku, kemudian ia membuat kesengsaraan pada mereka, maka berilah kesengsaraan kepada orang itu sendiri, sedang barangsiapa yang menguasai sesuatu dari urusan pemerintahan ummatku, kemudian ia menunjukkan kasih-sayang kepada mereka, baik ucapan ataupun perbuatannya, maka kasih-sayangilah orang itu." (Riwayat Muslim)

654. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Kaum Bani Israil itu selalu dipimpin oleh para Nabi, iaitu setiap ada seorang Nabi yang meninggal dunia, maka digantilah oleh Nabi lainnya. Sesungguhnya saja tiada Nabi lagi sepeninggalku nanti. Akan datanglah sesudahku beberapa khalifah - para pengganti, maka banyaklah jumlah mereka itu." Para sahabat berkata: "Apakah yang Tuan perintahkan pada kita pada saat itu?" Beliau s.a.w. bersabda: "Penuhilah dengan pembai'atan yang pertama - yakni patuh pada pemerintahan itu serta memerangi orang yang menen-tangnya, kemudian berilah kepada khalifah-khalifah itu akan hak mereka - yang wajib dipenuhi-dan mohonlah kepada Allah apa-apa yang semestinya menjadi hakmu semua - iaitu supaya dikasih-sayangi oleh pemerintahan itu serta diusahakan mana-mana yang bermanfaat dan dihindarkan dari bencana, karena sesungguhnya Allah akan menanya kepada khalifah- khalifah itu perihal cara penggembalaan mereka kepada ummatnya." (Muttafaq 'alaih)

655. Dari 'Aidz bin 'Amr r.a. bahawasanya ia masuk ke tempat 'Ubaidullah bin Ziad, lalu ia berkata: "Hai anakku, sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya seburuk-buruknya penggembala ialah orang-orang yang keras hati- pada penggembalaannya." Maka dari itu janganlah engkau termasuk golongan mereka itu."(Muttafaq 'alaih)

656. Dari Abu Maryam al-Azdi r.a. bahawasanya ia berkata kepada Mu'awiyah r.a.:"Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barangsiapa yang diserahi oleh Allah akan sesuatu kekuasaan dari beberapa urusan pemerintahan kaum Muslimin, kemudian orang itu menutup diri - tidak memperhatikan - perihal hajat, kepentingan atau kefakiran orang-orang yang di bawah kekuasannya, maka Allah juga akan menutup diri - yakni tidak memperhatikan - perihal hajat, kepentingan atau kefakirannya sendiri pada hari kiamat."Sejak saat itu Mu'awiyah lalu mengangkat seseorang untuk mengurus segala macam keperluan orang banyak."Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Termidzi. Keterangan Hadits di atas dapat diperiksa selengkapnya dalam Hadits no. 193. Harap maklum.


Bab 79
Penguasa Yang Adil

Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya Allah itu memerintahkan keadilan, berbuat baik dan memberikan bantuan kepada kaum kerabat," sampai habisnya ayat. (an-Nahl: 90)Allah Ta'ala juga berfirman:"Dan berlaku-adillah engkau semua, sesungguhnya Allah itu mencintai orang-orang yang berlaku adil." (al-Hujurat: 9)

657. Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Ada tujuh macam orang yang akan diberi naungan oleh Allah dalam naungannya pada hari tiada naungan melainkan naungan Allah itu sendiri, iaitu: imam - pemimpin atau kepala - yang adil, pemuda yang tumbuh - sejak kecil - dalam beribadat kepada Allah 'Azzawajalla, seseorang yang hatinya tergantung - sangat memperhatikan - kepada masjid-masjid, dua orang yang saling cinta- mencintai karena Allah, keduanya berkumpul atas keadaan yang sedemikian serta berpisah pun atas keadaan yang sedemikian, seseorang lelaki yang diajak oleh wanita yang mempunyai kedudukan serta kecantikan wajah, lalu ia berkata: "Sesungguhnya saya ini takut kepada Allah," - ataupun sebaliknya yakni yang diajak itu ialah wanita oleh seorang lelaki, seseorang yang bersedekah dengan suatu sedekah lalu menyembunyikan amalannya itu - tidak menampak-nampakkannya, sehingga dapat dikatakan bahawa tangan kirinya tidak mengetahui apa-apa yang dilakukan oleh tangan kanannya dan seseorang yang ingat kepada Allah di dalam keadaan sepi lalu melelehlah airmata dari kedua matanya."(Muttafaq 'alaih)

658. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya orang yang berlaku adil itu di sisi Allah akan menempati beberapa mimbar dari cahaya. Mereka itu ialah orang-orang yang adil dalam meneterapkan hukum, juga terhadap keluarga dan perihal apapun yang mereka diberi kekuasaan untuk mengaturnya." (Riwayat Muslim)

659. Dari 'Auf bin Malik, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:"Pemimpin-pemimpin pilihan di antara engkau semua ialah orang-orang yang engkau semua mencintai mereka dan mereka pun mencintaimu semua, juga yang engkau semua mendoakan kebaikan untuk mereka dan mereka pun mendoakan kebaikan untukmu semua.Adapun pemimpin-pemimpin yang jahat di antara engkau semua ialah orang-orang yang engkau semua membenci mereka dan mereka pun membenci padamu semua, juga yang engkau semua melaknat mereka dan mereka pun melaknat padamu semua." 'Auf berkata:"Kita para sahabat lalu berkata: "Ya Rasulullah,apakah kita tidak boleh menentang kepada pemimpin-pemimpin yang sedemikian itu? Beliau s.a.w. bersabda: "Jangan menentang mereka, selama mereka masih tetap mendirikan solat di kalanganmu semua." (Riwayat Muslim)

660. Dari 'Iyadh bin Himar r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:"Ahli syurga itu ada tiga macam, iaitu orang yang mempunyai kekuasaan pemerintahan yang berlaku adil dan dikurniai taufik -yakni dikurniai pertolongan oleh Allah untuk melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya, juga seorang yang berhati kasih sayang, lemah-lembut kepada semua kerabatnya dan juga kepada sesama Muslimnya, dan pula seorang yang menahan diri dari meminta-minta dan berusaha untuk tidak meminta-minta itu, sedangkan ia mempunyai keluarga banyak - dan dalam keadaan miskin." (Riwayat Muslim)

DAFTAR ISI : 1 - 10 - 20 - 30 - 40 - 50 - 60 - 70 - 80 - 90 - 100 - 110 - 120 - 130 - 140 - 150 - 160 - 170 - 180 - 190 - 200 - 210 - 220 - 230 - 240- 250- 260- 270- 280- 290- 300- 310- 320- 330- 340- 350- 360- 370-